Selasa, 31 Maret 2015

Pasukan Irak Menguasai Penuh kota Tikrit dari ISIS

Liputan6 - Pasukan Irak kembali merebut Kota Tikrit dari kelompok radikal Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS. Kini tentara Irak menguasai penuh kota yang terletak sekitar 160 kilometer di sebelah utara Ibukota Irak, Baghdad.


"Kota Tikrit telah dibebaskan," ucap Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi kepada Iraqiya TV, seperti dilansir CNN, Selasa (31/3/2015).

Tikrit sebelumnya berada di bawah kendali ISIS sejak Juni 2014. Gempuran ke Tikrit terjadi beberapa hari silam setelah serangkaian serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat menargetkan sasaran terhadap beberapa posisi ISIS di sekitar kota di wilayah selatan Irak tersebut.

Serangan udara memungkinkan bagi pasukan Irak merangsek ke kota. Namun gerak maju tentara Irak tetap tak mudah. Saat menyisir kota, mereka menemukan puluhan bom atau ranjau yang ditanam di pinggir jalan dan beberapa jebakan.

Sebelum Kota Tikrit berhasil direbut kembali, PM Al-Hadi dalam rapat kabinet telah memprediksi operasi pembebasan bakal sukses besar.

"Keberhasilan operasi pembebasan Tikrit akan diterapkan di daerah lain. Apalagi, jumlah korban dari pasukan Irak terbilang sedikit," jelas Al-Hadi.

Sejak Juni tahun silam, pasukan Irak beberapa kali mencoba merebut kembali Tikrit dari kendali ISIS. Gempuran terbaru dimulai sejak 1 Maret silam, setelah Al-Abadi memerintahkan pasukan Irak merebut kembali Tikrit dan Provinsi Salahuddin.

Sejak itulah pasukan Irak terus menekan pertahanan kelompok ISIS di kota kelahiran mantan diktator Irak Saddam Hussein tersebut. Hingga akhirnya tentara Irak yang disokong AS dapat merebut kembali Kota Tikrit.

Serang Houthi, Arab Saudi Gunakan Senjata Terlarang

Okezone – Human Rights Watch (HRW) mengeluarkan fakta terbaru mengenai serangkaian serangan yang dilakukan Arab Saudi ke kelompok Houthi di Yaman. Menurut HRW, Arab Saudi menggunakan senjata terlarang dalam serangan itu.


Koalisi Arab Saudi sudah menyerang wilayah Yaman selama enam hari. Serangan itu membunuh sebanyak 126 warga dan melukai ratusan lainnya.

Namun, HRW menyayangkan serangan udara yang dilakukan Arab Saudi itu menggunakan bom terlarang. Demikian dikutip agen berita FARS, Selasa (31/3/2015).

Pemerintah Arab Saudi pun mengklaim sudah menghancurkan wilayah para militan Ansarullah. Kendati demikian, pesawat tempur milik Arab Saudi juga menghancurkan sejumlah rumah penduduk yang berada di dekat bandara internasional Sanaa.

Sejak 26 Maret, lima negara Teluk (Arab Saudi, Uni Emirate Arab, Bahrain, Qatar dan Kuwait), dibantu oleh Mesir, Israel serta Amerika Serikat (AS) mewujudkan permintaan Presiden Yaman untuk menyerang kelompok Houthi.

Markas NSA AS diserang, satu tewas


ANTARA News - Satu orang tewas dan dua cedera dalam baku-tembak di gerbang Markas Dinas Keamanan Nasional AS (National Security Agency/NSA) di Fort Meade, Maryland, demikian laporan media setempat.


Menurut berita NBC, seorang penjaga NSA dilaporkan terlibat pertengkaran dengan dua orang yang menyamar sebagai perempuan dan berusaha memasuk instalasi itu pada Senin pagi. Mereka kemudian terlibat baku-tembak sekitar pukul 09.30 waktu setempat (20.30 WIB).

Penjaga tersebut dilaporkan menembak satu dari dua orang itu setelah kendaraan yang mereka tumpangi berusaha menabrak gerbang NSA. Menurut NBC, satu senjata api dan narkotika belakangan ditemukan di dalam kendaraan itu.

Salah satu dari kedua tersangka penerobos tersebut ditemukan tewas tewas di lokasi kejadian.

Dari helikopter, petugas darurat terlihat sedang merawat seorang pria yang tak berseragam dan cedera. Pria itu kemudian dimasukkan ke dalam ambulans.

Fort Meade, salah satu instalasi Angkatan Darat AS, menampung sebanyak 11.000 personel militer bersama dengan 29.000 pegawai sipil.

AS mengirim 12 pesawat jet pencegat F-15C ke Eropa untuk menghadang Russia

Sindonews - Media Rusia menuding Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) di Florida mengerahkan 12 pesawat jet pencegat F-15C ke Eropa untuk mencegah agresi Rusia terhadap negara-negara NATO.


Selain itu, AS juga disebut mengirim 200 pilot ke Eropa untuk misi yang sama. Tudingan itu muncul dari laporan media Kremlin, Russia Today, yang dilansir Minggu malam (29/3/2015).

Belasan pesawat jet Eagle F-15C yang dikerahkan AS itu dilengkapi dengan radar canggih dan peralatan sniper yang mampu menembak target sesuai pelacakan visual.

Belasan pesawat jet pencegat itu dikirim ke Belanda dan Bulgaria.“Penyebaran (pesawat F-15C) adalah paket keamanan yang merupakan bagian dari ‘Operation Atlantic Resolve’, di mana pasukan AS sudah disebar untuk latihan di Eropa, yang diklaim Washington untuk melindungi anggota NATO di Eropa dari agresi Rusia,” tulis Russia Today.

Pihak Moskow melihat tindakan AS ini sebagai provokasi di tengah memanasnya krisis Ukraina. AS belum lama ini juga mengerahkan 14 pesawat jet F-16 dari pangkalan udara Aviano di Italia ke Estonia. Angkatan Udara AS di Florida merupakan garda pertama AS yang berkontribusi untuk operasi anti-Rusia di Eropa.

Pemerintah Barack Obama hingga kini belum mengkonfirmasi laporan tentang pengerahan belasan pesawat jet pencegat anti-agresi Rusia itu. Sedangkan Pemerintah Presiden Vladimir Putin juga belum merespons gerakan militer AS di Eropa tersebut.

Siap Konfrontasi dengan Rusia, 30 Jet Tempur Inggris Bermanuver

Sindonews - Lebih dari 30 pesawat jet tempur Angkatan Udara Inggris bermanuver dalam latihan militer besar-besaran. Sumber-sumber militer Inggris mengkonfirmasi, bahwa latihan militer besar-besaran itu untuk menegaskan bahwa Inggris siap konfrontasi dengan Rusia.


”Rusia telah pasti digambarkan sebagai latar belakang dari latihan ini,” kata seorang pejabat di korps Angkatan Udara Inggis kepada The Sunday Express. Media itu mengutip sumber lain di jajaran militer Inggris, bahwa latihan militer puluhan pesawat jet tempur itu untuk menunjukkan kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin, bahwa Inggris siap konfrontasi dengan Rusia.

Dalam latihan itu, pesawat-pesawat jet Tornado melakukan serangan dari Norwegia. Kemudian dicegat tim pesawat jet tempur Typhoon dari beberapa lokasi di Timur Laut Inggris dan Skotlandia.

”Karena komitmen kami untuk terus beroperasi di luar negeri, ini adalah pertama kalinya kami telah memiliki spektrum penuh terkait kemampuan kami,” kata seorang komandan militer Inggris, Andy Coe, seperti dilansir Russia Today, Senin (30/3/2015).

Manuver besar-besaran pesawat jet tempur Inggris ini digelar setelah Rusia bekali-kali mengerahkan pesawat pembom Rusia, Tu-95 di dekat wilayah udara lepas pantai Cornwall. Rusia mengklaim operasi pesawat pembom mereka tidak pernah masuk ke langit Inggris. Rusia juga membela diri, bahwa operasi pesawat pembom mereka berada di wilayah udara internasional.

Menteri Luar Negeri Philip Hammond telah menganggap Rusia bertindak kurang ajar. ”Pesatnya laju Rusia dalam usaha untuk memodernisasi kekuatannya, dan dikombinasikan dengan sikap militer Rusia yang semakin agresif, telah memicu perhatian yang signifikan,” ujarnya beberapa waktu lalu. ”Rusia memiliki potensi untuk menimbulkan ancaman terbesar bagi keamanan kami.”

Jet tempur Israel ikut membom Yaman bersam pasukan gabungan Arab

Sindonews - Pesawat jet tempur Israel telah mengambil bagian dalam serangan udara pada Kamis pekan lalu untuk memerang milisi Houthi di Yaman. Israel disebut-sebut ikut bergabung dalam koalisi Teluk pimpinan Arab Saudi dalam agresi ke Yaman.


”Ini adalah untuk pertama kalinya bahwa Zionis sedang melakukan operasi bersama koalisi Arab,” tulis Sekretaris Jenderal Partai Al-Haq Yaman, Hassan Zayd di halaman Facebook-nya, seperti dikutip Global Research, pada Minggu (29/3/2015).

Dia mencatat bahwa Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mengeluarkan perintah langsung untuk Angkatan Udara Israel agar mengirim pesawat jet tempur untuk bergabung dengan koalisi Arab guna melakukan serangan udara di Yaman.

Israel sendir belum mengkonfirmasi laporan bahwa militer mereka ikut menyerang Yaman guna memerangi milisi Houthi.

Arab Saudi telah meluncurkan agresi militer bersama sembilan negara Teluk lainnya sejak Kamis pekan lalu. Puluhan orang dilaporkan tewas, termasuk sejumlah warga sipil.

Stasiun televisi Yaman, al-Massira, melaporkan bahwa pesawat tempur Angkatan Udara Saudi menargetkan warga sipil Yaman yang berbelanja di pasar. Beberapa negara Teluk yang bergabung dalam agresi militer di Yaman antara lain, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Qatar, Kuwait, Sudan dan sejumlah negara Teluka lainnya.

AS tidak ikut melakukan agresi di Yaman, namun Presiden Barack Obama, secara resmi memberikan dukungan untuk Saudi dalam agresi itu. Dukungan itu berupa penyediaan logistik dan data intelijen untuk operasi militer.

Senin, 30 Maret 2015

Koalisi Arab Saudi Diminta Lancarkan Serangan Darat

Okezone – Walaupun koalisi Arab Saudi telah menggempur Kelompok Houthi dengan serangan udara selama enam hari terakhir, Pemerintah Yaman dilaporkan kewalahan menghadapi para militan yang memiliki aliran Syiah tersebut.


Menteri Luar Negeri (Menlu) Yaman, Riyadh Yaseen, dilaporkan telah meminta koalisi Arab Saudi segera meluncurkan serangan darat di Yaman.

“Ya, kami memang telah meminta Arab Saudi dan koalisinya untuk segera melancarkan serangan darat. Ini kami lakukan untuk mencegah kerusakan infrastruktur yang lebih parah lagi di Yaman,” ujar Menlu Yaman, Riyadh Yaseen, seperti dikutip Manorama Online, Selasa (31/3/2015).

“Serangan-serangan dari Kelompok Houthi telah banyak menghancurkan infrastruktur di Yaman,” lanjutnya.

Seperti diberitakan, Presiden Yaman melalui Menteri Luar Negeri Riyadh Yaseen meminta bantuan ke Pemerintah Arab Saudi dan koalisinya yang tergabung dalam Dewan Kerjasama Negara Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) untuk mengusir Kelompok Houthi.

Pemerintah Arab Saudi dan koalisinya pun menjawab permintaan tersebut dengan melancarkan beberapa serangan udara ke wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh Kelompok Houthi. Hingga kini, serangan udara yang dilancarkan koalisi Arab Saudi sudah memasuki hari ke-6.

Kapal Perang Mesir Bombardir Aden

Irib - Reuters melaporkan bahwa kapal perang Mesir menembaki sejumlah kawasan di kota Aden yang terletak di selatan Yaman.

Menurut sumber ini, kapal perang yang berlabuh di pantai Yaman hari Senin (30/3) menembaki pos-pos militer dan pasukan rakyat Yaman di pelabuhan Aden.


Masih menurut sumber ini, pasukan yang berhasil merebut sejumlah daerah yang sebelumnya diduduki oleh kubu pro Mansur Hadi, mantan presiden Yaman menjadi target serangan kapal perang Mesir.

Sejak Kamis lalu hingga kini ketika serangan udara Arab Saudi ke Yaman digelar, belum ada laporan serangan ke Yaman melalui laut.

Kapal perang Mesir sejak pekan lalu tiba di Laut Merah melalui terusan Suez dan mengambil posisi di dekat kota Aden.

Sementara itu, sampai saat ini belum ada pejabat resmi Mesir yang memberikan komentar atas serangan tersebut, baik itu membenarkan atau menolak.

Surat Raja Oman Kepada Raja Saudi: Perang Yaman Jebakan Berbahaya

LiputanIslam – Sultan Oman Qaboos Bin Said Al-Said dalam suratnya belum lama ini mengingatkan Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi bahwa serangan Saudi ke Yaman merupakan jebakan Amerika Serikat (AS) untuk memecah Saudi, dan karena itu Sultan Qaboos meminta Raja Salman supaya menghentikan serangan itu. Demikian dikatakan seorang narasumber di Riyadh, sebagaimana dilaporkan al-Ittihad Press.


“Dalam surat itu Sultan Oman menyarankan supaya perang terhadap Yaman dihentikan, sebab ini juga merupakan jebakan AS yang sasarannya adalah seluruh kawasan,” imbuh sumber tersebut.

Sumber itu juga menyebutkan bahwa sebelumnya, milyarder Saudi Pangeran Walid bin Talal bin Abdulaziz juga meminta serangan itu dihentikan sembari menyebut para pelakunya sebagai orang-orang yang tidak berpikir jauh dan telah bermain-main dengan masa depan dan keamanan Saudi. Walid mengatakan bahwa lampu hijau yang dinyalakan AS untuk serangan ke Yaman adalah jebakan berbahaya untuk melemahkan dan memecah belah Saudi.

Pangeran Mut’ab bin Abdullah juga menentang invasi koalisi pimpinan Saudi ke Yaman. Dia bahkan menyatakan bahwa “Garda Kepresidenan Arab Saudi” akan melakukan tindakan untuk menghentikan “petualangan berbahaya” Saudi di Yaman.

Sejak tanggal 26 Maret lalu Saudi dan negara-negara sekutunya melancarkan serangan udara ke Yaman dengan dalih menyelamatkan Yaman setelah presiden negara ini, Abd Rabbuh Mansur Hadi, tersingkir dari posisinya akibat revolusi yang digerakkan oleh milisi Ansarullah atau Syiah al-Houthi . Serangan udara ini telah menjatuhkan puluhan korban tewas warga sipil, termasuk perempuan dan anak kecil.

Ansarullah: Akan Ada Kejadian Tak Terduga di Saudi

LiputanIslam– Petinggi gerakan Ansarullah bidang media, Nasruddin Amir, Minggu (29/3/2015) mengancam bahwa rakyat Yaman akan mengubah peta kawasan dan akan ada kejadian tak terduga di Arab Saudi. Bersamaan dengan ini, dua polisi Saudi di Riyadh menderita luka-luka diserang kawanan tak dikenal.


“Orang-orang Yaman di lapangan bertindak berdasarkan realitas dan jauh dari keputusan para pemimpin Arab. Isu Yaman melampaui pertemuan puncak Arab dan statemen-statemen absurd dan tanpa dasar para pemimpin Arab pengikut Amerika Serikat. Kami tidak takut kepada keputusan, pernyataan, dan deklarasi Liga Arab,” ungkapnya dalam wawancara dengan Alalam.

Dia menambahkan, “Mengapa Abdel Fattah el-Sisi (Presiden Mesir) membual tentang perjanjian-perjanjian internasional yang dia sendiri melanggarnya? Mengapa mereka berbicara tentang kebebasan rakyat dalam pemilihan para pemimpinnya, sedangkan mereka sendiri hendak memaksakan Abd Rabbuh Mansur Hadi (presiden Yaman tersingkir) terhadap kami dengan menggunakan kekuatan senjata?”
Lebih jauh Nasruddin Amir bersumpah bahwa rakyat Yaman di lapangan akan membalas tindakan Raja Salman bin Abdulaziz dari Arab Saudi.

“Rakyat Yaman, tak hanya Ansarullah, siap memberikan balasan telak bagi Arab Saudi,” tegasnya.
Menurutnya, Saudi mengobarkan perang karena Riyadh takut menyaksikan Yaman berubah menjadi sebuah negara yang bebas, independen dan tidak menuruti segala keputusan rezim Saudi.
Kepada rezim Arab dia mengingatkan bahwa di Saudi dalam waktu akan ada kejadian tak terduga.
“Di sisi perbatasan kalian telah menciptakan musuh yang akan membuat kalian tidak akan pernah dapat melupakan agresi kalian,” tandas Nasruddin Amir.

Sementara itu, dua orang polisi di Riyadh, ibu kota Saudi, dilaporkan menderita luka-luka diserang kawanan tak dikenal.

AFP melaporkan bahwa dua perwira polisi Saudi diserang kawanan tak dikenal ketika sedang melakukan patroli di Riyadh, dan peristiwa ini terjadi meskipun dalam beberapa hari ini sistem keamanan di Saudi diperketat sesuai instruksi Menteri Dalam Negeri Saudi, Mohammad bin Nayef.
Sejauh ini belum ada kelompok yang menyatakan bertanggungjawab atas serangan tersebut.

Minggu, 29 Maret 2015

Sudan bantah Bersekutu dengan Iran

Khartoum (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Sudan Ali Karti mengatakan negaranya tak pernah memiliki persekutuan dengan Iran.

"Sudan tidak pernah menjadi sekutu Iran. Memang ada hubungan normal antara Sudan dan Iran sebagai negara Islam. Rumor tentang adanya persekutuan dengan Iran telah dikoreksi," kata Karti kepada wartawan pada Minggu (29/3) sekembalinya dari memimpin delegasi Sudan ke Pertemuan Puncak Arab di Sharm Esh-Sheikh, Mesir.


"Hubungan dengan Iran normal, namun ketika beberapa pusat kebudayaan Iran melenceng dari jalur tentu mereka mengatasinya dan menutupnya," kata Karti sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.

Sementara itu, Karti menganggap keikutsertaan Sudan dalam Operasi Badai Penentu melawan petempur Al-Houthi di Yaman sebagai bukti peran pelopor Sudan di kalangan negara Arab.

"Keikutsertaan Sudan dalam Operasi Badai Penentu muncul dari keinginan mewujudkan keamanan Arab dan regional, mencapai kestabilan di Yaman dan memulihkan keabsahan Presiden Abd-Rabbou Mansour Hadi," katanya.

Ia menegaskan pembentukan pasukan militer gabungan Arab adalah hasil paling penting Pertemuan Puncak Arab, yang dituan-rumahi oleh Mesir pada Sabtu (27/3).

Ia menyatakan, "gabungan kekuatan Arab ditujukan untuk menghadapi tantangan bangsa Arab dan memerangi aksi teror."

Sementara Presiden Sudan Omar Al-Bashir kembali ke Khartoum pada Minggu, setelah mengunjungi Arab Saudi lalu ke Mesir, tempat ia memimpin delegasi Sudan ke Pertemuan Puncak Arab di Sharm Esh-Sheikh.

Ribuan pendukung Omar Al-Bashir berkumpul di Bandar Udara Khartoum untuk menyambut kedatangannya dengan membawa spanduk yang memperlihatkan dukungan bagi keputusan Khartoum untuk ikut dalam Operasi Badai Penentu.

Arab Saudi pada Kamis (26/3) mengumumkan dilancarkannya operasi di Yaman, yang diikuti oleh lebih dari 10 negara, termasuk Sudan.

Satu Lagi Pesawat Saudi Jatuh di Ma’rib

Irib - Arab Saudi kehilangan satu lagi pesawat tempurnya dalam agresi ke Yaman.

Sistem pertahanan anti-udara militer Yaman berhasil menembak jatuh sebuah pesawat tempur Saudi di wialyah Haurah di provinsi Ma’rib.


Laporan ini menyebutkan, pacsa serangan jet tempur Arab Saudi, militer dan komite pertahanan sipil Yaman berhasil menimbulkan kerugian berat di pihak kelompok teroris afiliasi al-Qaeda di Ma’rib.

Transformasi lain menyebutkan bahwa pasukan yang berafiliasi dengan mantan presiden Yaman Abdullah Saleh, memulai gerakannya untuk menyerang Aden. Pasukan tersebut telah berada di 30 kilometer menuju Aden.

Sejumlah sumber juga menyebutkan bentrokan sengit antara militer Yaman dan pasukan pro-gerakan selatan.

Perang Darat Ansarullah dan Militer Arab Saudi Dimulai

Irib - Berbagai media mengkonfirmasikan terjadinya bentrokan darat antara para pejuang gerakan Ansarullah Yaman dan militer Arab Saudi, di beberapa titik perbatasan kedua negara.


IRNA melaporkan, “Bentrokan terjadi di tiga poros di barat provinsi Saada dan para pejuang Ansarullah Yaman menyerang posisi militer Arab Saudi dengan menggunakan roket.”

Berdasarkan laporan yang diterima, seorang pejabat provinsi Saada mengatakan, “Bentrokan itu terjadi bersamaan dengan serangan militer Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) ke Yaman, bombardir posisi para pejuang Ansarullah dan juga gerakan komite rakyat menuju perbatasan Yaman.”

Di lain pihak, Departemen Pendidikan dan Bimbingan Provinsi Sabia juga menyatakan bahwa aktivitas belajar-mengajar di 10 sekolah wilayah perbatasan di provinsi ini diliburkan selama sepekan mulai Ahad

Sabtu, 28 Maret 2015

Kelompok Teroris Kirim 5.000 Anggotanya ke Yaman Atas Permintaan Saudi

Irib - Seorang pemimpin kelompok teroris berbahaya di Suriah memberikan jawaban positif atas permintaan Arab Saudi untuk mengirim 5.000 teroris ke Yaman.


Tasnim News melaporkan, kelompok Jaish al-Islam melalui akun Twitter-nya menyatakan, Zahran Alush, pemimpin kelompok ini telah mengirim 5.000 anasirnya ke Yaman untuk berperang dengan kelompok al-Houthi.

Kelompok teroris ini menekankan bahwa pengiriman anasir tersebut setelah mendapat permintaan dari Arab Saudi.

Jaish al-Islam adalah salah satu kelompok teroris berbahaya di Suriah yang menerima instruksi langsung dari Arab Saudi. Kelompok tersebut telah melakukan berbagai kejahatan sadis dan perusakan infrastruktur di negara itu.

Jumat, 27 Maret 2015

1 lagi Pesawat Tempur Koalisi Arab Hancur, Pilotnya tertangkap

Liputan Islam - TV al-Mayadeen dalam berita terbarunya dini hari Sabtu (28/3/2015) melaporkan satu pesawat tempur pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi anti Yaman rontok, sementara pilotnya tertangkap.
Menurut TV yang berbasis di Lebanon itu, pesawat itu tersambar peluru penangkis serangan udara tentara Yaman kemudian jatuh di kawasan Bani Hashis di utara Sanaa, dan pilotnya yang berasal dari Sudan tertangkap.


Pesawat tempur itu tertembak jatuh satu jam setelah koalisi anti Yaman mulai melancarkan serangan udara lagi ke Yaman dengan membombardir Sanaa, ibu kota Yaman.
Bersamaan dengan ini, tentara Yaman terlibat pertempuran sengit dengan para loyalis presiden Yaman tersingkir Abd Rabbuh Mansur Hadi di jalan raya al-Arqub yang mengarah ke Zanjibar.

Para pejabat Kementerian Kesehatan Yaman Jumat (27/3/2015) menyatakan sedikitnya 60 warga sipil, termasuk perempuan dan anak kecil, terbunuh akibat serangan udara Arab Saudi dan negara-negara sekutunya pada hari itu.

Pemimpin gerakan Ansarallah (al-Houthi) Yaman, Abdel Malik al-Houthi, menyatakan pihaknya telah membentuk lima front untuk menghadapi agresi pasukan asing.

Sebagaimana dilansir TV al-Masirah Yaman, al-Houthi merinci bahwa front pertama adalah front keamanan militer yang bertugas melawan agresi asing, front kedua untuk mengendalikan urusan dalam negeri dan mencegah kacaunya lembaga-lembaga publik, front ketiga bertugas menggalang bantuan dari pengusaha dan warga untuk para pejuang, front keempat membidangi media dengan misi melawan propaganda anti Yaman di dalam dan luar negeri, dan front kelima atau yang terakhir ialah front mobilisasi rakyat yang antara lain dilakukan oleh para khatib, da’i dan ulama untuk menggerakkan masyarakat agar bangkit melawan agresor asing.

Seperti diketahui, Arab Saudi melancarkan invasi ke Yaman sejak dini hari Kamis (26/3/2015) . Pada hari itu dilaporkan bahwa sekitar 40 orang terbunuh dan 60 lainnya luka-luka, termasuk perempuan dan anak kecil.

Kamis, 26 Maret 2015

Saudi kerahkan 150.000 tentara untuk intervensi Yaman

ANTARA News - Arab Saudi menggelarkan 100 pesawat tempur dan 150.000 tentara dalam operasi militer di Yaman, lapor stasiun televis al-Arabiya seperti dikutip Reuters.

Pesawat-pesawat tempur dari Mesir, Maroko, Yordania, Sudan, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar dan Bahrain juga ambil bagian dalam operasi itu, lapor al-Arabiya.

Mesir, Pakistan, Yordania dan Sudan bahkan menyatakan siap turut serta dalam operasi darat.

Sementara itu di Aden, Yaman selatan, pasukan yang setia kepada Presiden terguling Abd-Rabbu Mansour Hadi membombardir pangkalan angkatan udara al-Anad dekat Aden, yang dikuasai milisi Houthi.

Sejumlah pejuang Houthi kabur dari wilayah itu, kata beberapa sumber.

Strategi Operasi Serangan Saudi Arabia dalam Menyerang Yaman

Riyadh (ANTARA News) - Arab Saudi membantah berniat melancarkan operasi militer darat di Yaman, demikian laporan media daring Sabq.

Pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi memulai serangan udara  Kamis pagi di Yaman, termasuk terhadap Ibu Kota Yaman, Sanaa, kubu milisi Houthi di Provinsi Saada dan Provinsi Lahj di Yaman Selatan.


Komandan Operasi Badai Penentu mengeluarkan pernyataan tersebut dalam satu taklimat di Riyadh, Ibu Kota Arab Saudi.

Ia mengatakan semua prajurit sudah siap bagi operasi darurat, sementara pada saat ini serangan udara akan menjadi operasi utama, lapor Xinhua.

Komandan itu mengatakan tahap pertama operasi itu adalah untuk mengalahkan pertahanan udara milisi Houthi dan menyerang pangkalan pasukan udara guna menghancurkan rudal, pusat komando dan pesawat kelompok Syiah itu.

Juru Bicara Militer Operasi itu Kolonel Ahmed Asiri mengatakan Arab Saudi tidak akan membiarkan petempur Houthi mendapat bantuan atau pasokan apa pun.

Ia mengatakan Houthi berusaha bergerak ke perbatasan selatan Arab Saudi, tapi militer Saudi mencegah gerak maju mereka.

Jet Tempur UEA Tertembak Jatuh di Yaman Utara

Sumber-sumber media mengabarkan jatuhnya sebuah pesawat tempur Uni Emirat Arab di wilayah utara Yaman.
Irib - Seperti dilansir Alalam, sebuah jet tempur UEA yang tergabung dalam agresi militer Arab Saudi ke Yaman, jatuh di wilayah Harf Sufyan, Yaman utara.


Sebelumnya, unit pertahanan udara militer Yaman berhasil menembak jatuh dua jet tempur militer rezim Al Saud yang terbang di atas Sanaa, ibukota Yaman.

Sumber-sumber media juga menyebutkan penempatan pasukan Ansarullah dan komite-komite revolusioner Yaman di berbagai wilayah perbatasan dengan Arab Saudi untuk menghadapi segala bentuk serangan darat rezim Al Saud ke Yaman.

Daifallah al-Shami, juru bicara Gerakan Rakyat Ansarullah menggambarkan segala bentuk agresi ke Yaman, dan serangan udara Arab Saudi dan sekutuya ke negara Arab ini sebagai gagal.

Ia mengatakan, segala bentu serangan darat asing akan mendapat perlawanan tegas.

10 negara terlibat dalam agresi militer Arab Saudi ke Yaman, yang meliputi anggota-anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) kecuali Oman, dan beberapa negara seperti Turki, Yordania, Mesir, Aljazair dan Sudan.

Agresi Militer Arab Saudi ke Yaman dan Negara-negara Pendukungnya

Irib - Adel al-Jubeir, Duta Besar Arab Saudi untuk Amerika Serikat mengatakan, 10 negara termasuk lima negara anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (P-GCC) kecuali Oman, terlibat dalam agresi militer ke Yaman. 


Ia menambahkan, operasi udara dengan nama "Badai al-Hazm" terbatas pada serangan udara, dan serangan ini dilancarkan dengan koordinasi AS.

Al-Jubeir mengklaim bahwa operasi tersebut didasarkan pada Piagam PBB dan Liga Arab untuk melindungi Abd-Rabbuh Mansur Hadi, Presiden Yaman yang telah mengundurkan diri.

Lima negara P-GCC meliputi Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, Qatar dan Kuwait dalam sebuah pernyataan, menyebut Mansur Hadi masih sebagai Presiden Yaman. Mereka mengumumkan, "Kami memutuskan untuk menanggapai secara positif permohonan Abd-Rabbuh Mansur Hadi untuk melindungi Yaman dan rakyat negara ini."

Statemen tersebut dikeluarkan bersamaan dengan pernyataan Dubes Arab Saudi untuk AS yang menyebut pemerintah Mansur Hadi sebagai "legal dan sah." Al-Jubeir mengklaim bahwa tujuan operasi militer ke Yaman untuk melindungi pemerintah sah negara ini.

Sementara itu, sejumlah media menyebutkan keterlibatan jet-jet tempur dan kapal perang Pakistan dalam agresi Arab Saudi ke Yaman. Disebutkan pula bahwa Mesir dan Yordania berpartisipasi dalam serangan udara militer Arab Saudi ke Yaman.

Wartawan Alalam di Yaman mengatakan, militer dan Komite-komite Rakyat sepenuhnya telah mengontrol Provinsi Aden dan Abyan di selatan negara ini. Ia menambahkan, jet-jet tempur Arab Saudi telah menarget Bandara Udara Internasional Sanaa, dan serangan tersebut direspon oleh pertahanan udara militer Yaman.

Menurutnya, sumber-sumber keamanan menegaskan bahwa serangan udara militer Arab Saudi menarget beberapa posisi militer di kota Sanaa termasuk pangkalan udara al-Dailami dan unit-unit rudal.

Serangan udara negara-negara P-GCC yang dipimpin oleh Arab Saudi ke Yaman selain menarget pangkalan udara al-Dailami, juga menarget pangkalan pasukan khusus di Sanaa, dan pangkalan udara al-Anad di Provinsi Lahij, di Yaman Selatan.

Militer dan Komite-komite rakyat pada Rabu berhasil mengontrol penuh Provinsi Abyan setelah sepenuhnya menguasai kota Aden terutama istana presiden dan bandara. Mereka juga menangkap Mahmoud al-Subaihi, mantan Menteri Pertahanan Yaman yang memimpin operasi Mansur Hadi dan milisi pendukungnya.

Selain itu, mereka berhasil mengontrol banyak kota dan desa ke arah Yaman dan pangkalan udara al-Anad, di mana pasukan AS yang ditempatkan di pangkalan ini telah ditarik keluar Yaman.

Setelah berhasil menangkap mantan Menhan Yaman, militer dan komite-komite rakyat negara ini mengontrol kota Lahij, distrik di wilayah Aden, pelabuhan al- Makha, dekat Bab el-Mandeb, sebuah penyeberangan penting perdagangan internasional.

Para pejabat AS pada Rabu mengatakan, rezim Al Saud telah menempatkan pasukannya di wilayah perbatasan dengan Yaman. Pasukan Saudi mengerahkan sistem-sistem pertahanan udara dan berbagai unit artilerinya di perbatasan dengan Yaman.

AS baru-baru ini mengungkap keterlibatannya dalam agresi militer Arab Saudi ke Yaman. Gedung Putih menyatakan akan memberikan bantuan logistik dan informasi. Menurut pernyataan itu, AS sedang berkoordinasi dengan Arab Saudi dan sejumlah sekutu Arabnya terkait agresi militer ke Yaman.

Sementara itu, Gerakan Ansarullah menggambarkan serangan militer Arab Saudi ke Yaman sebagai pengumuman perang terhadap rakyat negara ini. Gerakan ini menegaskan, rakyat Yaman akan melawan agresi tersebut dengan penuh keberanian.

Mentri Luar Negri Iran Memperingatan Saudi Arabia untuk Segera Menghentikan Invasi Yaman

Farsnews - "Kami ingin segera penghentian operasi militer Arab Saudi di Yaman," kata Zarif dalam sebuah wawancara dengan Iran yang berbasis berbahasa Arab saluran berita Al-Alam di kota Swiss, Lausanne, Kamis.


Menekankan bahwa serangan udara Saudi adalah sikap tidak hormat secara terang-terangan dan pelanggaran kedaulatan terhadap Yaman, ia memperingatkan bahwa operasi militer Saudi akan menghasilkan "tidak ada hasil" tetapi pertumpahan darah.

Zarif menggarisbawahi bahwa serangan udara akan melahirkan ketegangan di berbagai daerah , dan berkata, "Kami akan melakukan semua upaya kami untuk mengontrol krisis di Yaman."

Sebelumnya hari ini, kementerian luar negeri Iran menyesalkan serangan udara Kamis pagi melawan Yaman yang menewaskan dan melukai puluhan warga sipil tak berdosa, menyebutnya sebagai "berbahaya" yang bertentangan dengan hukum internasional dalam menghormati kedaulatan suatu negara.

Arab Saudi meluncurkan serangan udara terhadap Yaman, Kamis pagi, sehari setelah presiden Yaman yang didukung AS meninggalkan negara itu.

Presiden AS Barack Obama resmi penyediaan dukungan logistik dan intelijen untuk operasi militer, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Bernadette Meehan mengatakan Rabu malam.

Dia menambahkan bahwa sementara pasukan AS tidak mengambil tindakan militer langsung di Yaman, Washington telah membangun Cell Perencanaan Bersama dengan Arab Saudi untuk mengkoordinasikan dukungan militer AS dan intelijen.

Setidaknya 25 warga sipil Yaman, termasuk anak-anak, tewas dan puluhan lainnya terluka  pagi hari ini oleh serangan udara Saudi.

Pesawat Saudi Tertembak Jatuh di Sanaa, 40 Tentaranya Tertawan di Najran

LiputanIslam – Berbagai sumber di lokasi konflik Yaman menyebutkan bahwa angkatan udara Yaman berhasil menembak jatuh satu pesawat tempur Arab Saudi, sementara pasukan Yaman lainnya di front utara di wilayah perbatasan dengan Arab Saudi telah menawan sekitar 40 tentara Saudi.


Situs berita Fars yang berbasis di Iran, Kamis malam (26/3/2015) menyebutkan bahwa menurut keterangan sumber-sumber yang dekat dengan gerakan Ansarullah Yaman, jet tempur Saudi yang tertembak jatuh itu bernomor 1235, sementara pilotnya bernama Mostafa Shamsan, namun nasib sang pilot belum diketahui.
Pesawat tempur Saudi itu tertembak jatuh dan terhempas di Jalan 60, Sanaa, ibu kota Yaman.
Sementara itu, pertempuran sengit antara pasukan Ansarullah dan Pasukan Mohammad Abdul Wahhab berkobar di kawasan perbatasan Saadah di Najran, Arab Saudi, Kamis pagi.

Menurut Fars, beberapa kawasan di Najran jatuh ke tangan pasukan Yaman, dan sekitar 40 tentara Yaman tertawan.
Serangan udara Arab Saudi ke Yaman pada hari itu telah menewaskan sedikitnya 35 orang dan melukai 59 lainnya, termasuk perempuan dan anak kecil.

Rabu, 25 Maret 2015

Diserang Saudi, Houthi ancam perluas zona perang

ANTARA News - Seorang pemimpin senior milisi Houthi, Yaman, mengatakan bahwa serangan udara yang dilancarkan Arab Saudi hari ini adalah bentuk agresi terhadap Yaman.


Milisi Houthi juga memperingatkan bahwa mereka akan memicu skala perang lebih luas lagi di kawasan (Teluk dan Timur Tengah).

"Ada agresi yang tengah berlangsung di Yaman dan kami akan dan kami akan menghadapinya dengan gagah berani," kata Mohammed al-Bukhaiti, anggota politbiro Houthi, kepada stasiun televisi Al Jazeera.

"Operasi militer akan menyeret kawasan ini ke dalam perang yang lebih luas," kata dia seperti dikutip Reuters.

Serang Yaman, Saudi Kerahkan 100 Jet dan 150.000 Tentara

VIVA - Arab Saudi mengerahkan 100 pesawat tempur dan 150.000 tentaranya, sebagai bagian dari operasi militer yang dilakukan terhadap kelompok milisi Houthi di Yaman, Rabu malam, 25 Maret 2015.

Dikutip dari Al-Arabiya, Kamis, 26 Maret, Arab Saudi membentuk koalisi dengan 10 negara lain, untuk melakukan serangkaian serangan udara yang masih berlanjut pada Kamis.


Yordania, Sudan, Maroko dan Uni Emirat Arab (UEA) adalah beberapa negara yang terlibat, dalam serangan udara menyasar milisi Houthi yang terus bergerak mendekati kota Aden.

Operasi militer digelar segera setelah negara-negara Teluk, kecuali Oman, mengumumkan bahwa mereka telah memutuskan untuk menghentikan Houthi di Yaman, mengikuti permintaan Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Beberapa pengamat telah memperingatkan, keterlibatan Saudi dan negara-negara Arab lainnya, dapat memperburuk konflik yang terjadi di Yaman, memicu perang sektarian antara komunitas Syiah dan Sunni.

Tom O`Sullivan, pendiri konsultan energi Mathyos Jepang, mengatakan serangan Saudi akan menambah ketidakstabilan di Timur Tengah. Perang sipil di Yaman dapat dimanfaatkan oleh kelompok radikal Al-Qaeda dan ISIS, untuk memperkuat posisinya.

Kekhawatiran itu berkaca pada konflik di Suriah, dengan munculnya ISIS sebagai ancaman baru yang berdampak luas, berawal dari pemberontakan yang didukung Barat untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.

Arab Saudi Lakukan Serangan Udara di Yaman

VIVA - Arab Saudi mengumumkan telah melakukan operasi militer di Yaman, sejak Rabu, 25 Maret 2015, dengan serangan udara bersama 10 negara koalisi, untuk menghalangi pergerakan pasukan milisi Houthi.

Dikutip dari Reuters, Kamis, 26 Maret 2015, Arab Saudi melibatkan diri dalam konflik di Yaman, setelah milisi Houthi terus bergerak mendekat ke kota Aden, begitu berhasil merebut pangkalan udara al-Anad, Rabu.


Keterlibatan Saudi dikhawatirkan bakal semakin memperburuk konflik, dengan kemungkinan terjadinya perang sektarian antara komunitas Syiah dan Sunni pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Masaki Suematsu, manajer tim energi Brokerage Newedge Jepang, mengatakan serangan udara yang dilakukan Saudi tidak akan berdampak besar terhadap pasar minyak dunia.

Meski begitu dia menyebut akan ada reaksi jika fasilitas minyak Saudi diserang. "Dampaknya akan luar biasa," katanya. Hal senada disampaikan Tom O`Sullivan, pendiri konsultan energi Mathyos Jepang.

Serangan Saudi disebutnya menambah ketidakstabilan di Timur Tengah. Perang sipil di Yaman dapat dimanfaatkan kelompok radikal Al-Qaeda dan ISIS, untuk memperkuat posisinya.

Kekhawatiran itu berkaca pada konflik di Suriah, dengan munculnya ISIS sebagai ancaman baru yang berdampak luas, berawal dari pemberontakan yang didukung Barat untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
"Ini sayangnya, satu lagi contoh terbaru negara gagal di kawasan, setelah Irak, Suriah dan Libya. Sekali lagi, memicu pertanyaan atas efektivitas kebijakan Amerika Serikat (AS) dan Barat di Timur Tengah," ucap O`Sullivan.

Norihiro Fujito, analis senior investasi dari perusahaan sekuritas Mitsubishi UFJ Morgan Stanley, menegaskan keterlibatan Saudi akan menjadi pemicu perang sektarian, menjadikannya sumber kekhawatiran.

Direktur Pusat Studi Timur Tengah dan Afrika Utara dari Institut Asan di Seoul, Jang Ji-Hyang, mempertanyakan langkah Saudi, yang terjadi ditengah pembicaraan program nuklir Iran.

Kim Woo-Kyung, juru bicara SK Innovation, perusahaan induk kilang minyak terbesar Korea Selatan (Korsel), mengatakan Yaman bukan pemasok besar minyak dunia, sehingga konflik di Yaman tidak akan mengganggu pasokan minyak dunia.

Oleh karena itu, keterlibatan Saudi lebih terlihat seperti langkah politik untuk menaikkan harga minyak, tanpa adanya ancaman serius terhadap pasokan minyak.

Itu terlihat dari naiknya harga minyak mentah dunia sebesar 1 persen, Kamis, setelah Arab Saudi dan negara-negara Teluk mengumumkan telah melakukan operasi militer di Yaman.

Houthi Rebut Pangkalan Udara Dekat Aden di Yaman

VIVA  - Pasukan Houthi yang didukung unit militer, merebut pangkalan udara al-Anad sekitar 60 kilometer utara Aden, Rabu, 25 Maret 2015, dari pasukan yang setia pada Presiden Yaman Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Dikutip Reuters, Houthi yang bersekutu dengan beberapa unit militer Yaman, terus bergerak maju hingga 40 kilometer dari kota pelabuhan, di mana Hadi saat ini berada setelah melarikan diri dari ibukota Sanaa, Februari lalu.

Pertempuran hebat dilaporkan terjadi antara milisi Houthi dan pasukan yang setia pada Hadi, sebelum direbutnya al-Anad, menandai perkembangan signifikan dalam upaya mereka merebut Aden.

Direbutnya al-Anad membuat Hadi tidak dapat lagi mengandalkan pesawat-pesawat militer Yaman, untuk melindungi Aden dari serangan Houthi. Sebaliknya akan mempercepat jatuhnya Aden.

Sebelumnya Houthi dilaporkan telah menggunakan pesawat, untuk melakukan serangan udara ke istana kepresidenan di Aden. Sehingga al-Anad menjadi lokasi strategi bagi Houthi untuk meningkatkan serangan mereka.

Al-Anad selama ini juga menjadi markas intelijen Amerika Serikat (AS), untuk mengawasi aktivitas Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP). Namun, AS telah mengevakuasi personel militernya dari Yaman pada pekan lalu.

Menurut sumber AS, al-Anad selama ini menjadi markas pasukan AS, termasuk 100 personel pasukan khusus mereka.

Minggu, 08 Maret 2015

Pasukan Mesir Membunuh 70 Militan dan Menangkap 118

Pasukan pemerintah Mesir membunuh 70 militan dan menangkap 118 lainnya dalam sejumlah serangan udara dan darat ke wilayah bergolak Semenanjung Sinai dalam beberapa pekan terakhir.


Juru bicara militer, Brigadir Jenderal Mohammad Samir, pada Ahad (8/3) mengatakan bahwa para militan terbunuh dalam operasi di kota el-Arish, di dekat kota perbatasan Rafah, dan juga di kota Sheikh Zuweid.

Ditambahkannya bahwa sejumlah anggota kelompok teroris Takfiri Ansar Bait al-Ansar termasuk di antara para korban tewas dan 23 di antara mereka yang tertangkap adalah buron aparat keamanan Mesir.

Militer Mesir menyatakan bahwa sedikitnya 172 militan tewas dalam operasi gabungan antara polisi dan militer di Semenanjung Sinai pada bulan Februari. Adapun kota Sheikh Zuweid dan Rafah adalah termasuk di antara kota di el-Arish yang mencatat korban terbanyak dalam sebulan terakhir.

Kompetisi Militer antara NATO vs RUSIA di Tengah Krisis Ukraina

Irib - Kementerian Pertahanan Rusia baru-baru ini mengumumkan diselenggarakannya manuver akbar anti-udara di wilayah-wilayah selatan negara itu. Latihan militer yang telah dimulai pada Kamis, 5 Maret, itu akan digelar hingga 10 April dan melibatkan lebih dari 2.000 tentara dan 500 jenis senjata militer.


Manuver tersebut diselenggarakan di 12 lokasi pelatihan di wilayah-wilayah Rusia selatan, Kaukasus utara dan kawasan sekitar Laut Hitam. Luas daerah latihan militer itu juga mencakup berbagai pangkalan militer Rusia di Armenia, Abkhazia  dan Ossetia Selatan serta Semenanjung Krimea. Tahun lalu, Krimea bergabung dengan Federasi Rusia, dan hal ini telah menyulut peningkatan ketegangan hubungan antara Moskow dan negara-negara Barat.

Rusia menggelar manuver akbar tersebut di tengah-tengah ketegangan hubungannya dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat atas krisis Ukraina. Anatoly Antonov, Wakil Menteri Pertahanan Rusia dalam jumpa pers baru-baru ini memperingatkan aktivitas pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di sekitar Rusia.

Manuver militer Rusia diselenggarakan bersamaan dengan persiapan pasukan NATO untuk menggelar latihan militer di Laut Hitam. Pada Rabu, enam kapal penjelajah NATO tiba di Laut Hitam yang terletak di Rusia selatan. Enam kapal perang tersebut dikirim ke Laut Hitam untuk bergabung dengan manuver gabungan Bulgaria, Rumania dan Turki dalam kerangka pasukan NATO di kawasan ini.

Seorang juru bicara NATO mengklaim bahwa manuver tersebut dilakukan berdasarkan agenda yang biasa dilakukan dan memberikan pesan perdamaian kepada sekutu NATO di kawasan. Para pejabat aliansi militer Barat itu menegaskan bahwa berbagai metode pertahanan dalam menghadapi serangan udara dan laut akan dipraktekkan dalam latihan tersebut.

Sementara itu, sebuah sumber militer-diplomatik menegaskan, menjelang penyelenggaraan manuver militer di Laut Hitam, enam kapal tempur NATO itu akan berkumpul di pelabuhan Varna Bulgaria.

Dalam sebuah pernyataan pada Rabu, NATO mengumumkan bahwa enam kapal perang dari negara-negara AS, Kanada, Jerman, Italia, Turki dan Rumania telah sampai di Laut Hitam untuk berpartisipasi dalam latihan militer gabungan.

Alexander Lukashevich, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia segera merespon kehadiran kapal-kapal perang AS di Laut Hitam yang berbatasan dengan Ukraina. Ia menegaskan, kehadiran kapal-kapal perang NATO di kawasan ini dapat menimbulkan konsekuensi serius dalam proses penyelesaikan krisis Ukraina.

Perkembangan tersebut terjadi ketika Anatoly Antonov, Wakil Menhan Rusia pada Kamis menegaskan bahwa Moskow mengundang semua negara anggota NATO untuk berpartisipasi dalam Konferensi Keamanan Rusia yang rencananya digelar pada bulan April.

Menurutnya, sebagian negara anggota NATO telah menerima undangan ini. Namun hingga sekarang belum ada undangan kepada Ukraina untuk berpartisipasi dalam konferensi keamanan tersebut.

Krisis Ukraina telah menyebabkan hubungan Rusia dan Barat memburuk dan sampai pada level terendah pasca Perang Dingin. Sementara itu, NATO dengan dalih intervensi Rusia atas krisis di Ukraina timur memperluas kehadiran pasukannya di negara-negara Eropa Timur.

Kondisi semakin memburuk setelah Uni Eropa dan AS memberlakukan beberapa putaran sanksi terhadap Rusia atas dasar tuduhan bahwa Moskow telah mengirim pasukan dan senjata kepada oposisi di Ukraina timur.

Sementara Rusia sendiri telah berulangkali membantah tudingan-tudingan tersebut, dan sebagai respon dari sanksi, negara ini juga menghentikan impor bahan-bahan pangan dari Eropa.