Rabu, 25 Maret 2015

Arab Saudi Lakukan Serangan Udara di Yaman

VIVA - Arab Saudi mengumumkan telah melakukan operasi militer di Yaman, sejak Rabu, 25 Maret 2015, dengan serangan udara bersama 10 negara koalisi, untuk menghalangi pergerakan pasukan milisi Houthi.

Dikutip dari Reuters, Kamis, 26 Maret 2015, Arab Saudi melibatkan diri dalam konflik di Yaman, setelah milisi Houthi terus bergerak mendekat ke kota Aden, begitu berhasil merebut pangkalan udara al-Anad, Rabu.


Keterlibatan Saudi dikhawatirkan bakal semakin memperburuk konflik, dengan kemungkinan terjadinya perang sektarian antara komunitas Syiah dan Sunni pendukung Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.

Masaki Suematsu, manajer tim energi Brokerage Newedge Jepang, mengatakan serangan udara yang dilakukan Saudi tidak akan berdampak besar terhadap pasar minyak dunia.

Meski begitu dia menyebut akan ada reaksi jika fasilitas minyak Saudi diserang. "Dampaknya akan luar biasa," katanya. Hal senada disampaikan Tom O`Sullivan, pendiri konsultan energi Mathyos Jepang.

Serangan Saudi disebutnya menambah ketidakstabilan di Timur Tengah. Perang sipil di Yaman dapat dimanfaatkan kelompok radikal Al-Qaeda dan ISIS, untuk memperkuat posisinya.

Kekhawatiran itu berkaca pada konflik di Suriah, dengan munculnya ISIS sebagai ancaman baru yang berdampak luas, berawal dari pemberontakan yang didukung Barat untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
"Ini sayangnya, satu lagi contoh terbaru negara gagal di kawasan, setelah Irak, Suriah dan Libya. Sekali lagi, memicu pertanyaan atas efektivitas kebijakan Amerika Serikat (AS) dan Barat di Timur Tengah," ucap O`Sullivan.

Norihiro Fujito, analis senior investasi dari perusahaan sekuritas Mitsubishi UFJ Morgan Stanley, menegaskan keterlibatan Saudi akan menjadi pemicu perang sektarian, menjadikannya sumber kekhawatiran.

Direktur Pusat Studi Timur Tengah dan Afrika Utara dari Institut Asan di Seoul, Jang Ji-Hyang, mempertanyakan langkah Saudi, yang terjadi ditengah pembicaraan program nuklir Iran.

Kim Woo-Kyung, juru bicara SK Innovation, perusahaan induk kilang minyak terbesar Korea Selatan (Korsel), mengatakan Yaman bukan pemasok besar minyak dunia, sehingga konflik di Yaman tidak akan mengganggu pasokan minyak dunia.

Oleh karena itu, keterlibatan Saudi lebih terlihat seperti langkah politik untuk menaikkan harga minyak, tanpa adanya ancaman serius terhadap pasokan minyak.

Itu terlihat dari naiknya harga minyak mentah dunia sebesar 1 persen, Kamis, setelah Arab Saudi dan negara-negara Teluk mengumumkan telah melakukan operasi militer di Yaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar