Jumat, 15 Mei 2015

Suriah & Hizbullah Rebut Kota di Perbatasan Lebanon

Berita Militer Internasional-Tentara Suriah dengan dibantu kelompok militan Hizbullah berhasil merebut Kota Qalamoun dari tangan pejuang pemberontak.

Pemberontak Suriah berhasil diusir keluar dari Kota Qalamoun setelah terjadi pertempuran sengit di wilayah tersebut. Kota Qalamoun sendiri terletak dekat dengan perbatasan Lebanon.

“Kini, kami berada dalam jalur yang benar untuk mengalahkan pemberontak sekarang,” ujar salah seorang pejabat Militer Suriah yang enggan disebutkan identitasnya, seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (14/5/2015).

Tentara Suriah dan Hizbullah bertekad akan membersihkan wilayah perbatasan Lebanon dari kelompok pemberontak yang selama ini menguasai wilayah tersebut.

Wilayah perbatasan Suriah-Lebanon merupakan salah satu wilayah yang strategis. Hal ini dikarenakan semenjak krisis melanda Suriah banyak warganya yang mengungsi ke wilayah Lebanon untuk menghindari konflik berkepanjangan.

Hizbullah sendiri merupakan sebuah kelompok beraliran Syiah dan memiliki kedekatan yang erat dengan Presiden Suriah Bashar al Assad. Konflik di Suriah hingga kini belum menunjukan tanda-tanda untuk berakhir.

Israel Tuding Mesir Beli Rudal S-300 Rusia

Berita Militer Internasional-Seorang pejabat intelijen senior Israel mengungkapkan bahwa Pemerintah Mesir telah sepakat untuk membeli sistem pertahanan udara mutakhir milik Rusia, yakni rudal S-300. Tudingan itu dilontarkan setelah pejabat intelijen itu membaca laporan dari salah satu media Rusia.

“Setelah saya membaca salah satu laporan media Rusia, saya yakin bahwa Pemerintah Mesir telah mencapai kesepakatan tertentu untuk membeli rudal S-300 Rusia,” ujar pejabat intelijen senior Israel yang tidak ingin disebutkan identitasnya, seperti dikutip Al Arabiya, Kamis (14/5/2015).

“Hingga kini saya masih tidak tahu tujuan Mesir membeli rudal S-300 Rusia. Saya juga tidak tahu ancaman seperti apa yang nantinya akan Mesir timbulkan. Namun, kami tidak melihat Mesir sebagai Musuh,” sambungnya.

Rudal S-300 memiliki jangkauan tembak hingga 200 kilometer. Sistem pertahanan udara mutakhir itu juga memiliki kemampuan melacak dan menyerang beberapa target secara bersamaan. Rudal S-300 milik Rusia merupakan salah satu senjata pertahanan udara paling ampuh di dunia.

Sebelumnya pada 6 Maret 2015, kantor berita Rusia, TASS melaporkan bahwa Pemerintah Mesir dikabarkan akan menerima sistem pertahanan udara Antey-2500, salah satu varian dari S-300. Hingga kini, Pemerintah Mesir belum mengonfirmasi laporan-laporan tersebut.

Sementara itu, Pemerintah Iran dilaporkan telah lebih dahulu membeli rudal S-300 dari Rusia. Mengetahui hal tersebut, Pemerintah Israel khawatir kekuatan militer Iran akan semakin tak terbendung.

Momok Militer NATO Muncul di Depan 'Pintu' Rusia

Berita Militer Internasional-NATO meningkatkan "momok" kekuatan militer di depan "pintu" Rusia. Demikian laporan media Moskow, Russia Today, mengacu pada manuver militer udara dan laut tanpa henti di perbatasan Rusia timur.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, juga membenarkan bahwa latihan militer udara dan laut NATO di perbatasan Eropa timur tidak akan berhenti.“Hal itu dilakukan untuk menyesuaikan ancaman baru terhadap aliansi (NATO),” katanya, dalam sebuah konferensi di Turki, Kamis kemarin.


”Kami terus membahas adaptasi dari aliansi dan kita harus selalu dapat memenuhi tanggung jawab kami dan itu adalah langkah untuk membela dan melindungi semua sekutu kami terhadap ancaman apapun,” lanjut Stoltenberg. ”NATO adalah aliansi militer terkuat di dunia dan kami akan terus NATO kuat.”

Saat ini, NATO berencana untuk menggandakan kekuatan di Eropa untuk merespons ancaman secara cepat. ”Fokus utama kami saat ini adalah implementasi dari keputusan yang kita sudah dibuat, dan itu adalah untuk melipatgandakan ukuran kekuatan respons NATO, untuk membangunkekuatan di ujung tombak dengan kesiapan baru,” ujar Stolenberg, yang dilansir semalam (14/5/2015).

Sekjen NATO juga mengatakan bahwa, unit komando NATO baru juga akan dibangun di Latvia, Lithuania, Estonia, Polandia, Bulgaria dan Rumania.

Menurut utusan Rusia untuk NATO, Aleksandr Grushko, selama tahun lalu jumlah pasukan NATO yang ditempatkan di perbatasan Rusia sudah dua kali lipat, yakni lebih dari 3 ribu personel. Rusia sendiri sudah berniat mengajak NATO untuk berdamai dan memperbarui hubungan yang sudah retak sejak krisis Ukraina pecah.

Yaman Ancam Tak Izinkan Kapal Bantuan Iran Merapat

Berita Militer Internasional-Pemerintah Yaman akhirnya merespon ancaman yang dilontarkan oleh pemerintah Iran. Dalam pernyataanya kemarin, Iran mengatakan, tidak ada satupun pihak yang boleh menyentuh kapal bantuan mereka. Jika itu dilakukan, maka pihak tersebut telah menabuh genderang perang.

“Setiap serangan terhadap kapal bantuan Bulan Sabit Merah Iran akan memicu perang di kawasan itu. Dan ‘api’ ini tidak dapat dikendalikan,” kata Kepala Angkatan Bersenjata Iran, Brigadir Jenderal Massoud Jazzayeri kemarin. (Baca juga: Iran Ancam Perang Jika Kapal Bantuan ke Yaman Diserang).

Namun pihak Yaman, seperti dilansir Al Arabiya pada Kamis (14/5/2015), tidak gentar dengan ancaman yang dilontarkan Iran. Yaman justru melemparkan ancaman balik. Negara tetangga Saudi itu mengatakan, mereka tidak akan mengizinkan kapal bantuan Iran itu, jika kapal tersebut enggan diperiksa dan diarahkan oleh Penjaga Pantai Yaman.

"Jika Iran tidak mengizinkan kapal kargo mereka untuk diperiksa dan dikawal militer kami, maka kami tidak akan bertanggung jawab atas segala kejadian yang menimpa kapal tersebut saat berusaha memasuki perairan Yaman," kata pemerintah Yaman dalam sebuah pernyataan.

Pemerintah Yaman sendiri menegaskan, mereka tidak pernah keberatan, dan akan selalu bila ada sebuah negara mengirimkan bantuan kepada mereka. Namun, negara tersebut, termasuk Iran, harus mematuhi prosedur yang ada untuk bisa mengirimkan bantuan atau untuk masuk ke wilayah Yaman.

Sementara itu, alasan Iran enggan dikawal, baik itu oleh pasukan koalisi, Amerika Serikat atau oleh pemerintah Yaman, karena mereka telah membawa pengawal sendiri. Petinggi militer Iran, Laksamana Hossein Azad mengatakan, kelompok Angkatan Laut ke-34 telah ditugaskan untuk mengawal kapal tersebut.

Iran Letuskan Tembakan Peringatan ke Kapal Singapura

Berita Militer Internasional-Korps Angkatan Laut Garda Revolusi Iran meletuskan tembakan peringatan terhadap kapal kargo berbendera Singapura di perairan internasional di kawasan Teluk. Tembakan itu membuat kapal tersebut lari ke perairan Uni Emirat Arab (UEA).

Informasi itu diungkap seorang pejabat Amerika Serikat (AS) kepada Reuters. Kapal kargo Alpine Eternity itu telah mengeluarkan sinyal radio untuk meminta bantuan Uni Emirat Arab setelah kapal-kapal Iran ikut meluncurkan tembakan peringatan.


”Ini adalah sejenis tantangan yang difokuskan pada sekutu (Teluk),” kata Wakil Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Ben Rhodes, Jumat (15/5/2015).

Belum jelas apa alasan pasukan Angkatan Laut Iran mengeluarkan tembakan terhada kapal Singapura itu. Terlebih, kapal itu berlayar di perairan internasional.

Setelah menerima sinyal radio kapal Singapura, otoritas UEA langsung menyebarkan kapal penjaga pantai. Sementara itu, kantor berita WAM, melaporkan bahwa kapal berbendera Singapura itu diserang empat kapal Iran di perairan internasional di Teluk.

”Kapal mengirim sinyal darurat ke pasukan penjaga pantai UEA, yang menanggapi sinyal itu untuk membantu kapal (Singapura) berlabuh ke pelabuhan Jebel Ali,” tulis kantor berita tersebut. Situs marinetraffic.com juga melaporkan bahwa Kapal Alpine Eternity telah berhenti di sebuah pelabuhan di Bahrain.

AS Bersumpah Lindungi Sekutu Teluk dari Ancaman Iran

Berita Militer Internasional- Amerika Serikat (AS) bersumpah berada di samping dan melindungi negara-negara Teluk dari ancaman serangan eksternal, termasuk Iran. Hal itu dikemukakan Presiden AS, Barack Obama dalam pertemuannya dengan para pemimpin Teluk.

AS bahkan siap memberikan bantuan teknis untuk mengembangkan rudal balistik untuk pertahanan sekutu-sekutu Teluknya. Dalam pertemuan itu, Obama dan para pemimpin Teluk blak-blakan membahas sepak terjang Iran yang dianggap melakukan destabilisasi di wilayah Teluk.

Selain Iran, ancaman Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) juga turut dibahas. Pertemuan Obama dan para delegasi Teluk dari Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Oman, Bahrain dan Uni Emirat Arab berlangsung di Camp David, AS. Jumat (15/5/2015) waktu setempat.

”Saya sangat eksplisit bahwa AS akan berdiri dengan mitra Teluk kami terhadap serangan eksternal,” ucap Obama, seperti dikutip Reuters.

Negara-negara Teluk menekankan perlunya Iran untuk bersikap sesuai dengan prinsip-prinsip bertetangga baik, yang tidak campur tangan dengan urusan dalam negeri negara lain dan menghormati integritas teritorial.

Dalam sebuah pernyataan bersama AS dan Teluk, Obama setuju untuk memberikan dukungan untuk “kemerdekaan” politik dan integritas teritorial, serta keamanan dari agresi eksternal.

Rabu, 13 Mei 2015

Jenderal Iran: Perang Besar Berkobar Jika Kapal Bantuan Kemanusiaan Iran Diserang

Berita Militer Internasional-Wakil Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Iran Brigjen Massoud Jazayeri mengisyaratkan bahwa perang besar akan berkobar jika kapal Iran yang memuat bantuan kemanusiaan untuk korban perang Yaman mendapat serangan dari Amerika Serikat (AS) atau pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.

“Serangan dalam bentuk apapun terhadap kapal pembawa bantuan kemanusiaan Iran dapat mengobarkan api di kawasan yang tak mungkin dapat dipadamkan dan dikendalikan oleh AS, Arab Saudi dan sekutunya,” ungkap Jazayeri dalam wawancara dengan TV Alalam, Selasa kemarin (12/5).


Dalam wawancara yang belum ditayangkan namun dikutip di laman Alalam itu dia menambahkan, “Bantuan kemanusiaan ini diharapkan sampai kepada rakyat Yaman. Ini merupakan batas minimal dari apa yang diharapkan. Di luar batas ini maka kami harus melakukan tindakan-tindakan lain yang pembicaraan tentangnya sebaiknya kami tangguhkan di masa mendatang.”

Dia juga menegaskan, “Perlu kami nyatakan secara tegas bahwa kesabaran Iran ada batasnya terhadap Saudi dan para pemimpin barunya, juga terhadap AS dan lain-lain. Mereka harus tahu bahwa berusaha mempersulit Republik Islam Iran dalam proses pengiriman bantuan untuk negara-negara regional berpotensi menyulut kobaran api yang pengendaliannya sudah pasti di luar kemampuan mereka.”

Jenderal Jazayeri mengingatkan bahwa apa yang dilakukan Saudi di Yaman sama persis dengan kekejaman rezim Zionis Israel di Palestina. Karena itu dia menyerukan kepada masyarakat internasional supaya segera insaf dan bergerak membantu rakyat Yaman yang sedang menjadi korban pembasmian massal.

Belum lama ini Iran mengumumkan telah melayarkan kapal bantuan kemanusiaan ke Yaman. (Baca: Iran Ancam Putus Tangan Yang Coba Sentuh Kapal Bantuan Untuk Yaman )

Di pihak lain, sebagaimana dilaporkan AFP, Gedung Putih di hari yang sama mendesak Iran supaya memanfaatkan pusat distribusi bantuan PBB di Djibouti dalam pengiriman bantuan kemanusiaan ke Yaman.
Sementara itu, kantor berita resmi Yaman, Saba, mengutip pernyataan seorang pejabat negara ini bahwa serangan udara Saudi dan sekutunya terhadap Sanaa Senin lalu (11/5)  telah membunuh 90 orang dan melukai 300 lainnya.

Reuters dari Sanaa menyebutkan bahwa jika jumlah ini benar maka ini merupakan yang terbesar dalam satu peristiwa sepanjang serangan udara Saudi dan sekutunya ke Yaman yang sudah memasuki minggu ketujuh sebelum akhirnya diumumkan gencatan senjata lima hari yang dimulai Selasa malam.

AS Tantang China, Kirim Pesawat dan Kapal Perang

Berita Militer Internasional-Pentagon tengah mempertimbangkan, pengiriman pesawat-pesawat dan kapal perang Amerika Serikat (AS) ke Laut China Selatan, dekat kepulauan Spratly yang diperebutkan antara China dan beberapa negara di Asia Tenggara.

Dilansir dari Reuters, Rabu, 13 Mei 2015, Menteri Pertahanan Ash Carter meminta opsi, meliputi pengiriman kapal dan pesawat militer AS dalam jarak 12 mil laut dari karang-karang di kepulauan Spratly.

Langkah AS itu dipastikan bakal menjadi tantangan langsung terhadap China. Belum ada tanggapan dari Pentagon dan Gedung Putih, atas laporan yang pertama kali dipublikasi Wall Street Journal.

Juru bicara kedutaan besar China, Zu Haiquan, mengatakan China memiliki kedaulatan yang tidak terbantahkan atas kepulauan Nansha, nama yang digunakan China untuk kepulauan Spratly.

Dia mengatakan China berharap pihak-pihak, diyakini merujuk pada AS dan negara lainnya, dapat menghormati komitmen untuk tidak berpihak dalam sengketa Laut China Selatan, serta menahan diri untuk tidak menambah ketegangan.

Pengiriman kapal dan pesawat ke Spratly, akan mengulang langkah militer AS pada 2014 dengan operasi 'Navigasi Bebas', untuk menantang klaim maritim dari 19 negara, termasuk China.

Jepang dan AS mengecam China pada 2013, karena menerapkan zona indentifikasi pertahanan udara (ADIZ) di Laut China Timur, di mana pesawat-pesawat harus mengidentifikasi diri pada otoritas China.

AS merespon dengan menerbangkan pesawat pembom B-52 melalui zona itu, dalam upaya unjuk kekuatan.

Senin, 11 Mei 2015

Manuver Besar-besaran, NATO Kerahkan 20 Kapal Perang

Berita Militer Internasional-Sekitar 20 kapal perang dari sembilan negara anggota NATO telah memulai latihan tempur besar-besaran di lepas pantai Baltik, Lithuania. Ke-20 kapal perang itu berasal dari Belgia, Estonia, Jerman, Latvia, Lithuania, Belanda, Norwegia, Polandia dan Inggris.

Sedangkan Lithuania mengerahkan dua unit kapal selam dan dua pesawat jet tempur. Manuver besar-besaran itu akan berlangsung hingga 14 Mei 2015. Demikian pernyataan Departemen Pertahanan Nasional Lithuania. Ke-20 kapal perang NATO itu beraksi menembak, mencegat hingga operasi pencarian dan penyelamatan kapal.

Laut Baltik telah jadi medan latihan perang besar-besaran NATO sejak 2008. Tahun depan, giliran Latvia yang akan jadi tuan rumah untuk latihan perang serupa.

Selain kapal perang dan pesawat tempur, dalam latihan perang itu sebanyak 3 ribu tentara Lithuania dikerahkan. Latihan perang besar-besaran NATO kali ini diberi nama “Zaibo Kirtis” yang bermakna “serangan petir”.

Sedangkan pada 15 Mei 2015 pasukan Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Latvia, Lithuania, Belgia, Polandia dan Belanda akan bergabung untuk melakukan manuver. Sejak krisis Ukraina pecah, NATO terus meningkatkan latihan militer di sepanjang perbatasan Rusia.

Rusia telah menanggapi manuver NATO itu dengan beberapa kali menerbangkan pesawat pembom Tu-95 di sekitar wilayah udara anggota NATO. Meski gagal memberikan bukti apapun, negara-negara Barat menyalahkan terus Rusia dengan tuduhan sebagai dalang perang di Ukraina timur dengan mendukung separatis pro-Rusia di Donetsk dan Luhansk.

Kendati demikian, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, beberapa hari lalu menyatakan bahwa Moskow siap untuk berdamai dengan NATO dengan memperbarui kemitraan strategis antara NATO dan Rusia.

”Saya ingin mengatakan dengan semua kejujuran; kami menerima sinyal dari mitra kami, NATO, bahwa tidak ada salahnya untuk memperbarui kerjasama antara departemen militer kita,” ujar Lavrov, seperti dilansir Russia Today, semalam.

Iran Ancam Putus Tangan Yang Coba Sentuh Kapal Bantuan Untuk Yaman

Berita Militer Internasional- Lembaga Bulan Sabit Merah Iran sudah selesai mempersiapkan pelayaran kapal menuju pelabuhan Hadidah, Yaman. Selain mengangkut bantuan kemanusiaan, kapal itu juga membawa para aktivis dari berbagai negara dan Iran sendiri.

“Bantuan Iran ini terdiri atas 2500 ton bahan makanan, obat-obatan, selimut dan tenda,” ungkap sumber yang mengetahui masalah ini kepada media online Rai al-Youm yang bermarkas di London, Senin (11/5).

Sumber itu menambahkan bahwa lembaga Bulan Sabit Merah Saudi, Yaman, Jibouti dan Oman serta beberapa lembaga internasional, termasuk Komite Palang Merah Internasional, sudah diberitahu oleh Bulan Sabit Merah Iran perihal pelayaran kapal yang bertolak dari pelabuhan Bandar Abbas, Iran, tersebut.

Dia mengatakan bahwa kapal itu juga ditujukan untuk memecah blokade terhadap Yaman demi menyampaikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Yaman. Kapal itu menempuh rute dari Teluk Persia menuju Laut Oman lalu ke Selat Aden kemudian Laut Merah dan terakhir Pelabuhan Hadidah di Yaman.
Para pejabat Bulan Sabit Merah Iran mengumumkan bahwa mereka sudah menjalin koordinasi dengan Bulan Sabit Merah Yaman, Departemen Kesehatan Yaman dan semua lembaga terkait di Yaman untuk penyerahan dan pendistribusian bantuan itu kepada rakyat yang membutuhkannya.

Sumber-sumber yang dihubungi Rai al-Youm mengatakan sudah ada keputusan di level militer dan politik Iran untuk pengambilan reaksi keras terhadap siapapun yang mencoba menghadang kapal tersebut.
“Kami akan membabat tangan yang mencoba mencegah kapal itu,” ungkap seorang narasumber menirukan pernyataan seorang pejabat Iran yang juga tak disebutkan namanya.

Rumah Mantan Presiden Yaman Dibom

Berita Militer Internasional-Jet tempur Arab Saudi dan koalisinya dilaporkan telah mengebom kediaman mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh. Namun, saksi mata mengatakan tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut karena mantan Presiden Saleh telah lama pergi dari Yaman.

“Sebanyak tiga serangan udara mengarah ke Kota Sanaa hari ini dilancarkan, satu di antaranya dilaporkan menghantam kediaman mantan Presiden Saleh. Meski demikian, Saleh beserta keluarganya baik-baik saja, karena telah lama keluar dari Yaman,” demikian laporan kantor berita Yaman, Khabar, seperti dikutip Al Jazeera, Minggu (10/5/2015).


“Kepulan asap tebal terlihat membumbung tinggi di sekitar wilayah kediaman mantan Presiden Saleh, di Kota Sanaa,” lanjut laporan tersebut.

Sebagaimana diberitakan, mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, dilaporkan telah meninggalkan Yaman menuju suatu tempat yang belum diketahui.

Mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh yang digulingkan rakyatnya pada 2012 itu bahkan telah mengirim pesan untuk meminta jalan keluar aman untuknya dan keluarga kepada koalisi Arab Saudi.

Dalam pesannya, ia mengaku tidak memiliki hubungan apapun dengan Kelompok Houthi. Hal itu tentu saja bertentangan dengan pernyataan awal Ali Abdullah Saleh. Ketika itu, ia turut mengirim putranya, Ahmed Ali Saleh, untuk membantu Kelompok Houthi. Pesan mantan Presiden Saleh menimbulkan kesan bahwa ia mengkhianati Kelompok Houthi.

Sementara itu, pasukan Yaman yang bersekutu dengan Houthi menyatakan sepakat melakukan gencatan senjata selama lima hari seperti yang ditawarkan Arab Saudi sebelumnya. Hal itu dibeberkan Juru Bicara pasukan Yaman yang bersekutu dengan Houthi, Kolonel Sharaf Luqman.

Mantan Presiden Yaman Jadi Sekutu Houthi

Berita Militer Internasional-Mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh untuk pertama kalinya secara resmi mengumumkan persekutuannya dengan kelompok pemberontak Houthi. Hal itu terjadi setelah dua serangan udara koalisi Arab menghantam tempat tinggalnya di ibu kota Sanaa.

Saleh tidak berada di tempat saat serangan udara itu terjadi, namun tiga orang penjaga tewas dan tiga unit gedung hancur akibat bom pasukan koalisi.


Pria berusia 73 tahun itu dipaksa mundur dari jabatannya sebagai Presiden Yaman pada 2012, setelah protes berkepanjangan dari rakyat Yaman. Dia telah dituduh berkoalisi dengan pihak Houthi sejak Februari 2015, akan tetapi belum pernah secara resmi menyatakan dukungannya hingga hari ini.

Selain menyatakan dukungannya terhadap Houthi, mantan Presiden Yaman itu juga menyampaikan tantangan kepada Koalisi Arab Saudi untuk menyerang Yaman dengan serangan darat, yang sampai saat ini belum dilakukan.

“Anda (Houthi) harus tetap mengangkat senjata, siap mengorbankan nyawa menghadapi serangan musuh ini,” kata Saleh.

“Saya menyebut serangan ini tindakan pengecut. Jika Anda (koalisi Arab Saudi) cukup berani datang dan hadapi kami di medan pertempuran kami akan menyambut Anda. Serangan dengan roket dan pesawat tempur tidak dapat membuat Anda mencapai tujuan Anda,” lanjutnya seperti yang dilansir Al Jazeera, Senin (11/5/2015).

Pernyataan Saleh ini dikeluarkan sesaat setelah Houthi mengisyaratkan akan menerima gencatan senjata selama lima hari yang diajukan Arab Saudi. Gencatan senjata ini diajukan agar bantuan kemanusiaan dapat diberikan kepada rakyat Yaman.

Arab Saudi melalui Menteri Luar Negerinya yang baru Adel Al Jubeir mengajukan gencatan senjata itu pada Kamis 7 Mei 2015, dengan syarat kelompok Houthi menghentikan pertempuran.

Kelompok Houthi mengatakan, pihaknya akan menyambut baik segala tindakan untuk membantu rakyat Yaman, termasuk pemberian bantuan kemanusiaan.

“Kami akan menyambut baik dengan segala usaha, permintaan, atau tindakan yang serius dan positif yang akan membantu meringankan penderitaan serta mengizinkan pemberian bantuan, persediaan, dan kapal-kapal untuk masuk dengan aman ke Yaman,” demikian kata juru bicara Houthi Kolonel Sharaf Luqman.

Meski telah menyetujui gencatan senjata dengan pihak koalisi Arab Saudi, namun Houthi menyatakan akan menghadapi segala serangan dari pasukan Presiden Mansour Hadi.

Serangan Arab Saudi Hancurkan Makam Pendiri Houthi

Berita Militer Internasional-Koalisi Arab Saudi kembali menyerang Kelompok Houthi. Serangan yang dimulai Kamis 7 Mei 2015 itu menghancurkan makam pendiri Kelompok Houthi.

"Pekerjaan kami sekarang mencari mereka (Houthi) yang merencanakan serangan ini dan yang bersembunyi di Saada, dan tempat-tempat di mana milisi berada," kata Juru Bicara Koalisi Arab Saudi yang dipimpin Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, sebagaimana diberitakan Reuters, Jumat (8/5/2015).

Menurut media Al Ekhbariya, masyarakat sipil yang berada di Propinsi Saada sudah diminta untuk meninggalkan wilayah itu pada 19.00 waktu setempat.

“Pasukan Koalisi Arab Saudi mengumumkan bahwa jalanan utama di Saada bisa digunakan warga sipil untuk meninggalkan wilayah itu,” demikian pernyataan itu.

Warga Saada mengatakan, serangan udara itu menghancurkan makam penemu dari pergerakan Houthi, Hussein al Houthi.

China-Rusia Gelar Latihan Tempur di Laut Hitam

Berita Militer Internasional- Dua kapal tempur China dikabarkan akan terlibat dalam latihan perang bersama dengan Angkatan Laut Rusia. Keduanya disebut-sebut akan melakukan latihan milliter bersama di wilayah Laut Hitam.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, seperti dilansir Russia Today pada Jumat (8/5/2015) dua kapal perang China, yakni Linyi dan Weifang akan tiba di pelabuhan Novorossiysk hari ini. Sebelum melakukan latihan perang bersama, kedua kapal perang itu akan terlebih dahulu terlibat dalam parade peringatan 70 tahun kemenangan Uni Soviet atas Nazi.


"Rencananya kedua kapal itu akan meninggalkan Novorossiysk pada 12 Mei dan menuju ke sebuah willayah di sekitar Laut Mediterania untuk menggelar latihan bersama dengan militer Rusia," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.

Latihan perang, yang merupakan bagian dari kerjasama militer China-Rusia akan berlangsung setidaknya selama 10 hari. "Latihan bersama ini akan digelar mulai tanggal 11 hingga tanggal 21 Mei mendatang," sambungnya.

"Tujuan latihan perang ini adalah untuk mempererat persahabatan kedua negara," tambahnya. Sementara itu, patut diketahui, ini pertama kalinya kapal milik Angkatan Laut China memasuki kawasan Laut Hitam yang merupakan basis militer Rusia.

China Kembangkan Senjata Anti-Satelit, AS Terancam

Berita Militer Internasional-Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) mengungkap laporan bahwa China telah mengembangkan senjata laser dan senjata anti-satelit. Kemajuan pesat China itu membuat sistem satelit AS merasa terancam.

Dalam laporannya kepada Kongres AS, China juga disebut telah membangun infrastruktur tanah yang luas untuk membangun peluncur dan pengongtrol satelit.


Laporan ini menandai dorongan terakhir pejabat militer AS untuk menyoroti meningkatnya ancaman terhadap sistem satelit AS. Kekhawatiran mereka membuat pemerintahan Presiden Barack Obama mengusulkan anggaran belanja ketahanan militer US$5 miliar untuk lima tahun ke depan.

Pada bulan Oktober 2014, China telah meluncurkan 16 pesawat ruang angkasa yang telah dilengkapi sistem komunikasi satelit dan sistem pengawasan. Hal itu termasuk satelit pertama yang menyediakan citra resolusi yang sangat tinggi.

Laporan ini memberikan rincian baru tentang apa yang disebut teknologi "counterspace" China. ”Pemerintah AS memberikan rincian lebih lanjut tentang kegiatan ‘counterspace’ China daripada yang mereka miliki di masa lalu," kata Brian Weeden dari lembaga nirlaba Secure World Foundation.

“Pentagon jelas semakin khawatir tentang kemampuan China yang tumbuh pesat dan kemampuan counterspace-nya,” lanjut Weeden, seperti dilansir Reuters, Sabtu.

Rayakan Berakhirnya PD II, Rusia Boyong Pasukan ke China

Berita Militer Internasional-Militer Rusia menyatakan akan memboyong ribuan pasukan ke China pada September mendatang. Rusia akan terlibat dalam perayaan berakhirnya Perang Dunia II yang diadakan di Beijing, China.

Pengiriman pasukan ini juga merupakan balasan atas kehadiran pasukan China di peringatan kemenangan Uni Soviet atas Nazi pada akhir pekan lalu atau yang dikenal dengan V-day.


Kepastian terlibatnya pasukan Rusia dalam parade di China disampaikan langsung oleh Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu. Seperti dilansir Sputnik pada Senin (11/5/2015), Shoigu mengatakan, pihaknya sangat senang ketika mendapat undangan tersebut dari Menteri Pertahanan China Chan Wanquan. Undangan tersebut disampaikan oleh perwakilan China saat peringatan V-day.

"Kami sangat senang mendapat undangan dari Menteri Pertahanan China untuk ambil bagian dalam perayaan berakhirnya Perang Dunia II pada 3 September tahun ini. Kami sepakat untuk mengirimkan Pasukan Bersenjata Rusia untuk ikut dalam parade militer,” ucap Shoigu.

Di kesempatan yang sama, Menteri Pertahanan Rusia itu juga mengucapkan rasa terimakasihnya atas partisipasi militer China dalam perayaan V-day tahun ini, yang kerap disebut-sebut yang terbesar dalam sejarah pagelaran parade tersebut.

Ini Kebohongan AS dalam Penggerebekan Osama bin Laden

Berita Militer Internasional-Wartawan pemenang hadiah Pulitzer, Seymour Hersh, membongkar kebohongan Amerika Serikat (AS) dalam operasi penggerebekan pendiri al-Qaeda, Osama bin Laden. Menurutnya, penangkap Osama yang sebenarnya adalah intelijen Pakistan.

Hersh berpendapat klaim AS yang menggerebek dan membunuh Osama secara tunggal atau tanpa bantuan negara lain adalah klaim tak sah. Dia membongkar kebohongan AS dalam esai panjang untuk London Review of Books.


Hersh menggambarkan Osama di hari-hari terakhirnya sebagai orang yang sakit-sakitan dan dalam pengawasan intelijen Pakistan. Apa yang dia gambarkan itu jauh dari laporan pers dunia yang mengabadikan klaim tunggal AS dalam keberhasilannya menyergap Osama.

Esai Hersh itu dia susun berdasarkan kesaksian dari pensiunan pejabat senior intelijen Pakistan yang dia wawancarai dalam kondisi anonim. Dia lantas membandingkan kesaksian itu dengan versi cerita pemerintah Presiden Obama dalam mengakhiri hidup Osama bin Laden.

Hersh mengatakan, Obama begitu cepat membuat pidato setelah kematian Osama bin Laden, karena untuk menutupi klaim palsu AS. Hersh yang melakukan investigasi di Pakistan itu yakin pihak yang berjasa dalam penyergapan Osama adalah Pakistan.

”Gedung Putih masih mempertahankan bahwa misi itu adalah semuanya urusan Amerika, dan bahwa para jenderal senior militer Pakistan serta badan Inter-Services Intelligence (ISI) tidak diberitahu dari penggerebekan di awal. Ini adalah palsu,” kata Hersh.

Dia mengatakan Pakistan tidak hanya tahu tentang misi AS itu, tetapi ISI telah menangkap Osama bin Laden pada tahun 2006 dan menjaganya agar dia terkunci di kompleks berdinding tinggi di Abbottabad, Pakistan.

Sedangkan operasi penyergapan Osama oleh AS sendiri terjadi pada 2 Mei 2011 atau terpaut hampir lima tahun. ”Pada bulan Agustus 2010 mantan perwira senior intelijen Pakistan mendekati Jonathan Bank, kepala markas CIA di Kedutaan AS di Islamabad, dan menawarkan diri untuk memberitahu CIA di mana mereka menemukan Osama bin Laden dengan imbalan yang ditawarkan Washington pada tahun 2001," kata Hersh.

Hersh, seperti dikutip news.com.au, Senin (11/5/2015) mengklaim dua pejabat paling senior ISI, yakni Jenderal Ashfaq Parvez Kayani dan Jenderal Ahmed Shuja Pasha telah mengambil uang untuk menjamin Pakistan tidak akan mengganggu operasi penyergapan Osama bin Laden.


source: http://international.sindonews.com/read/999868/42/ini-kebohongan-as-dalam-penggerebekan-osama-bin-laden-1431330319

Maroko Mengaku Jet Tempurnya Tertembak dan Hilang di Yaman

Berita Militer Internasional-Angkatan Udara Maroko mengaku satu jet tempurnya yang terlibat dalam misi militer di angkasa Yaman tertembak dan hilang. Demikian dilaporkan laman Hespress yang berbasis di Maroko berdasarkan pernyataan Inspektorat Jenderal Angkatan Bersenjata Kerajaan Maroko, Senin (11/5).


Disebutkan bahwa jet tempur F-16 milik Maroko itu hilang atau tertembak saat turut serta dalam misi serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap Yaman.  Jet tempur itu didampingi oleh satu jet tempur Moroko lainnya dari jenis yang sama. Jet tempur pendamping selamat  namun pilotnya tidak dapat memastikan apakah pilot pesawat yang hilang sempat melontarkan dirinya dari badan pesawat atau tidak.
Maroko adalah satu di antara 10 negara yang berpartisipasi dalam serangan udara pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi ke Yaman.

Iranfobia dan Modus Penjarahan Kekayaan Arab Teluk Oleh Barat


Oleh: Abdel Bari Atwan*
Berita Militer Internasional-Iranfobia adalah baku yang dominan dalam propaganda kontemporer pemerintah Amerika Serikat (AS) dalam upayanya menebarkan ketakutan di tengah negara-negara Arab Teluk Persia agar kemudian rajin menghamburkan dananya untuk memborong senjata buatan AS yang belakangan diperkirakan mencapai 2 trilyun dolar AS.

Dalam kondisi bagaimanapun, komunitas negara-negara petrodolar ini harus tercekam rasa takut, baik ketika AS menyebut-nyebut opsi militer dan mengerahkan kapal-kapal induknya untuk opsi ini maupun ketika AS melakukan perundingan dengan Iran di belakang negara-negara Arab itu untuk mencapai solusi damai, sebagaimana yang sedang terjadi sekarang.


Dapat dimengerti ketika AS berusaha meyakinkan mereka supaya menghabiskan dana milyaran dolar untuk memborong jet tempur dan rudal-rudal mutakhir untuk pertahanan diri dari segala potensi bahaya Iran yang termanifestasi dalam ambisi nuklirnya.  Hal yang tak dapat dimengerti ialah mengapa kekayaan Arab tetap dihamburkan untuk membelinya ketika perjanjian awal untuk mengawasi dan menjamin status damai nuklir Iran untuk jangka waktu minimal 10 tahun sudah diteken.

Seandainya persenjataan itu digunakan untuk perang bangsa-bangsa Arab ini melawan Israel dengan tujuan membebaskan tempat-tempat suci maka ini tentu membanggakan dan layak didukung. Hanya saja, AS dan negara-negara Eropa tidak mungkin akan menjual barang satu rudal kepada negara Arab manapun jika mereka mengetahui senjata itu akan digunakan untuk menghantam Tel Aviv, bukan Teheran, Damaskus, atau bahkan Baghdad.

Berbagai informasi yang berhembus dari Washington menyatakan bahwa Presiden AS Barack Obama  akan memperbaharui upayanya meyakinkan para pemimpin negara-negara Teluk  Persia dalam pertemuannya dengan mereka  di resort Camp David dalam waktu dekat ini melalui penyebaran sistem “perisai rudal” untuk memayungi kawasan dari rudal-rudal Iran, dan bahwa Obama siap menjual kepada mereka persenjataan terkini kepada mereka dan memperbanyak latihan-latihan perang.
Untuk apa sistem-sistem penangkis rudal itu dipasang di kawasan Teluk Persia seperti di negara-negara Eropa Timur semisal Rumania dan Polandia serta diangkatnya persoalan ini sebagai sesuatu yang mendesak dalam perang antarnegara besar di masa mendatang?
Perisai rudal yang terdiri atas rudal-rudal balistik yang dapat membawa hulu ledak nuklir dan sudah dipasang di negara-negara Eropa timur adalah untuk mengantisipasi bahaya rudal Rusia. Namun apakah Iran, misalnya, lebih maju daripada Rusia dan memiliki hulu ledak nuklir yang dapat dipasang pada rudal-rudalnya?
Jika rudal-rudal Iran menjadi ancaman bagi keamanan dan stabilitas negara-negara Teluk Persia lantas apa gunanya pangkalan militer AS di Qatar, Bahrain dan Kuwait, pangkalan militer Perancis di Abu Dhabi, dan pangkalan Inggris yang dipulihkan di Manama? Untuk apa pasukan negara-negara Barat itu bercokol di kawasan Teluk jika ternyata mereka tidak cukup untuk melindungi negara-negara yang menjadi tuan rumah dan mungkin juga menjadi sumber nafkah bagi mereka itu, baik langsung maupun tidak?

Kalaupun perisai rudal itu urgen bagi keamanan negara-negara Teluk, tapi lantas untuk apa puluhan milyar dolar mengalir dari negara-negara Teluk untuk pemasangan sistem rudal Patriot anti rudal, khususnya rudal Iran? Mengapa pula pemerintah AS berbicara mengenai penjualan senjata kepada Arab Saudi seharga lebih dari 150 milyar Dolar AS? Belum lagi Qatar yang membeli pesawat tempur Rafale buatanPerancis, dan negosiasi pembelian pesawat yang sama oleh Uni Emirat Arab dengan dana sebesar 20 milyar Dolar AS. Semua ini tak ubahnya dengan “penjarahan” AS dan Perancis secara blak-blakan terhadap kekayaan negara-negara Arab Teluk Persia, pengaliran aset keuangan mereka ke Barat dan bukan dimanfaatkan oleh umat Arab sendiri untuk mengatasi krisis ekonomi dan sosialnya.

AS memangsang sistem penangkis rudal di Polandia dan Rumania, namun tanpa meniscayakan pengalihan kekayaan melalui transaksi pembelian senjata dan jet tempur canggih AS senilai puluhan milyar dolar AS. Dua dua negara Eropa timur itu apa yang terjadi justru sebaliknya, Washington memberikan bantuan finansial dan investasi senilai milyaran dolar AS sebagai insentif atas kesediaan mereka menyediakan tempat untuk rudal-rudal itu.

Menariknya lagi, adanya perisai rudal AS di Polandia dan Rumania mendorong Ukraina untuk tidak mencegah intervensi militer dan politik Rusia belakangan ini dan dominasi para sekutu Rusia di Ukraina atas Semenanjung Krimea.

Dana-dana kedaulatan negara-negara Teluk yang sudah kehilangan sebagian besar asetnya untuk membiayai pembelian senjata seharusnya digunakan sebagai tunjangan finansial bagi generasi-generasi mendatang sebagai “hiu putih” untuk kondisi darurat  “hitam” yang mungkin terjadi dalam waktu dekat akibat terpuruknya harga minyak hingga setengah harga yang juga masih berpotensi untuk jatuh lebih parah lagi seiring dengan pencabutan sanksi minyak Iran dan kebijakan Rusia untuk meningkatkan volume ekspornya.
AS dan Eropa berlomba  menjarah isi lumbung-lumbung keuangan negara-negara Arab Teluk dengan cara menciptakan ketakutan yang luar biasa. Belum lama ini Obama mengatakan kepada jurnalis AS Thomas Friedman bahwa bahaya terbesar bagi negara-negara Arab Teluk bukanlah Iran melainkan pengangguran di tengah generasi muda, ketidak adilan dan tidak adanya pemerataan dalam distribusi kekayaan.

Sedangkan Presiden Perancis Francois Hollande yang menjadi tamu kehormatan dalam pertemuan puncak GCC mengatakan bahwa bahaya bagi mereka adalah Iran sehingga mereka harus optimal mempersenjatai diri. Dua klaim ini kontradiktif dan memperlihatkan betapa remehnya bangsa-bangsa Arab dan umat Islam di mata Barat.

Tentu tak seorangpun menyebut Israel sebagai bahaya karena mungkin Israel memang tidak dianggap berbahaya. Pada kenyataannya, superioritas militer Israel di mata Barat harus tetap terjaga di Timur Tengah. Buktinya, semua jenis senjata dan perlengkapan perang buatan AS boleh dijual kepada negara-negara Teluk, tetapi tidak demikian dengan jet tempur F-35 agar tak ada satupun yang memiliki di kawasan ini kecuali Israel.

Kita bangsa Arab sudah menjadi lelucon yang dipermainkan AS sehendak hatinya untuk menjarah kekayaan kita, memecah belah negara-negara kita, membenamkan kita dalam perang saudara, dan membuatkan musuh dari kalangan kita sendiri. Kita semua digiring dalam keadaan mata terbuka ke dalam jebakan terdarah. Dan ini tentu merupakan puncak malapetaka dan kehinaan.

* Pemimpin redaksi media online Arab  Rai al-Youm.

Sabtu, 09 Mei 2015

Hassan Narallah: Ideologi Takfiri dari Saudi Arabia

Berita Militer Internasional-Sekjen Hizbullah Sayyid Hassan Nasrallah mengutuk keras serangan Arab Saudi di Yaman dan menyebut, kerajaan itu merupakan sumber ideologi Takfiri di dunia.

"Intimidasi atau ancaman tidak akan mencegah kita untuk terus menerus menyatakan kecaman agresi (Saudi) terhadap Yaman," kata Nasrallah dalam khutbah dihadapan ribuan warga dengan judul Solidaritas dengan Warga Yaman, Jumat, 17/04/15.


"Tujuan nyata perang adalah memulihkan hegemoni Saudi-Amerika atas Yaman," tegas Nasrallah.

"Para pejabat Arab Saudi mengatakan tujuan perang adalah untuk mempertahankan identitas Arab Yaman, tetapi apakah warga Arab yang berwenang berhak mengobarkan perang di Yaman? Ini adalah perang melawan orang-orang Arab!," tandas Nasrallah.

"Warga Yaman tidak perlu membuktikan identitas Arab atau Islamnya, dan mereka yang menyerang Yaman saat ini sedang berusaha memverifikasi identitas Arab mereka sendiri," kata Nasrallah.

"Tidak ada yang menerima label peristiwa di Yaman sebagai perang Syiah-Sunni, selain mereka yang dikendalikan oleh uang."

Dalam mengomentari operasi yang bertujuan untuk melindungi tempat-tempat suci Islam di Arab Saudi, Nasrallah menegaskab,"Siapa yang mengancam dua Masjid Suci? Ansarullah (Houthi)? rakyat Yaman? Saya dapat mengkonfirmasikan kepada Anda, bahwa memang terdapat ancaman terhadap dua Masjid Suci, namun berasal dari Daesh (ISIS), yang telah menyatakan khalifah di Mosul dan mengumumkan bahwa mereka akan menghancurkan Kabah suci.

"Masjid Nabi menghadapi ancaman, namun ancaman itu datang dari dalam Arab Saudi, ideologi dan budaya Wahhabi," tegas Nasrallah memperjelas otoritas politik dan agama kerajaan konservatif itu.

Nasrallah juga mengkritik Raja Abdul Aziz al-Saud, pendiri kerajaan,"Setelah raja menguasai Hijaz, pengikut Wahhabi- terinspirasi oleh budaya mereka - menghancurkan semua artefak bersejarah peninggalan Nabi (SAW) pada bulan April 1926.

"Mereka mengatakan bahwa tujuan agresi ini adalah untuk mencegah datangnya tentara ke seluruh provinsi, dan itu juga telah gagal, dan provinsi kini berada di tangan tentara Yaman dan al-Qaeda terpukul mundur.

Mereka mengatakan, tujuannya adalah untuk mematahkan kehendak rakyat Yaman dan mereka yang terkena dampak kondisi, tetapi rakyat Yaman menunjukkan ketabahan yang besar.

"Ingat Perang Juli, dengan mengamati kemiripan Kampanye media yang sengit dilancarkan, tapi kami menang. Dan ini adalah perang yang sama, pemikiran yang sama dan manajemen yang sama dan hasilnya pun akan sama.."

"Mereka (Saudi) mengatakan bahwa mereka sedang membela negara Yaman. Namun, mereka melakukan hal ini melalui pemboman administrasi negara, bandara, pelabuhan dan pangkalan militer. Apakah ini Anda sebut sebagai bentuk untuk mempertahankan negara? Tanya Nasrallah.

"Apakah masih ada yang percaya bahwa tujuan perang ini adalah untuk mengembalikan Abdrabbo Mansour Hadi menjadi presiden?" Tanyanya.

Sayyid Nasrallah memuji rakyat Yaman dan kepemimpinan revolusioner Ansarallah, "Pemimpin Besar Sayyid Abdul Malik al-Houthi, kini memiliki kesempatan untuk menyerang dan menyusup ke Arab Saudi. Namun, ia tidak melakukannua, karena ia melakukan apa yang disebut sebagai kesabaran strategis. "

"Setelah 28 hari serangan udara dan pemboman angkatan laut, serangan udara dan semua bentuk intelijen dan dukungan logistik ditawarkan oleh Amerika, namun gagal mengembalikan Abedrabbo Mansour Hadi ke Yaman, dan ia masih berada di Riyadh.

"Karena agresi ini, Hadi justru kehilangan kesempatan untuk kembali ke kursi kepresidenan. Setiap penyelesaian politik tidak bisa mengembalikannya ke kursi presiden," tegasnya.

"Protes populer tetap berlangsung meskipun terjadi pemboman udara, dan sampai saat ini warga Yaman belum menunjukkan tanda-tanda kekalahan," kata Nasrallah.

Adapun reaksi internasional terhadap upaya serangan Saudi, Nasrallah mengatakan "mayoritas suara di dunia menuntut diakhirinya perang dan menyerukan solusi politik.

"Mereka yang memimpin perang ini harus menunjukkan kerendahan hati dan mencari jalan keluar," katanya.

"Sebuah serangan darat akan sia-sia, dan kekalahan mereka sudah jelas. Rakyat Yaman hanya tergantung pada ketahanan mereka sendiri, dan itu yang akan mengalahkan agresi. Mereka juga mempersiapkan diri untuk solusi politik, tapi perang harus dihentikan terlebih dulu, "tambahnya.

"Semua apa yang kita inginkan untuk Arab Saudi adalah keamanan, stabilitas kemakmuran rakyatnya."

Mengomentari penolakan parlemen Pakistan atas keterlibatan Islamabad dalam operasi yang dipimpin Saudi, Nasrallah berterima kasih kepada Pakistan atas penolakan tersebut.

"Saya menyerukan Pakistan dan kepemimpinan Mesir tidak menjadi mitra dalam perang, sama seperti mereka bersama dengan India mencegah pembongkaran makam Nabi pada tahun 1920," tambahnya.

Dia juga mencatat bahwa Iran merupakan kunci pendukung dan percaya jalur dialog dengan negara-negara Islam dan dengan Arab Saudi.

"Tapi yang terakhir keras kepala karena gagal di semua negara- di Irak, Suriah dan Libanon- dan karena itu mereka (Saudi) mencari kesuksesan sebelum pergi ke meja perundingan," tambah Nasrallah.

"Dari mana ideologi kelompok yang menghancurkan masyarakat dan negara itu berasal? ... Dari budaya dan fatwa mana? Siapa yang menyebarkan ideologi ini di seluruh dunia? Siapa yang membangun sekolah-sekolah di seluruh dunia untuk mengajar pemuda Muslim untuk merusak dengan ideologi Takfiri ini? Sangat jelas itu adalah Arab Saudi," tandas Nasrallah.

Nasrallah juga menyebut bahwa Riyadh telah menggunakan pendapatan dari ziarah Haji Muslimin untuk membiayai kelompok-kelompok ekstremis.

"Demi setiap negara Muslim, dunia Islam harus memberitahu Arab Saudi, sudah cukup waktunya," tambahnya.

Beralih ke situasi di Libanon mengingat krisis Yaman, Nasrallah menyerukan elit politik tidak terlibat dalam sengketa besar atas masalah ini.

"Di sini, di Libanon kita ingin hidup bersama dan kami tidak ingin mengimpor konflik Yaman ke Libanon," kata Nasrallah.

Mengenai sikap kelompok 14 Maret, Nasrallah menjelaskan, "Kami tidak setuju atas krisis Yaman, Suriah dan Libanon di depan mereka, tetapi bersabarlah dan jangan membuat perhitungan yang salah."

"Hindari perhitungan mirip dengan taruhan Anda bahwa rezim Suriah akan jatuh dalam waktu dua bulan.

"Pendekatan kritikal seperti ini disambut dengan baik, tetapi bukan pendekatan penghinaan. Masing-masing dari kita dapat mempertahankan sikap dan pendapat, sementara tetap menghormati batas-batas tertentu dan pembatasan moralitas, "kata Nasrallah.

Polisi Saudi Arabia Mulai Membayar Harga atas Kepongahan Bani al-Saud

Berita Militer Internasional-Jantung kerajaan Saudi Arabia, Riyadh, perlahan-lahan mulai terlihat seperti kota Detroit atau bahkan New York, penembakan dan pembunuhan terhadap pihak keamanan mulai terjadi. Pemicunya sama seperti polisi Amerika yang kejam dan gemar menembak korban tanpa memberikan kesempatan membela diri kepada korban. Dan di Riyadh, dalam beberapa pekan terakhir, polisi kerajaan tengah menghadapi serangkaian serangan penembakan dan pembunuhan. Insiden terbaru adalah tewasnya seorang komandan patroli di selatan ibukota pada Jumat, 08/05/15, yang diberondong peluru oleh sekelompok bersenjata tak dikenal.


Kondisi ini seolah-oleh menegaskan, posisi-polisi kerajaan Saudi Wahabi menjadi target favorit penembakan kelompok-kelompok tertentu tak dikenal, seperti di Detroit dan New York, AS. Sebuah tantangan serius yang mungkin bagi mereka adalah lawan tanding seimbang dibanding rakyat miskin Yaman.

Komandan patroli polisi Majed A'iz al-Ghamedi tewas ditembak mati oleh sekelompok bersenjata tak dikenal pada Jumat kemarin (08/05/15) saat beroperasi di selatan Riyadh, demikian menukil laporan Saudi Press Agency (SPA).

Sebelum ini, beberapa serangkaian penembakan juga menewaskan beberapa polisi di dan sekitar Riyadh pada bulan April lalu.

Pada saat yang sama, Menteri Dalam Negeri Muhammad bin Nayef, -menjadi terkenal karena kesulitan menghadapi kejahatan dan tantangan besar,- meminta pihak kepolisiian mengetatkan keamanan dan memerintahkan untuk menangani setiap agitasi dengan tangan besi.

Meskipun sejauh ini tidak diketahui siapa penyerangnya, -bahkan mungkin intelijen Saudi tidak akan mampu mengidentifikasi pelaku,- satu yang jelas, tren pembunuhan yang menargetkan pihak keamanan benar-benar menghantui Bani al-Saud.

Bahkan saat intelijen kerajaan belum kelar mengumumkan penyelidikan kriminal atas kasus itu, insiden lain malah tumbuh berkembang, yang lagi-lagi menargetkan personil polisi.

Otak dari sejumlah serangan dalam beberapa pekan terakhir masih simpang siur, bahkan beberapa analis berspekulasi, para pelakunya adalah para pekerja dari Yaman, kelompok al-Qaeda atau kelompok Takfiri ISIS binaan Bandar bin Sulthan untuk menambah tensi didih sengketa keluarga.

Diluar spekulasi ini, satu yang pasti, siapapun otak di balik serangan, rezim Badui Najd tengah menghadapi masalah yang berkembang dan semakin meningkat tajam.

Perbedaan pendapat internal yang kian mendidih selama bertahun-tahun dan sekitar 40.000 tahanan politik mendekam di penjara, menambah catatan-catatan kejahatan lain bani al-Saud.

Serangan Bani al-Saud tak bermoral di Yaman juga dipandang sebagai alasan yang hanya memperburuk masalah yang hingga saat ini sama sekali belum mencapai tujuan apapun. Bahkan, jika semakin lama krisis ini dipupuk, semakin dalam Bani al-Saud akan terjebak dalam rawa di Yaman yang mereka gali.

Prestasi mengilap Bani Saud di Yaman adalah membunuh ribuan rakyat sipil dan meluluhlantakkan struktur dan infrastruktur negara miskin Arab, Yaman.

Beberapa informasi menyebar, sekitar 150.000 tentara dikerahkan di sepanjang perbatasan dengan Yaman. Meski jumlah angka ini diperdebatkan, tetapi apa yang tak terbantahkan adalah banyak dari tentara Bani Saud yang melarikan diri dari medan tempur menghindari mati konyol dan sia-sia. Meski serangan udara Bani Saud menyebabkan kerusakan besar, namun hal itu tidak mengendurkan semangat pejuang Ansarullah atau mengikis semangat rakyat Yaman.

Sebaliknya, semangat yang dibangun rakyat Yaman justru memperlihatkan wajah jelek Bani al-Saud, sifat sejati mereka sebagai musuh kemanusiaan tak bermoral.

Kini, polisi mulai membayar harga mahal dengan nyawa mereka atas kepongahan Bani al-Saud. Kedepan, beberapa dari mereka akan segera mencucurkan air mata kebencian terhadap nilai-nilai dan kejahatan mengerikan keluarga Bani al-Saud.

Lagi, Ansarullah Tembak Jatuh Helikopter Apache Arab Saudi

Berita Militer Internasional-Menurut situs berita Yemen Alaan, para pejuang gerakan Ansarullah berhasil menembak jatuh  helikopter Apache Arab Saudi di wilayah Baqim di Provinsi Saada, Yaman utara, dan menahan dua pilotnya, Sabtu (9/5).

Ini adalah helikopter Apache kedua milik Arab Saudi yang berhasil ditembak jatuh oleh para pejuang Ansarullah.


Sumber-sumber media Yaman mengkonfirmasi berita ini dan menyebutkan bahwa helikopter itu dipiloti oleh Kapten Sultan bin Mohammed al-Zahrani dengan nomor registrasi 110171 dan Co-pilot Fahd Abdullah al-Ghamri dengan nomor registrasi 110459.

Sebelumnya, para pejuang Ansarullah Yaman juga menembak jatuh sebuah helikopter Apache Arab Saudi di wilayah perbatasan Najran, namun militer rezim Al Saud mengklaim bahwa helikopter itu jatuh karena masalah teknis.  

Agresi militer Arab Saudi ke Yaman yang didukung oleh Amerika Serikat dan sejumlah negara Arab kawasan dari 26 Maret hingga sekarang telah merenggut nyawa lebih dari 3.000 orang dan melukai ribuan lainnya.

Serangan brutal jet-jet tempur rezim Al Saud ke Yaman juga telah meluluhlantakkan infrastruktur vital di negara Arab ini.

Kamis, 07 Mei 2015

Turki Dikabarkan Segera Kirim Pasukan Darat ke Suriah

Berita Militer Internasional-Turki dikabarkan segera mengirim pasukan darat ke Suriah untuk melakukan intervensi di negara yang tengah dilanda konflik berkepanjangan itu.
Mengutip keterangan Gürsel Tekin, Deputi Ketua partai oposisi utama Partai Republik Rakyat (CHP), pasukan darat Turki telah siap untuk dikirim ke Suriah dalam 2 hari. Demikian media oposisi Turki Today’s Zaman seperti dilansir Press TV, Kamis (7/5).


Ia menambahkan bahwa pasukan itu akan dikirimkan ke wilayah utara Suriah pada Kamis atau Jumat malam (8/5). Menurut Tekin, informasi itu diperolehnya dari ‘sumber terpercaya’.

Pejabat tersebut menyebutkan bahwa pemerintahan Presiden Erdogan tengah mengalami kemerosotan popularitas dan berusaha menghentikan kemerosotan itu dengan melakukan ‘petualangan di Suriah’.
Tekin juga menambahkan, tujuan lain ‘petualangan’ itu adalah membawa Turki ke kekacauan sehingga pemerintah memiliki alasan untuk memperkuat cengkraman kekuasaan dengan tangan besi.

Pada bulan April lalu media AS Huffington Post melaporkan bahwa Turki dan Saudi Arabia terlibat dalam pembicaraan intensif untuk membentuk aliansi militer untuk melakukan intervensi ke Suriah untuk menggulingkan Presiden Bashar al-Assad. Dalam rencana itu, Saudi akan melakukan serangan-serangan udara sedangkan Turki mengirimkan pasukan daratnya ke Suriah.

Perundingan tersebut, menurut laporan tersebut, dijembatani oleh Qatar, dengan sepengetahuan AS.
Sementara itu pada 2 Mei lalu media Turki Yeni Åžafak mengutip keterangan Menlu Mevlüt ÇavuÅŸoÄŸlu yang mengatakan bahwa pemerintah Turki akan mulai menjalankan program pelatihan kepada ‘pemberontak moderat’ Suriah pada tanggal 9 Mei.

Melalui program itu sebanyak 2.000 militan pemberontak Suriah akan mendapatkan latihan militer hingga akhir tahun ini. Pasukan itu, klaim Cavusoglu, akan memerangi pasukan pemerintah Suriah dan juga kelompok ISIL.

Pernyataan tersebut menyusul kesepakatan antara Ankara dan Washington tanggal 19 Februari untuk melatih 15.000 pemberontak Suriah selama 3 tahun. Sekitar 120 instruktur militer AS dikabarkan telah berada di Turki untuk menjalankan program itu.

Turki bersama Saudi dan Qatar adalah tiga negara yang secara terbuka mengakui siap menjadikan wilayahnya sebagai tempat pelatihan bagi para pemberontak Suriah.
Namun, selain mendukung pemberontak-pemberontak moderat, Turki juga disorot masyarakat internasional sebagai pendukung diam-diam kelompok teroris takfiri ISIS dan Jabat Nusra yang terafiliasi dengan Al Qaida.

Tahun lalu, sebuah rekaman video yang bocor ke publik mengungkap rencana Turki untuk menginvasi Suriah dengan alasan melindungi makam pendiri kerajaan Ottoman Turki yang berada di wilayah Suriah.

Pasukan Ansarullah Yaman Tembak Jatuh Helikopter Apache Saudi

Berita Militer Internasional-Pasukan Ansarullah (Houthi ) berhasil merontokkan satu unit helikopter tempur Apache milik Arab Saudi, Kamis (7/5). TV al-Masirah milik Ansarullah melaporkan pesawat itu tertemba jatuh di kawasan al-Baqa’, provinsi Sa’ad di utara Yaman, setelah mengalami kebakaran akibat terkena tembakan pasukan Ansarullah.

Menurut  al-Masirah, helikopter tempur itu terbang menembaki rumah-rumah penduduk hingga akhirnya tertembak jatuh oleh milisi Ansarullah.


Sementara itu, aktivis Saudi pengguna akun terkenal “mujtahidd”  di medsos Twitter menyatakan sebagian roket dan mortir yang menghajar kota Najran di bagian selatan Saudi, Selasa lalu (5/5) diluncurkan bukan dari Yaman, melainkan dari dalam wilayah Saudi sendiri.

“Seandainya roket-roket itu dilesatkan dari arah Yaman maka seharusnya menerjang bagian selatan dinding bangunan, bukan dinding utara. Ini menunjukkan bahwa roket-roket itu diluncurkan dari dalam wilayah Saudi,” tulis pengguna akun yang memiliki jutaan follower Arab tersebut.

Akun Mujtahidd sendiri tak jelas siapa pemiliknya, tapi banyak kalangan menduganya sebagai salah satu pangeran Saudi yang beroposisi. Salah satu orang yang diduga adalah Sa’ad al-Faqih yang berada di London, Inggris. Akun ini aktif sejak 21 Juli 211 dan kini memiliki sekitar 1,7 follower Arab yang sebagian besar adalah warga negara Arab Saudi.

Di bagian lain, sumber-sumber di Yaman menyebutan bahwa satu lagi pangkalan militer Saudi di provinsi Najran jatuh ke tangan pasukan adat Yaman. Disebutkan bahwa pangkalan itu adalah milik Brigade 7 Saudi. Brigade ini dipastikan sudah kehilangan semua perlengkapan militernya akibat serangan pasukan adat Yaman.

Sebelumnya, beberapa pos dan pangkalan militer Saudi di wilayah perbatasan negara ini dengan Yaman juga jatuh ke tangan pasukan adat Yaman pendukung Ansarullah. Selain itu beberapa tentara Saudi juga ditawan oleh pasukan yang berasal dari beberapa suku Yaman tersebut.

Belum ada satupun di antara pangkalan itu yang berhasil direbut kembali oleh tentara Saudi. Menurut sumber-sumber Yaman, apa yang dapat dilakukan tentara Saudi selama ini hanyalah melepaskan peluru-peluru secara membabi buta dan tanpa sasaran yang jelas di wilayah perbatasan.

Seperti diketahui, Saudi dan sembilan negara sekutunya yang tergabung dalam satu koalisi telah melancarkan serangan udara ke Yaman sejak 26 Maret lalu dengan target memulihkan pemerintahan presiden pelarian Abd Rabbuh Mansur Hadi yang jatuh akibat revolusi rakyat yang digerakkan oleh Ansarullah , namun sampai sekarang belum ada tanda-tanda bahwa target Saudi itu akan tercapai.

Sebagian data menyebutkan serangan yang mirip dengan agresi Israel  Jalur Gaza ini telah menewaskan lebih dari 3500 orang yang sebagian besar adalah warga sipil, termasuk perempuan, anak kecil, dan lansir,  serta melukai sekitar 6000 lainnya.

Jika Terus Diancam, Militer Iran Siap Perangi AS

Berita Militer Internasional-Pemerintah Iran dikabarkan tidak takut dengan ancaman perang, atau apa pun dari Amerika Serikat (AS). Hal itu disampaikan pejabat militer Iran, Brigadir Jenderal Hossein Salami.

“Jika kami terus-menerus diancam, kami siap perang dengan AS. Karena kami percaya bahwa itu akan menjadi skenario untuk kesuksesan kami dalam menampilkan potensi nyata kekuatan Iran,” ujar Jenderal Hossein Salami saat diwawancarai televisi Pemerintah Iran, seperti dikutip Newsmax, Jumat (8/5/2015).

Pria yang juga menjabat sebagai Komandan Korps Pengawal Revolusi Islam Iran itu menyampaikan pernyataan kontroversialnya setelah pertemuan antara Menteri Luar Negeri (Menlu) AS John Kerry, dan Menlu Iran Javad Zarif berlangsung pekan lalu.

Ketika itu, Menlu Kerry dan Zarif bertemu di New York untuk kembali membahas program nuklir yang masih belum tuntas. Salami menambahkan, jika kesepakatan program nuklir antara Iran dengan negara anggota P5+1 tak kunjung tercapai, seluruh warga Iran harus bersatu untuk bersiap menghadapi ancaman AS.

Negara anggota P5+1 adalah AS, Jerman, Rusia, Prancis, Inggris, dan China. Berdasarkan kesepakatan sementara yang tercapai, Iran sepakat untuk memangkas operasi pengayaan uranium. Sebagai gantinya, negara-negara Barat harus menghapus sanksi ke Iran.

Proses negosiasi kesepakatan akhir akan dilanjutkan di Kota Wina, Austria. Kesepakatan akhir program nuklir diprediksi akan tercapai pada akhir Juni 2015.

Senegal Kirim 2.100 Prajurit Gabung Koalisi Arab Saudi

Berita Militer Internasional-Koalisi negara-negara Teluk pimpinan Arab Saudi tampaknya akan kedatangan bantuan dari negara di wilayah Afrika Barat, yakni Senegal. Hal itu, berdasarkan keputusan yang telah dibuat Presiden Senegal Macky Sall.

Berdasarkan keterangan Menteri Luar Negeri (Menlu) Senegal, Mankeur Ndiaye, setelah Presiden Sall kembali dari kunjungan kenegaraan ke Arab Saudi bulan lalu, dia mengatakan akan mempertimbangkan permintaan Arab Saudi untuk mengirim 2.100 prajurit Senegal bergabung dengan Koalisi Arab Saudi.
“Koalisi Arab Saudi juga memiliki tujuan untuk melindungi dan mengamankan tempat-tempat suci Islam, seperti Madinah dan Makkah,” ujar Menlu Senegal, Mankeur Ndiaye, seperti dikutip Sydney Morning Herald, Rabu (6/5/2015).


“Presiden Sall telah memutuskan untuk merespons permintaan Arab Saudi dengan mengerahkan 2.100 prajurit Senegal untuk bergabung dengan koalisi,” lanjutnya.

Dengan bergabungnya Senegal, negara itu dipastikan menjadi negara pertama dari wilayah Afrika yang bergabung dengan Koalisi Arab Saudi yang beranggotakan negara-negara dari Timur Tengah.
Sebelumnya, Pemerintah Senegal juga pernah mengirimkan pasukannya menuju Arab Saudi pada 1991, sebagai bagian dari Koalisi Internasional pimpinan Amerika Serikat (AS) yang sedang melakukan Operasi Badai Gurun melawan Irak.

Sebagaimana diberitakan, Menlu Arab Saudi Adel al Jubeir menyatakan, Koalisi Arab Saudi telah mempertimbangkan untuk memberikan jeda serangan udara ke Yaman untuk mempersilakan bantuan kemanusiaan dari berbagai negara masuk.

Namun, faktanya pada Rabu 29 April, jet tempur Koalisi Arab Saudi tetap melancarkan serangan udara yang menghancurkan landasan pacu Bandara Sana’a, Yaman. Praktis bantuan kemanusiaan yang disalurkan oleh Red Cross (Palang Merah Internasional/ICRC) terhambat.

Kelompok Houthi Luncurkan Rudal Darat Serang Saudi

Berita Militer Internasional-Derasnya serangan udara Koalisi Arab Saudi membuat Kelompok Houthi gerah. Kelompok Houthi dilaporkan telah meluncurkan beberapa rudal darat dan mortar menuju Kota Najran, Arab Saudi, yang diketahui berbatasan langsung dengan wilayah Yaman.


Berdasarkan keterangan Juru Bicara Menteri Pertahanan Arab Saudi, Ahmed Asiri, serangan rudal itu terjadi di Kota Najran pada Selasa 5 Mei malam waktu setempat. Serangan itu memaksa otoritas Arab Saudi untuk menghentikan semua penerbangan di bandara, dan menutup semua sekolah di sana.

“Apa yang terjadi merupakan keonaran yang dibuat Kelompok Houthi. Kami akan pastikan bahwa Koalisi Arab Saudi akan merespons serangan itu. Semua opsi masih terbuka,” ujar Asiri, seperti diberitakan Al Jazeera, Rabu (6/5/2015).

“Ini merupakan kemajuan bagi mereka, selama ini kami hanya melihat pertempuran antara pasukan koalisi dan Houthi di wilayah perbatasan, namun tidak pernah mencapai Kota Najran. Kali ini berbeda, mereka menggunakan rudal sehingga serangan itu mencapai kota,” lanjutnya.

Sebagaimana diberitakan, Koalisi Arab Saudi mulai melancarkan agresi militer terhadap Kelompok Houthi di Yaman sejak 26 Maret 2015. Koalisi negara-negara Teluk itu tercatat sudah melancarkan ribuan kali serangan udara untuk memulihkan pemerintahan Presiden Mansour Hadi dari cengkeraman Houthi.

Arab Saudi: Kelompok Houthi Harus Bayar Mahal

Berita Militer Internasional- Militer Arab Saudi menyatakan serangan Kelompok Houthi di wilayah perbatasan akan mendapatkan balasan yang setimpal.

“Kelompok Houthi harus bayar mahal akibat serangan mereka ke Arab Saudi,” ujar Juru Bicara Militer Arab Saudi, Brigjen Ahmed al-Asseri, seperti dilansir Al Jazeera, JUmat (8/5/2015).


Sebelumnya, Kelompok Houthi dilaporkan telah meluncurkan beberapa rudal darat dan mortar menuju Kota Najran, Arab Saudi, yang diketahui berbatasan langsung dengan wilayah Yaman.

Serangan itu memaksa otoritas Arab Saudi untuk menghentikan semua penerbangan di bandara, dan menutup semua sekolah di sana. “Keselamatan rakyat Arab Saudi adalah prioritas kami,” tegas Asseri.
Sementara itu untuk menyelesaikan konflik di Yaman, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir telah mengirimkan proposal perdamaian yang berisi untuk diadakan gencatan senjata selama lima hari agar bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Yaman.

Proposal tersebut disetujui oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, bahkan ia meminta Kelompok Houthi agar bisa menghentikan aksi kekerasan di Yaman.

Kelompok Houthi dikabarkan menerima proposal tersebut. Namun mereka menegaskan jika proposal tersebut bukan berarti mereka akan keluar dari pemerintahan di Yaman.

Selasa, 05 Mei 2015

Belasan Tentara Saudi Dikabarkan Tewas di Tangan Pasukan Adat Yaman

Berita Militer Internasional-Sebanyak 12 tentara Saudi dikabarkan tewas akibar serangan pasukan adat Yaman terhadap kamp-kamp militer Saudi di wilayah perbatasan negara ini dengan Yaman. Al-Manar dalam laporan terbarunya tentang ini Selasa malam (5/5) menyebutkan bahwa sejumlah besar perlengkapan militer dan dua buldoser milik Saudi juga telah direbut oleh pasukan adat Yaman.


Peristiwa ini terjadi sebagai susulan atas peristiwa serangan pasukan suku-suku Yaman yang terjadi sehari sebelumnya terhadap beberapa pangkalan militer Saudi. Serangan itu membuat tentara Saudi berhamburan dan kabur ke daerah pegunungan Jahfan dan desa Abu Arradif,  provinsi Jizan, Saudi.

Menurut al-Manar, pasukan adat Yaman dari distrik Bakil al-Mir, provinsi Hajjah, masih menguasai beberapa kamp militer Saudi.

Dalam berita al-Manar sebelumnya disebutkan bahwa pasukan suku-suku Yaman telah masuk ke wilayah Saudi dan berhasil menguasai empat kamp militer Saudi di provinsi Jizan, satu di antaranya kamp al-Tabbah al-Hamra’, sedangkan tiga lainnya berada di dekat kawasan perbatasan al-Madafin.

Kamp-kamp itu diserang karena sering digunakan tentara Saudi untuk menembaki warga Yaman yang melintas di jalan-jalan yang menghubungkan provinsi Hajjah dengan provinsi Sa’dah, Yaman. Kemarahan pasukan adat itu dipicu oleh peristiwa serangan udara Saudi terhadap konvoi truk pembawa bahan makanan yang melintas di jalur antara distrik Haradh dan al-Malahid. Serangan udara itu menyebabkan beberapa warga Yaman tewas.

Pasukan adat Yaman yang melancarkan serangan di kawasan al-Halqah, provinsi Najran, Saudi,  yang terletak di dekat distrik al-Malahid, provinsi Sa’dah, Yaman, sebagian besar adalah suku-suku Hamdan bin Zaid.

Laporan lain yang dilansir Alalam menyebutkan sedikitnya satu petugas Saudi tewas terkena serangan roket pasukan adat Yaman terhadap pos militer Saudi di kota perbatasan Najran. Dalam peristiwa itu pasukan adat Yaman juga telah menembakkan hampir selusin peluru mortir yang mengakibatkan kerusakan pada beberapa bangunan dan basis militer Saudi di Najran serta membuat penduduk setempat terpaksa diungsikan.

Mendapat Peringatan Dari Armada AL Iran di Teluk Aden, Kapal Perang AS Menjauh

Berita Militer Internasional-Armada ke-34 Angkatan Laut (AL)  Iran yang berada di Teluk Aden telah mengirim peringatan kepada kapal perang dan dua pesawat Amerika Serikat (AS) agar tidak mendekati armada Iran, sementara di Selat Hormuz kapal perang AS mengawal kapal dagang Inggris menyusul peristiwa penahanan dan penyitaan kapal berbendera Kepulauan Marshall oleh otoritas Iran.


Laporan Fars News yang dikutip Alalam Selasa (5/5) menyebutkan, satu pesawat patroli maritim Lockheed P-3C Orion dan pesawat pengebom DDG81 milik AS tidak mematuhi jarak standar 5 mil dari Armada ke-34 AL Iran yang berada di Teluk Aden. Hal ini membuat kapal frigate al-Borz milik AL Iran mengirim peringatan kepada pihak AS, dan satuan-satuan pasukan AS itupun segera mengubah haluan dan menjauh dari armada Iran.

Komandan Armada 34 Iran Kol. Laut Tajuddin mengatakan sudah menjadi tanggungjawabnya untuk memantau kapal-kapal perang asing di perairan internasional dan segala sesuatu yang mengancam keamanan nasional Iran.

Menyinggung serangan Arab Saudi dan sembilan negara sekutunya ke Yaman, dia mengatakan bahwa kapal-kapal perang koalisi pimpinan Saudi ada di perairan itu dan “membentuk koalisi Arab – Barat untuk menyokong kejahatan keluarga al-Saud.”

“Keberada kami di sini memberatkan bagi mereka,” katanya.
Armada ke-34 AL Iran yang terdiri atas kapal perang perusak Alborz dan kapal frigate logistik Bushehr memulai misinya sejak satu bulan lalu di kawasan Teluk Aden dan Selat Bab el-Mandab.
Kapal Perang AS Kawal Kapal Dagang Inggris

Kapal perang AL AS mulai mengawal kapal-kapal dagang berbendera Inggris yang melintas di Selat Hormuz menyusul peristiwa penangkapan kapal kargo berbendera Kepulauan Marshall akhir pekan lalu.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS, Pentagon, Kolonel  Steven Warran, Senin lalu (4/5) menyatakan AL AS sedang mengawal satu kapal Inggirs di perairan strategis dekat Teluk Persia tersebut setelah ada pembicaraan antara Washington dan London.

“Mereka meminta apabila kami berkenan menyertai kapal-kapal berbendera mereka yang melewati selat itu,” katanya kepada wartawan, seperti dikutip Press TV.

Kapal kargo MV Maersk Tigris berbendera Kepulauan Marshall yang ditahan otoritas Iran belakangan dikabarkan akan dijual, kecuali apabila perusahaan pemilik kapal kargo itu bersedia mengganti rugi kepada perusahaan migas Iran.

Nasrallah: Buktikan Satu Saja Tujuan Saudi Tercapai di Yaman

Berita Militer Internasional-Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah menepis klaim Arab Saudi bahwa semua tujuannya dalam serangan ke Yaman sudah tercapai dan menilainya sebagai “penipuan dan penyesatan terbesar yang telah dilakukan Saudi sejak mengumumkan berakhirnya serangan bersandi Badai Mematikan”.  Dia memastikan bahwa agresi Arab Saudi ke Yaman justru gagal total dan rakyat Yamanpun menang.


“Kita berada di depan kegagalan dan kekalahan Saudi yang gamblang dan kemenangan Yaman yang gamblang,” ungkapnya dalam pidato televisi di Lebanon, Selasa malam (5/5), sebagaimana dilansir Alalam.

Dia mengatakan, “Putaran kedua serangan terhadap Yaman dilakukan dengan label Operasi Pemulihan Harapan. Ini juga merupakan penipuan untuk menutupi kegagalannya di putaran pertama. Mereka sudah menetapkan tujuan-tujuan besar yang memerlukan perang berkepanjangan dan mereka masih terus mencari-cari pasukan bayaran. Mereka lantas beralih kepada penetapan tujuan yang tampaknya remeh dan implementatif serta mengubah operasi dari operasi Badai Mematikan menjadi Badai Pemulihan Harapan.”

Nasrallah menyoal, “Apakah mungkin seseorang akan menerima penipuan dan penyesatan ini? Memangnya Saudi sudah berhasil mengembalikan legitimasi yang diklaimnya kepada Yaman? Apakah mereka sudah berhasil mencegah gerak maju tentara Yaman dan komite-komite rakyat ke tempat manapun yang dikehendaki? Apakah mereka dapat merampas senjata Ansarullah sebagaimana yang diklaim? Sama sekali tidak ada yang terwujud. Buktikan satu saja tujuan yang sudah dicapai sampai sekarang. Kita berada di depan kegagalan Saudi yang sangat jelas dan nyata, dan kemenangan Yaman yang juga jelas dan nyata. Kegagalan ini disebabkan oleh kekompakan dan solidaritas rakyat Yaman satu sama lain.”

Menurut Nasrallah, tujuan Saudi menyerang Yaman, termasuk dengan menggunakan senjata-senjata terlarang,  adalah untuk menguasai di Yaman dan mengembalikannya ke dalam dominasi Amerika Serikat -  Arab Saudi. Namun Nasrallah memastikan bahwa tekad rakyat Yaman terlampau solid dan pantang mundur.
Lebih jauh Nasrallah berbicara tentang perkembangan situasi di Suriah dan menegaskan bahwa Hizbullah tetap akan berjuang bersama pemerintah dan rakyat Suriah.

“Kami akan tetap memikul tanggungjawab kami di Suriah, seberapapun besarnya pengorbanan yang harus diberikan,” tegasnya.

Dia juga menjelaskan bahwa belakangan ini kubu resistensi, yaitu Suriah, Hizbullah dan Iran sedang mendapat serangan propaganda bohong yang tujuannya semata-mata untuk menjatuhkan mental kubu ini, termasuk berkenaan dengan jatuhnya kawasan Jisr al-Shughur, Suriah, ke tangan kawanan bersenjata dan soal perundingan nuklir Iran.

Jajaki Keadaan, al-Nusra Kehilangan Belasan Anggotanya di Tangan Hizbullah


Berita Militer Internasional-Di tengah kepastian akan tibanya serangan Hizbullah yang berbasis di Lebanon terhadap kelompok-kelompok teroris di Qalamoun, Suriah, bersamaan dengan berakhirnya musim dingin dan tibanya musim semi, kelompok ekstrimis Jabhah al-Nusra mencoba melancarkan serangan pre-emptive terhadap Hizbullah dan tentara Suriah, namun kelompok teroris yang terafiliasi dengan al-Qaeda di Suriah itu ternyata harus menelan pil pahit.

Koran al-Akhbar terbitan Beirut, Lebanon, Selasa (5/5) melaporkan bahwa pertempuran antara Hizbullah dan al-Nusra yang terjadi di dataran tinggi Jabah dan Assal al-Ward di Qalamoun adalah sesuatu yang menandai perang yang memang sewaktu-waktu pasti pecah antara kedua pihak, dan karena itu masing-masing pihak sudah menyiapkan diri untuk menyongsong kobaran api pertempuran.

Dalam rangka ini al-Nusra mencoba mengatasi ancaman Hizbullah dan tentara Suriah dengan cara mengatur posisi dan jalur aksesnya ke arah barat dan wilayah Lebanon sekaligus ke arah utara dan timur Suriah.
Serangan terbatas yang dilakukan al-Nusra, Brigade al-Ghuraba’ dan Tajammu’ al-Qalamoun al-Gharbi terhadap posisi-posisi Hizbullah dan tentara Suriah di dataran tinggi Jabah dan Assal al-Ward adalah untuk menjajaki skala pertempuran besar yang akan terjadi nanti dan sekaligus demi menjajal peluang untuk menyusup ke kawasan timur wilayah Suriah, namun semua upaya ini ternyata gagal total.

“Serangan ini dilakukan ketika Hizbullah disebut-sebut akan segera memulai perang besar dari dataran tinggi Brital… Serangan para teroris takfiri gagal total. Sedikitnya 13 kawanan penyerang terbunuh, sementara puluhan lainnya luka-luka, sedang di pihak Hizbullah hanya satu orang yang terbunuh, ” tulis al-Akhbar.

Koran ini menambahkan bahwa banyak peralatan perang kawanan teroris itu hancur terkena gempuran Hizbullah, dan parahnya lagi, sesudah kekalahan telak itu para komandan kelompok-kelompok teroris terlibat aksi saling tuduh tidak becus, saling lempar tanggungjawab dan bahkan ada yang dituding berkhianat.
Al-Akhbar juga menyebutkan bahwa dalam peristiwa itu pasukan Hizbullah justru dapat masuk sejauh 8 km ke wilayah pegunungan Qalamoun serta melakukan sweeping di kawasan yang menjadi titik kontak antara wilayah permukiman Brital Lebanon dan dataran tinggi Nahlah di wilayah pegunungan timur Lebanon.

Menurut al-Akhbar, Sekjen Hizbullah Hassan Nasrallah hari ini akan berbicara mengenai perkembangan situasi di Suriah, Yaman dan kawasan secara umum.

NATO Latihan Perang Besar-besaran di Eropa

Berita Militer Internasional-NATO telah memulai latihan perang besar-besaran di Eropa dengan mengerahkan ribuan tentara. Setidaknya, 13 ribu tentara, termasuk 7 ribu tentara cadangan terlibat dalam latihan perang besar-besaran dengan anggota relawan Liga Pertahanan Estonia.

Latihan perang itu  dijadwalkan berlangsung hingga 15 Mei 2015. Negara-negara NATO yang terlibat dalam latihan perang itu antara lain, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Latvia, Lithuania, Belgia, Polandia dan Belanda.

Tentara Amerika, yang tinggal di Estonia membawa empat tak tempur Abrams untuk latihan. Sedangkan Inggris, Belgia dan Jerman mengandalkan unit pertahanan udara, termasuk membawa beberapa pesawat tempur.

Menurut Kepala Militer Lithuania, Jenderal Jonas Vytautas Zukas, negaranya mengerahkan beberapa ribu tentara dalam latihan perang yang dia sebut untuk menghadapi “ancaman hibrida”.

“Latihan akan mensimulasikan situasi ketika pasukan Kementerian Dalam Negeri dan aparat lainnya menetralisir berbagai situasi yang ekstrem, yang berhubungan dengan serangan musuh imajiner dan tentara harus terlibat,” katanya, dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Itar-Tass, semalam (4/5/2015).

Selain di Lithuania, latihan perang besar-besaran NATO juga digelar di Norwegia. Di mana, NATO dan sekutunya telah berkumpul untuk latihan anti-serangan kapal selam tahunan. Sekitar 5.000 prajurit dari 10 negara NATO dan Swedia mengambil bagian dalam manuver itu. Latihan ini menggunakan nama kode “Dinamyc Mongoose”.

Dalam latihan ini, mereka melakukan simulasi memburu kapal selam. Peralatan canggih yang mereka gunakan antara lain, kapal permukaan, pesawat dan berbagai radar dan sonar teknologi. AS, Jerman dan Swedia ikut menyediakan kapal selam dalam manuver itu.

Rusia Luncurkan Tank Terkuat di Dunia T-14

Berita Militer Internasional-Kementerian Pertahanan Rusia untuk pertama kalinya meluncurkan tank tempur Armata T-14. Foto-foto tank yang diklaim sebagai tank terkuat di dunia itu secara resmi dipublikasikan di situs kementerian tersebut menjelang parade Hari Kemenangan (Victory Day) di Moskow.

Gambar tank tempur T-14 sebelumnya pernah dilansir media Rusia namun masih dalam kondisi terbungkus. Sedangkan foto di situs Kementerian Pertahanan Rusia, semalam (4/5/2015) secara lengkap diterbitkan foto tank tersebut serta beberapa kendaraan lapis baja terbaru lainnya.



Tak hanya foto bentuk tank tempur T-14, situs itu juga memberikan deskripsi singkat dan siapa saja diperbolehkan mengunduh informasi itu.

Tank Armata terbaru itu akan ambil bagian dalam parade Victory Day di Moskow pada tanggal 9 Mei 2015, parade itu untuk menandai 70 tahun kemenangan Uni Soviet (nama Rusia sebelumnya) atas Nazi Jerman. Sebanyak 194 kendaraan lapis baja dan 134 pesawat tempur akan berpartisipasi dalam acara tersebut.

Kementerian itu pernah mengklaim tak tempur T-14 sebagai tank terkuat di dunia pada saat ini. Sejumlah laporan sebelumnya juga sempat mengulas tank tempur terbaru Rusia ini. Salah satunya IHS Jane, yang menulis; ”Kendaraan baru terutama yang didesain bersih dan mewakili perubahan terbesar dalam keluarga kendaraan tempur lapis baja Rusia sejak tahun 1960-an dan 1970-an.”

Tank tempur T-14 diketahui dipersenjatai dengan meriam smoothbore 125 mm yang dapat menembakkan amunisi bertenaga tinggi, termasuk membuang proyektil, peluru kendali, dan jenis-jenis amunisi lain. Tenaga dari moncong meriam tank itu lebih besar daripada meriam pada tank Leopard Jerman.

Sedangkan menurut US Foreign Military Studies Office (FSMO), tank tempur T-14 dapat mempertahankan diri dari serangan apapun. Bahkan helikopter Apache yang paling modern tidak akan memiliki kesempatan 100 persen untuk menghancurkan tank itu dengan rudal.

Cara kerja amunisi otomatis untuk membidik target pada tank tempur T-14 telah menggunakan sistem komputerisasi. Meskipun semua senjata dan teknologi telah dirancang dengan sistem komputerisasi, tank Rusia ini hanya perlu dua prajurit untuk mengoperasikannya. Tank T-14, telah disiapkan Rusia untuk menjalani uji coba pada tahun 2016.