Jumat, 27 Februari 2015
ISIS ledakkan perpustakaan di Irak, 10 ribu buku dibakar
Merdeka - Direktur Perpustakaan Umum di Kota Mosul, Irak, Ghanim al-Ta'an, mengatakan, kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) ekstremis menggunakan bom rakitan untuk meledakkan perpustakaan itu pada Ahad lalu.
Akibat ledakkan itu, sebanyak 10.000 buku dan lebih dari 700 manuskrip langka terbakar, seperti dilansir Daily Mail Rabu (25/2). Sejumlah tokoh masyarakat berusaha mencegah perbuatan ISIS itu tapi gagal.
Buku-buku yang terbakar antara lain koleksi Perpustakaan Pusat Irak berupa koran Irak awal abad 20, peta dan buku-buku dari Kekaisaran Ottoman dan koleksi buku yang disumbangkan oleh sekitar 100 keluarga pendiri Perpustakaan Mosul.
Menurut the Fiscal Times, mendengar kabar kejadian itu seorang narablog di Mosul, Rayan al-Hadidi menulis, "Sembilan ratus tahun lalu, buku-buku dari filsuf Arab Ibnu Rushd dikumpulkan di depan matanya dan dibakar. Salah satu muridnya mulai menangis sambil menyaksikan pembakaran itu. Ibnu Rushd mengatakan kepadanya, ide memiliki sayap tapi aku menangis hari ini karena kejadian ini. "
Menurut warga setempat, ISIS pertama kali menyerang perpustakaan itu bulan lalu. Mereka kemudian menghancurkan kunci-kunci ruangan tempat menyimpan buku dan manuskrip.
ISIS pertama kali menginvasi perpustakaan itu bulan lalu. Warga mengatakan ekstrimis menghancurkan kunci yang telah melindungi perpustakaan terbesar di kota Irak utara, yang memiliki sekitar 2.000 buku termasuk cerita anak-anak, puisi, filsafat dan buku-buku tentang olahraga, kesehatan, budaya dan ilmu pengetahuan.
Seorang militan mengatakan kepada warga, "Buku-buku ini mempromosikan perselingkuhan dan panggilan untuk tidak mematuhi Allah. Jadi mereka akan dibakar", kata warga itu kepada kantor berita The Associated Press.
Sejak ISIS merebut sepertiga wilayah Irak dan Suriah, mereka berusaha untuk membersihkan masyarakat dari segala sesuatu yang tidak sesuai dengan penafsiran kekerasan mereka tentang Islam. Mereka sudah menghancurkan banyak peninggalan arkeologi, yang mereka anggap kafir, dan bahkan situs Islam dianggap berhala.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar