Rabu, 29 April 2015

Iran Klaim Tembaki Kapal Amerika di Teluk

Berita Militer Internasional-Iran mengklaim bahwa, pasukan dan kapal perang mereka telah menembaki sebuah kapal kargo milik Amerika Serikat (AS) di perairan Teluk. Kapal yang diserang Iran itu diarahkan ke pelabuhan Bandar Abbas di pantai selatan Iran.

Dua kantor berita Iran, FARS dan IRNA, melaporkan bahwa kargo itu milik AS. Namun juru bicara Pentagon mengkonfirmasikan kepada Reuters, Rabu (29/4/2015), bahwa kapal yang diserang Iran itu adalah kapal MV Maersk Tigris yang berbendera Marshal Island.



Pentagon membenarkan bahwa, pasukan Iran menyerang kapal itu. Pentagon menyatakan, insiden itu terjadi ketika kapal MV Maersk Tigris melewati Selat Hormuz. Seorang pejabat Pemerintah AS menambahkan, kapal itu dicegat pasukan Angkatan Laut Garda Revolusi Islam (IRGC).

Pesawat dan kapal perusak AS yang memantau situasi setelah insiden itu telah membuat panggilan darurat di Selat Hormuz. Selat itu merupakan jalur utama dunia untuk pengiriman minyak.

Pentagon menegaskan, tidak ada warga AS di kapal MV Maersk Tigris. Konfirmasi Pentagon itu bertentangan dengan laporan sebelumnya yang menyebut ada 34 pelaut AS di dalam kapal.

Data pelacakan Reuters menunjukkan kapal MV Maersk Tigris adalah kapal kontainer dengan berat 65 ribu ton yang berlayar di lepas pantai Iran, antara Pulau Qeshm dan Hormuz. Kapal itu sudah terdaftar untuk berlayar dari pelabuhan Jeddah, Arab Saudi menuju pelabuhan Jebel Ali, Uni Emirat Arab.

Namun juru bicara perusahaan pengelola kapal yang berbasis di Singapura, Rickmers Shipmanagement, mengaku tidak tahu mengapa Iran menyerang kapal itu.

Juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren, mengecam aksi penembakan kapal kargo oleh pasukan Iran.”Itu tidak pantas dan tampak provokatif,” katanya.

Insiden itu terjadi hanya empat hari setelah kapal patroli Iran dikepung kapal-kapl berbendera AS. Menurut Warren tidak ada tembakan peringatan dalam insiden itu.

Intel Korsel: Rezim Kim Jong-un Eksekusi 15 Pejabat

Berita Militer Internasional-Diktator muda Korea Utara (Korut), Kim Jong-un, memerintahkan eksekusi terhadap 15 pejabat senior Korut tahun ini. Demikian klaim temuan Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan (Korsel), Rabu (29/4/2015).

Menurut data NIS, dari 15 pejabat senior Korut yang dieksekusi, beberapa di antaranya merupakan pejabat yang mengeluhkan kebijakan Kim Jong-un.



“Mereka dieksekusi termasuk dua wakil menteri,” tulis kantor berita Yonhap melaporkan, hasil briefing legislator dan NIS. Kedua wakil menteri itu disebut menentang arahan Kim Jong-un.

Pemerintah Korut belum merespons klaim intelijen Korsel itu. Keluarga Kim telah memerintah dinasti tertutup itu dengan tangan besi selama lebih dari enam dekade.

NIS menyarankan agar Kim Jong-un mengikuti jalan baik dari ayah dan kakeknya dalam melakukan pembersihan dan eksekusi untuk memastikan disiplin dan loyalitas para pejabatnya.

Selama berkuasa Kim Jong-un pernah memerintahkan eksekusi terhadap pamannya sendiri, Jang Song-thaek  pada akhir 2013. Pamannya itu dieksekusi atas berbagai tuduhan, termasuk pengkhianatan dan korupsi.

Cegah Pesawat Iran Mendarat, Saudi Bombardir Bandara Sanaa

Berita Militer Internasional-Arab Saudi mengaku telah membombardir landasan pacu di Bandara Sanaa, Yaman untuk mencegah pendaratan pesawat Iran. Pesawat Iran dihalangi untuk mendarat karena diduga menolak untuk berkoordinasi dengan Koalisi Teluk yang dipimpin Saudi.

Serangan terhadap bandara itu disampaikan juru bicara Koalisi Teluk, Brigadir Jenderal Ahmed Asseri, kepada Reuters, yang dilansir Rabu (29/4/2015). Menurutnya, pesawat tidak berkoordinasi dengan otoritas setempat dan mengabaikan peringatan.



Sementara itu, kantor berita pemerintah Iran, IRNA, melaporkan bahwa, pesawat yang hendak mendarat itu milik kelompok Bulan Sabit Merah. Pesawat itu membawa makanan dan obat-obatan. Namun, pesawat jet tempur Saudi mencoba untuk memaksa pesawat itu hengkang dari Bandara.

Yaman saat ini sudah di ambang bencana kemanusiaan, setelah Koalisi Teluk tidak memungkinkan setiap kapal atau pesawat termasuk yang membawa bantuan kemanusiaan masuk ke Yaman. Kapal atau pesawat boleh masuk setelah dibersihkan oleh militer Koalisi Teluk.

Sejak dilanda perang, sekitar 12 juta rakyat Yaman mengalami kekurangan makanan, selain itu jutaan warga hidup tanpa bahan bakar dan kekurangan air bersih.

”Kekurangan air dalam taraf yang parah. Orang mengantre untuk mendapatkan gas dan sereal,” kata salah satu warga Sanaa kepada Russia Today.

“Embargo udara dan laut oleh Saudi memukul kita lebih keras daripada pemboman. Saya lebih baik mati dalam serangan udara daripada kelaparan. Ini adalah kematian yang lambat,” imbuh warga Sanaa lainnya.

Anggota Parlemen Iran Reaksi Keras Kejahatan Arab Saudi di Yaman

Berita Militer Internasional-Seperti dilaporkan IRNA, anggota-anggota Parlemen Iran dalam sebuah pernyataan, Rabu (29/4) mengecam kejahatan-kejahatan Arab Saudi di Yaman dan menuntut Palang Merah Internasional dan Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran untuk membantu warga Yaman, dan tidak mengizinkan kelanjutan kediktatoran rezim Al Saud dalam melakukan genosida di negara Arab itu.


Disebutkan pula bahwa rezim penjahat Al Saud yang membombardir rakyat tertindas Yaman selama lebih dari sebulan dengan dukungan dan instruksi Amerika Serikat dan rezim Zionis Israel, telah menunjukkan wajah aslinya kepada dunia Islam.

Pembunuhan keji terhadap perempuan dan anak-anak tak berdosa Yaman dan pernghancuran infrastruktur negara Muslim ini, merupakan pengulangan kejahatan-kejahatan rezim penjajah Zionis di Jalur Gaza, dan menjadikan para pejabat Arab Saudi sebagai penjahat perang, di mana suatu hari nanti harus diadili di pengadilan internasional, lanjut pernyataan itu.

Dalam staemen tersebut, anggota-anggota parlemen Iran juga mengapresiasi pilot-pilot pemberani dan semua pihak yang mempertaruhkan nyawa mereka untuk memberikan bantuan kemanusiaan kepada rakyat Yaman.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Yaman, serangan Arab Saudi telah merenggut nyawa lebih dari 2.000 orang yang 134 di antaranya anak-anak dan 95 perempuan. Semenara sekitar 3.600 orang dilaporkan terluka, di mana 401 di antaranya anak-anak dan 225 perempuan.

AS Setuju Penjualan Jet-jet Tempur F-18 ke Australia

Berita Militer Internasional-Seperti dilansir Tasnim News, Rabu (29/4), Badan Kerjasama Pertahanan Keamanan AS dalam sebuah pernyataan menyebutkan, Kementerian Luar Negeri AS telah menyetujui penjualan peralatan militer ke Australia termasuk jet-jet tempur F-18 senilai 1,5 miliar dolar.


Badan Kerjasama Pertahanan Keamanan AS menegaskan, penjualan peralatan militer baru ke Australia akan membantu negara ini untuk meningkatkan pertahanannya, dan pasukan Angkatan Udara Australia akan mampu memperbaiki kinerja armada AU yang meliputi F-18.

Badan tersebut mengklaim bahwa penjualan peralatan militer ke Australia sebagai bagian dari kebijakan luar negeri dan keamanan nasional AS yang akan menjamin penciptaan stabilitas politik, pengembangan ekonomi dan keamanan di Asia Tenggara dan di seluruh dunia melalui bantuan penguatan salah satu sekutu besar Amerika itu.

Pengakuan Pejabat Israel Soal Perawatan atas 1.300 Teroris Suriah


Irib - (29/4) melaporkan, Dr. Salman Zarka mengatakan, “Sampai saat ini, 1.300 anggota kelompok teroris Suriah yang terluka dirawat dan diobati di rumah sakit ini.”


Kepala rumah sakit Ziv di kota Safed, Utara Palestina pendudukan mengaku, 1.300 teroris diobati di rumah sakit tersebut.


Zarka menyebut proses pemindahan para teroris Suriah yang terluka di rumah sakit-rumah sakit rezim Zionis Israel, sangat rumit. Sementara itu, sebuah situs berita Israel mengutip Zarka menulis, “Pelayanan pengobatan untuk orang-orang tersebut dilakukan atas instruksi kabinet Israel sejak tahun 2013.”

Kepala rumah sakit Ziv itu mengumumkan, “Pemindahan para teroris dari Suriah ke rumah sakit di wilayah pendudukan menjadi hal yang biasa dan beberapa anasir bersenjata itu adalah anggota kelompok teroris Front Al Nusra.”

Benyamin Netanyahu, Perdana Menteri Israel sebelumnya mendatangi tempat pengobatan para teroris dan mengawasi secara langsung masalah ini.

Manuver Gabungan Cina-AS

Irib - Berdasarkan laporan berbagai media, angkatan laut Cina dan Amerika Serikat di akhir kerjasama militer mereka menggelar latihan perang bersama. Dalam hal ini, situs penerangan Departemen Pertahanan Cina dalam sebuah laproannya menyebutkan, di latihan militer gabungan yang digelar Ahad (26/4), dilibatkan pula dua kapal perang Amerika dan Cina di Laut Cina Selatan.




Manuver gabungan ini ditujukan untuk operasi pencarian di laut, penyelamatan dan membantu korban kapal yang mengalami musibah. Dilaporkan pula bahwa pemulihan hubungan keamanan Cina dan Amerika juga termasuk dari tujuan manuver gabungan ini.


Manuver gabungan antar berbagai negara atau dua negara biasanya bisa terwujud ketika hubungan bilateral sampai pada level positif, di mana latihan militer gabungan menjadi sebuah urgensitas. Manuver gabungan Cina dan Amerika yang digelar di Laut Cina Selatan patut untuk direnungkan. Pekan lalu, digelar latihan militer gabungan besar-besaran antara Amerika Serikat dan Filipina di Laut Cina Selatan dengan melibatkan 12 ribu militer kedua negara.

Laut Cina Selatan merupakan lokasi sengketa antara Cina dan Filipina terkait kepemilikan Kepulauan Spratly. Selain itu, Amerika dengan tujuan memperkuat kemampuan militer Filipina untuk menghadapi militer Cina telah bersedia menggelar latihan militer gabungan tersebut.

Sepertinya tujuan AS dan Cina menggelar latihan militer gabungan ini selain untuk memulihkan hubungan keamanan kedua negara, juga sebagai bentuk tolok ukur kemampuan militer masing-masing. Artinya kedua negara akan memiliki prediksi tepat terkait kemampuan militer masing-masing.

Dengan demikian jika diterima bahwa kubu Demokrat yang berkuasa di Amerika sampai saat ini masih menganggap Beijing sebagai mitranya, maka analisa masalah ini tidak terlalu sulit. Selama beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi dan ekonomi di Cina termasuk di bidang pertahanan dengan sendirinya menunjukkan bahwa Beijing akan berubah menjadi rival serius Washington di bidang teknologi militer luar angkasa.

Selama bulan Agustus 2014, angkatan udara Cina telah menguji coba rudal di luar angkasa. Rudal ini mampu menghancurkan satelit militer yang aktif dan berada dekat dengan atmosfir bumi. Sementara itu, pakar strategi Rusia meyakini bahwa menghancurkan satelit musuh melalui rudal di luar angkasa hanya bagian kecil dari operasi militer Cina. Padahal Cina memiliki teknologi untuk menghancurkan satelit melalui jalur lain.

Pengamat ini mengatakan, Cina dengan mengirim satelit mikro ke arah musuh, mampu melumpuhkan satelit musuh.

Seorang pengamat senior bidang hubungan internasional di Akademi Sains Rusia mengatakan, AS menfokuskan aktivitas luar angkasanya untuk melancarkan operasi militer dan spionase.

Meski demikian AS berulang kali menyatakan kekhawatirannya atas masuknya rival di sektor senjata modern dan bidang luar angkasa. Hal ini tentu saja akan mengakhiri monopoli AS di perang luar angkasa.

Meskia danya prediksi dan analisa pengamat militer Rusia atas kemampuan militer Cina di bumi dan luar angkasa, Beijing sampai saat ini masih tertinggal sedikit dengan AS di sektor militer. Namun disebutkan bahwa Cina tidak membutuhkan waktu lama untuk mengejar ketertinggalannya tersebut.

Sementara itu, hubungan militer Cina-AS semakin dingin mengingat tekad Amerika menjual senjata modern kepada Taiwan, intervensi di Laut Cina Selatan dan Timur, serta latihan militer gabungan dengan Korea Selatan di perairan kawasan. Oleh karena itu, manuver gabungan Cina dan AS ini hanya dapat dicermati sebagai bagian kecil dari upaya untuk memulihkan hubungan militer serta menghangatkan hubungan bilateral Beijing-Washington.

Selasa, 28 April 2015

Jepang dan AS Umumkan Aturan Kerjasama Militer Baru

Okezone - Jepang dan Amerika Serikat (AS) telah mengumumkan pedoman baru bagi kerjasama militer kedua negara. Pedoman tersebut akan membuat Jepang dapat lebih tegas dalam memainkan peran militernya, sekaligus menunjukkan dukungan AS untuk Negara Matahari Terbit itu.

“Pedoman yang kita hasilkan dan umumkan hari ini akan memperkuat keamanan Jepang, menghalangi ancaman, serta memberikan kontribusi bagi perdamaian dan stabilitas regional,” kata Menteri Luar Negeri AS, John Kerry seperti dikutip BBC, Selasa (28/4/2015).


Selama ini, militer Jepang cenderung bersikap pasif, karena terbelenggu oleh artikel sembilan Undang-Undang Jepang yang melarang Jepang untuk memiliki kekuatan militer dengan kapasitas yang dapat digunakan untuk melancarkan serangan ke luar negeri. Konstitusi dibuat oleh AS setelah kekalahan Kekaisaran Jepang pada Perang Dunia Kedua yang membuat Jepang bergantung kepada AS untuk menanggulangi ancaman eksternal.

Konstitusi ini kemudian diperluas sehingga Pasukan Bela Diri Jepang (SDF) dapat menanggapi ancaman internal dan bencana alam. Pada masa Pemerintahan Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe, Jepang mulai mengirimkan pasukan untuk membantu pasukan penjaga perdamaian PBB.

Dengan adanya pedoman baru ini, Jepang akan dapat memainkan peran aktif dalam situasi keamanan di wilayah Asia Pasifik. Terutama dengan potensi konflik di Laut China Selatan yang dipenuhi sengketa wilayah.
Partai berkuasa Jepang, Partai Demokrat Liberal (LDP) yang dipimpin Abe, juga dikabarkan sedang menyusun rencana untuk merevisi artikel sembilan Undang-Undang Jepang, yang akan menghilangkan larangan bagi militer Jepang untuk berpartisipasi dalam pertempuran di luar negeri.

Kota Baltimore AS Masih Mencekam Akibat Kerusuhan

Okezone – Kondisi Kota Baltimore, Maryland, Amerika Serikat (AS) dilaporkan masih mencekam. Pihak kepolisian setempat dan garda nasional terus menjaga ketat seluruh penjuru kota.
Seperti dilansir Reuters, Selasa (28/4/2015), kobaran api masih terlihat di pusat pertokoan Kota Baltimore, sementara para pengunjuk rasa menjarah isi toko.

 
Para pengunjuk rasa juga melempari polisi dengan batu dan bom molotov, sehingga 15 polisi terluka akibat insiden ini. Pihak kepolisian pun membalas dengan menembakkan gas air mata untuk membubarkan demonstran.

“Segalanya bisa saja terjadi, kami hanya bisa menunggu dengan cemas,” ujar salah seorang warga Kota Baltimore, Tony Luster.

Kepolisian Kota Baltimore telah menahan 27 orang yang diduga sebagai provokator aksi. Sementara itu, Pemerintah Kota Baltimore memutuskan untuk menghentikan seluruh layanan bus dalam kota dan meliburkan sekolah untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Para pengamat menilai, kerusuhan di Kota Baltimore sengaja dimanfaatkan oleh kaum tuna wisma di sana untuk menjarah toko-toko, khususnya penjual makanan. Hal ini dikarenakan sepertiga dari jumlah penduduk Kota Baltimore hidup di bawah garis kemiskinan.

Kerusuhan besar pecah di Baltimore, Amerika Serikat (AS), Senin 27 April 2015, sesaat setelah pemakaman seorang pemuda kulit hitam yang tewas karena luka yang dialami saat dia ditahan oleh pihak kepolisian. Ratusan penjarah menyatroni toko-toko dan membakar bangunan serta melukai sedikitnya 15 petugas kepolisian.

Peristiwa itu terjadi setelah kerusuhan pecah hanya beberapa blok dari lokasi pemakaman Freddie Gray. Gray pemuda berkulit hitam berusia 25 tahun meninggal dunia akibat luka yang dideritanya saat dia ditahan oleh pihak yang berwajib.

Gubernur Maryland, Larry Hogan langsung menyatakan keadaan darurat dan mengerahkan Garda Nasional untuk mengamankan situasi kota dari para perusuh.

AS Bantah Kapalnya Ditahan Iran

Okezone – Pemerintah Iran menyatakan kapal perangnya berhasil menahan kapal kargo Marshall Islands-flagged yang berbendera Amerika Serikat (AS) di lepas pantai Iran.

Seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (28/4/2015), Pemerintah Iran langsung membawa kapal tersebut ke Pelabuhan Bandar Abbas dan menawan 34 awak kapal yang ikut bersamanya.


Pemerintah Iran belum memberikan konfirmasi tentang alasan penahaan kapal beserta anak buahnya, mengingat kapal tersebut merupakan kapal kargo bukan militer.

Sementara itu, Pemerintah AS membantah tuduhan jika Pemerintah Iran telah menahan kapal kargo berbendera AS.

“Belum ada indikasi jika kapal AS ditahan oleh Iran,” ujar Juru Bicara Kementerian Pertahanan AS yang tidak mau disebutkan identitasnya.

Namun, pihak AS akan terus memantau situasi mengingat konflik di Yaman belum selesai. Dalam konflik di Yaman AS menempatkan beberapa kapal perangnya untuk menghalau kapal asing yang akan masuk ke Yaman.

Senin, 27 April 2015

Pemimpin Chechnya Berselisih dengan Mendagri Rusia

LiputanIslam - Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov tengah terlibat perselisihan sengit dengan Mendagri Rusia menyusul insiden penembakan seorang warga Chechnya oleh kepolisian Rusia.
Insiden ini terjadi tanggal 19 April ketika kepolisian dari wilayah Stavropol melakukan aksi penangkapan di Grozny, ibukota Chechnya. Misi mereka adalah menangkap warga Chechnya Dzhambulat Dadaev, buronan kepolisian federal yang dituduh melakukan penganiayaan.


Namun operasi penangkapan ini berujung pada kematian Dadaev yang ditembak setelah menabrakkan mobilnya ke kendaraan polisi dan berusaha kabur.

Kadyrov pun langsung menyatakan kemarahannya karena operasi itu dilakukan tanpa sepengetahuan otoritas Chechnya yang dipimpinnya.

“Saya secara resmi mengatakan bahwa jika sekelompok orang bersenjata beroperasi di wilayah kita tanpa kita mengetahuinya, tidak peduli mereka adalah warga Muscovites (penduduk Moskow) atau warga Stavropol, menembak orang hingga tewas, maka kita harus membuat perhitungan,” kata Kadyrov dalam pertemuan dengan pejabat-pejabat keamanan Chechnya minggu lalu, seperti dilansir Russia Today, Senin (27/4).

Menanggapi komentar keras itu Kementrian Dalam Negeri Rusia menyebutnya sebagai ‘tidak bisa diterima’. Kemendagri Rusia membantah tuduhan Kadyrov dan menyebutkan bahwa kepolisian Stavropol telah memberitahukan kepada kolega mereka di Chechnya tentang operasi itu, bahkan kepolisian Chechnya pun menawarkan bantuannya.

Kadyrov masih berusaha mengurangi ketegangan dengan menyatakan kesediaannya untuk mundur dari jabatan yang didudukinya sejak tahun 2007.

“Saya hanya seorang prajurit di hadapan panglima tertinggi (President Vladimir Putin). Jika saya diperintahkan diperintah, saya akan mengikuti 100 persen. Jika saya diperintahkan untuk pergi, saya akan pergi. Saya bahkan siap untuk mati,” katanya kepada RIA Novosti, Jumat (24/4).

Namun ia kembali menuduh Kemendagri telah memutarbalikkan fakta dan bersikukuh bahwa aparat di bawahnya tidak mengetahui operasi penangkapan itu. Kadyrov juga mengecam aksi kepolisian Stavropol yang melakukan operasinya dengan mengenakan penutup kepala. Ia menyebut aksi semacam itu sebagai aksinya ‘bandit-bandit’. Ia menuduh kepolisian Stavropol telah ditipu oleh Kemendagri Rusia dalam operasi itu.

Komisi Penyidik Chechnya dikabarkan tengah menyelidiki kasus ini untuk melawan kepolisian Stavropol.

Komandan IRGC: Dinasti Saudi Berada di Ambang Kehancuran

LiputanIslam – Komandan pasukan elit Iran Garda Revolusi Islam (Pasdaran/IRGC) Mayjen Jenderal Mohammad Ali Jafari menyatakan dinasti al-Saudi yang berkuasa di Arab Saudi telah mengikuti jejak Israel dan kini sudah berada di ambang kehancuran akibat agresinya terhadap Yaman.


“Saudi telah melangkahi dengan keji semua prinsip Islam, dan menyerang sebuah negara Islam yang berjuang mewujudkan kemerdekaan dan kebebasan dari tatanan hegemoni,” ungkapnya dalam pidato pada sebuah festival sains kedokteran di Teheran, Senin (27/4), sebagaimana dilansir Alalam.

Dia menambahkan, “Pengkhianat Saudi sedang melalui hari-harinya dengan melangkah mengikuti jejak Israel… Rezim dinasti Saudi sedang berjalan menuju kehancuran dan keterjatuhan.”
Dia juga mengatakan bahwa selama ini para pejabat di Iran menghindari berbicara tentang Saudi karena beberapa pertimbangan tertentu.

“Namun setelah terjadi agresi terhadap Yaman maka pertimbangan-pertimbangan itu sekarang mesti dikesampingkan. Sekarang pemerintahan keluarga al-Saud sedang mengarah menuju kehancuran dan ketersungkuran,” ujarnya.

Minggu, 26 April 2015

Milisi Iran Siap Hancurkan ISIS

Sindo - Kelompok Basij yang merupakan kelompok milisi loyalis pemimpin agama di Iran bersumpah untuk menghancurkan kelompok ISIS. Milisi Iran ini siap melakukan apa saja yang diperlukan untuk menghancurkan kelompok yang dipimpin Abu Bakar al-Baghdadi itu.


”Kami semua siap untuk pergi dan menghancurkan ISIS,” kata seorang komandan Basij kepada CNN, semalam (22/4/2015). ”Jika imam kami, Pemimpin Tertinggi kami memberikan perintah, kami akan menghancurkan ISIS.”

Komandan Basij yang diwawancarai dengan syarat anonim itu, mengatakan bahwa, Basij belum terjebak dalam memerangi ekstremis yang saat ini berulah di Irak dan Suriah.

Kendati demikian, elite Garda Revolusi, yakni Pasukan Quds Iran yang dipimpin oleh Jenderal Qassem Suleimani, sudah melatih, menasihati dan mendukung milisi Syiah Irak untuk melawan kelompok Islamic of State Iraq and Syria (ISIS).

Suleimani sendiri telah dituduh terlibat dalam pemberontakan Syiah terhadap pasukan Amerika Serikat (AS) selama perang Irak.

Sementara itu, para pejabat Iran yakin strategi mereka akan menunjukkan perbedaan ketimbang yang dilakukan AS dalam memerangi ISIS. Iran sendiri merasa diancam oleh AS.

”Pada saat ini, kami mempertimbangkan AS menjadi ancaman bagi kita, karena kebijakan dan tindakannya yang mengancam kita,” kata komandan pasukan darat Iran, Jenderal Ahmad Reza Pourdastan.

”Kami ingin AS untuk mengubah retorika dan nada suara agar bangsa kita bisa memiliki kepercayaan yang lebih pada pimpinan militer AS,” lanjut dia.

Pesawat Militer Filipina Merasa Ditantang Kapal Perang China

Sindo - China menyiagakan kapal perangnya di kawasan Laut China Selatan yang disengketakan. Pihak militer Filipina merasa pesawat militer mereka yang melakukan patroli di kawasan sengketa itu telah ditantang kapal perang China yang menyorotkan lampu ke atas.


Sinyal tantangan dari kapal perang China itu disampaikan sumber militer Filipina. ”Sebuah pesawat Angkatan Udara Fokker ditantang oleh sebuah kapal China. (Kapal) China bertujuan menyalakan cahaya kuat terhadap apa pun yang terbang di atas wilayah sengketa,” kata seorang pejabat Angkatan Udara Filipina, yang menolak disebutkan namanya karena ia tidak diizinkan untuk berbicara kepada pers.

”Kami menganggap bahwa ini sebagai tantangan, tapi pesawat kami pergi dengan misinya. Ia sedang melakukan patroli maritim,” lanjut pejabat militer Filipina itu, seperti dikutip Reuters, Jumat (24/4/2015).

Ini adalah pertama kalinya sebuah kapal perang China memberikan memperingatkan terhadap pesawat Filipina yang berpatroli di Laut China Selatan. Petugas militer Filipina lainnya yang juga menolak disebut namanya, mengatakan kepada Reuters bahwa, pesawat Angkatan Udara Filipina telah terbang setinggi 1.500 meter di atas pulau karang yang diduduki China.

Sementara itu, juru bicara militer Filipina, Brigadir Jenderal Jose Kakilala, berupaya meredam ketegangan tersebut. Menurutnya, lampu kapal perang China kemungkinan tidak ditujukan terhadap pesawat Fokker Filipina yang melakukan patroli. Namun, dia menolak berkomentar lebih lanjut soal insiden itu.

China telah mengklaim sebagian besar kawasan Laut Cina Selatan. Namun, klaim itu ditentang Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan.

Disergap ISIS, Jenderal dan 3 Perwira Irak Tewas

Sindo - Kelompok Islamic of State Iraq and Syria (ISIS) menyergap konvoi militer Irak pada hari Jumat dengan buldoser yang membawa bahan peledak. Serangan di Nadhem al-Taqseem itu menewaskan seorang jenderal dan tiga perwira militer Divisi 1 Fallujah.

Dalam penyergapan itu, ISIS menugaskan pembom bunuh diri untuk menyerang konvoi Humvee. Sedangkan militan ISIS lainnya melepaskan banyak tembakan.



Para korban tewas itu adalah Jenderal Hassan Abbas Toufan, seorang kolonel, dua letnan kolonel dan seorang perwira intelijen Irak. Menurut pejabat militer Irak yang berbicara secara anonim karena tak berwenang menyamapaikan informasi kepada media, belum ada laporan terkait jumlah tentara yang tewas dalam serangan ISIS itu.

Laman Al Arabiya, pada Sabtu (25/4/2015), serangan ISIS tersebut merupakan kemunduran bagi tentara Irak, setelah sebelumnya terlibat pertempuran sengit untuk merebut kembali provinsi Anbar barat, Irak, dari tangan ISIS. Pertempuran itu saat ini difokuskan di Ibu Kota Provinsi Anbar, Ramadi.

Sebelumnya pada hari Jumat, tentara Irak telah merebut kembali jembatan penting al-Houz atas Efrat di  Ramadi barat. Menurut pejabat polisi Irak, Kolonel Mahdi Abbas, jembatan itu menjadi rute utama pasokan logistik dan senjata untuk militan ISIS.

Di hari yang sama, ulama Syiah yang paling dihormati di Irak, Ayatollah Ali al-Sistani, juga mendesak para politisi negara itu untuk mengakhiri semua sengketa dalam rangka menghadapi tantangan politik, ekonomi dan keamanan yang dihadapi negara.

”Adalah penting bahwa saudara-saudara (politisi) harus keluar dengan solusi akhir dan drastis untuk mengatasi masalah,” kata al-Sistani selama khotbah Jumat, di kota suci Syiah, Karbala.

Tiba di Yaman, ISIS Sumpah Akan Bantai Houthi

Sindo - Dalam sebuah video, ISIS mengklaim bahwa mereka telah tiba di Yaman dan bersiap untuk membantai setiap anggota Houthi yang mereka temui. Video ini muncul satu hari setelah "Briaged Hijau" kelompok afiliasi ISIS di Yaman mengaku melakukan serangan bom di Yaman.

Mengenakan seragam militer, dengan menggukan penutup kepala sembari menenteng senjata, mereka menamankan diri sebagai tentara Khalifah. Seperti dilansir Al Arabiya pada Minggu, (24/4/2015), salah satu anggota ISIS dalam video tersebut menyatakan mereka sudah tidak bsabar untuk berperang melawan Houthi.



"Kami telah tiba di Yaman, dengan orang-orang yang sudah haus akan darah kalian, dan untuk mebalaskan dendam Sunni. Kami akan mengambil kembali tanah yang yang sudah kalian (Houthi) duduki," ucap seorang anggota ISIS dalam video tersebut.

Dalam video itu juga, ISIS meminta kepada warga Sunni Yaman untuk bersedia bergabung bersama mereka dan turut berperang melawan Houhti.
Konflik di Yaman pada awalnya memang disebut-sebut sebagai konflik sektarian antara Sunni yakni pemerintah dan Syiah yakni Houthi.

Namun, beberapa pejabat tinggi Yaman dan juga Arab Saudi membantah, dan menegaskan bahwa ini adalah konflik antara pemberontak dan pemerintah, dan bukan konflik sektarian.

Jenderal Rusia: AS Dalang Tunggal Semua Konflik Militer Dunia

Sindo - Seorang jenderal petinggi militer Rusia menyatakan bahwa, Amerika Serikat (AS) menjadi dalang tunggal semua konflik militer modern di dunia. Washington dan sekutunya dianggap telah menggunakan kekuatan militer terhadap pihak ketiga lebih dari 50 kali dalam satu dekade.

Pernyataan itu disampaikan Letnan Jenderal Andrey Kartapolov, Kepala Staf Umum Direktorat Operasi Utama Rusia. Menurutnya, fokus utama dari Pemerintah AS sekarang adalah mencegah kemunculan Rusia sebagai alternatif pemegang kekuasaan dunia.



”AS tampaknya menjadi penghasut utama dari semua konflik militer di dunia. Negara-negara Barat telah mulai menahan diri sebagai 'arsitek' dari sistem hubungan internasional, meninggalkan peran AS sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia,” kata Kartapolov pada konferensi militer yang didedikasikan untuk peringatan 70 tahun kemenangan Rusia dalam Perang Dunia II, sebagaimana dilansir Russia Today, semalam (24/4/2015).

Jenderal Rusia itu memberikan contoh terbaru yakni, soal krisis Yaman. Menurutnya, Koalisi Teluk pimpinan Arab Saudi yang memerangi kelompok Houthi di Yaman menggunakan senjata buatan AS. Dia juga merinci negara-negara yang saat ini dilanda kekacauan dengan munculnya kelompok ISIS dan al-Qaeda yang bermula dari intervensi militer AS.

Negara-negara itu, kata Kartapolov, antara lain Afghanistan, Irak, Libya, Yaman, Pakistan, Somalia dan Suriah. “Enam kali operasi (militer pimpinan AS) telah dilakukan dan telah melampaui ke konflik regional bersenjata. Hasil menyedihkan,” katanya.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, menambahkan intervensi militer AS terkini yakni, dalam konflik di Ukraina. AS telah mengerahkan ratusan instruktur militer ke Ukraina untuk melatih pasukan Kiev dalam melawan separatis pro-Rusia di Ukraina timur.

Namun, Konashenkov menegaskan bahwa, Washington mengirimkan ratusan tentaranya di Ukraina bukan untuk melatih pasukan Kiev.”Tetapi (mengambil posisi) langsung di zona tempur di dekat Mariupol, Severodonetsk, Artyomovsk dan Volnovakha,” ujarnya.

Pemerintah Obama belum menanggapi tudingan militer Rusia. Namun, selama bersitegang dengan Rusia, Washington selama ini menyalahkan Moskow, terutama dalam konflik di Suriah dan Ukraina timur.

Kapal Perang Iran Masih di Perairan Yaman Kawal Konvoi Kapal Kargo

LiputanIslam -  Dua kapal perang Iran, sebuah kapal frigat dan kapal pengangkut helikopter serbu telah bergabung dengan konvoi kapal-kapal kargo Iran di lapas pantai Yaman.

Seperti laporan situs militer dunia Military.com, Jumat (24/4), kedua kapal tersebut terdeteksi bergabung dengan kapal-kapal pengangkut Iran yang diduga mengangkut senjata untuk kelompok Houthi di Yaman pada hari Kamis (23/4), sekaligus membantah laporan-laporan sebelumnya yang menyebutkan kapal-kapal perang itu telah kembali ke Iran setelah adanya ancaman AS untuk mencegah Iran mengirimkan senjatanya kepada milisi Houthi.


Dephan AS membenarkan bahwa kedua kapal perang Iran itu mengawal sembilan kapal kargo Iran yang diduga akan mengirimkan senjata ke Yaman. Demikian Military.com menyebutkan dalam laporannya. Jubir Kemenhan AS (Pentagon) Kolonel Steve Warren kapal-kapal Iran itu berada di wilayah antara Teluk Aden dan Laut Arab.

“Kapal-kapal Iran itu masih di wilayah (Yaman), dan mereka tidak mengumumkan tujuan keberadaan mereka,” kata Warren.

Saat laporan itu dibuat, gugus tugas kapal induk bertenaga nuklir AS USS Roosevelt berada pada 200 mil sebelah barat konvoi Iran itu, namun pesawat-pesawat dan kapal-kapal perang AS dapat memonitor pergerakan konvoi itu.

“Kami tidak tahu pasti apa yang ada di dalam kapal-kapal itu,” tambah Warren. Sementara Menhan Ashton Carter mengatakan pihaknya mengkhawatirkan bahwa kapal-kapal itu mengangkut senjata dan ia telah mengingatkan Iran untuk ‘meniup bara’ di kawasan itu.

Kapal-kapal perang AS biasa melakukan pengecekan terhadap kapal-kapal dagang yang lewat untuk mencegah adanya senjata-senjata yang diangkut, namun itu dilakukan dengan seijin kapal-kapal yang diperiksa itu. Tambah Warren lagi. Selain itu kapal-kapal perang Mesir dan Saudi yang juga berada di wilayah itu juga melakukan tugas yang sama.

Warren tidak mengatakan reaksi AS jika kapal-kapal Iran itu menolak untuk diperiksa, meski hal itu berisiko terjadi kontak senjata mengingat kapal-kapal AS itu telah dibekali dengan ‘resolusi DK PBB’ yang mengembargo senjata terhadap kelompok Houthi di Yaman.

Kastaf AL Iran Rear Adm. Habibollah Sayyari mengatakan bahwa kapal-kapal perang Iran akan melindungi kapal-kapal dagang Iran dari perompakan dan kapal-kapal tersebut tidak akan mendarat di Yaman seperti dikhawatirkan AS.

“Tidak ada urgensinya bagi kapal-kapal kami untuk mendarat di Yaman, namun kami harus berada di Teluk Aden dengan kekuatan (untuk mencegah perompakan), dan tidak ada yang bisa mengingatkan kapal-kapal perang untuk minggir,” kata Sayyari.

Ribuan Tentara Saudi Kabur Ketika Isu Serangan Darat ke Yaman Mencuat

LiputanIslam – Sebanyak hampir 4000 tentara Arab Saudi justru kabur meninggalkan pangkalan dan pos-pos mereka di wilayah perbatasan negara ini dengan Yaman. Demikian dilaporkan situs berita Nahrain yang berbasis di Irak berdasarkan keterangan para diplomat Eropa.

“Sumber-sumber diplomatik Eropa di Brussel menyatakan bahwa salah satu sebab Riyadh terpaksa mengumumkan gencata senjata ialah kaburnya tentara Saudi secara massal dari kamp dan markas-markas militer negara ini,” tulis Nahrain, Minggu (25/4).


“Informasi dari badan-badan intelijen Barat menyebutkan adanya pelarian secara massal tentara Saudi dari markas-markas militer, pangkalan-pangkalan dan daerah perbatasan negara ini dengan Yaman,” ungkap sumber yang tak disebutkan identitasnya.

Menurut sumber-sumber itu, kasus tersebut diketahui melalui pelacakan terhadap kontak-kontak antarpara komandan militer dan menteri pertahanan Saudi serta komandan operasi “Badai Mematikan”.

Ada pula laporan yang menyebutkan bahwa desersi massal itu bahkan melibatkan sebanyak lebih dari 10,000 tentara Saudi dari beberapa brigade militer dan Garda Nasional. Mereka adalah pasukan yang bertugas di kamp-kamp militer perbatasan Akifah, Brigade IV di pegunungan Bardan, markas perbatasan al-Hisn, kawasan selatan al-Had di al-Khuba, dan markas al-Sad di Najran.

Para pakar militer menilai tentara Saudi sebagai pasukan yang loyo, bersentimen kesukuan, dan tidak memiliki spirit perang. Di samping itu, masuk ke Yaman untuk perang darat lebih menyerupai aksi bunuh diri bagi mereka, sebab dalam perang ke-6 pasukan Houthi melawan pasukan pemerintah Yaman di masa kepresiden Ali Abdullah Saleh terbukti pasukan pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa dan bahkan keteteran meskipun dibantu tentara Saudi.

NATO Kembali Tuduh Rusia Bangun Kekuatan di Perbatasan Ukraina

LiputanIslam - Komandan NATO, akhir pekan lalu menuduh Rusia tengah membangun kekuatan di perbatasan Ukraina sebagai persiapan offensif baru kelompok separatis di Ukraina timur.

Sekkend NATO Jens Stoltenberg mengatakan bahwa Rusia terus meningkatkan bantuannya kepada kelompok separatis, termasuk dengan pelatihan dan perlakatan militer termasuk drone-drone, meski gencatan senjata tengah berlangsung.


Stoltenberg mengatakan bahwa langkah Rusia itu telah mencederai gencatan senjata yang disepakati di Minsk bulan Februari lalu. Ia menyebut lebih dari 1.000 peralatan militer Rusia telah dikirimkan ke Ukraina timur selama sebulan terakhir, termasuk tank-tank, artileri dan unit-unit pertahanan udara.

“Ini membuat kita menaruh perhatian serius bahwa kelompok separatis akan melancarkan serangan lagi tanpa peringatan,” kata Stoltenberg sebagaimana dikutip Russia Today.
Ia mengakui tidak mengetahui pasti apa yang akan dilakukan Rusia dan kelompok separatis, “Namun kami mengetahui pasti kekuatan mereka,” tambahnya.

Menanggapi tuduhan itu, beberapa pejabat Rusia menuduh balik AS sebagai pihak yang melanggar kesepakatan gencatan senjata dengan mengirimkan instruktur-instruktur militernya ke Ukraina. Jubir Kemenhan Rusia Mayjend Igor Konashenkov menuduh para instruktur tersebut ditempatkan di dekat garis perang, sehingga mengindikasikan adanya rencana offensif oleh pasukan Ukraina. Sementara AS mengklaim para instruktur itu ditempatkan di barat Ukraina, jauh dari wilayah konflik.

“Kami telah melakukan pelatihan ini selama 20 tahun,” kata Jubir Kemenlu AS Marie Harf kepada wartawan, membantah tuduhan Rusia itu

Jumat, 24 April 2015

Jurnalis Terkenal Turki ini Anggap Dinasti Saudi dan Wahabisme Musuh Islam

LiputanIslam – Jurnalis ternama Turki Husni Mahalli membuat artikel pedas untuk pemerintah Arab Saudi terkait berita penghentian serangan udara koalisi pimpinan Arab Saudi terhadap Yaman.

Mahalli dalam artikelnya di koran Yurt terbitan Istanbul menyebut Saudi sebagai musuh Islam dan kaum muslimin serta menilai penghentian operasi bersandi “Badai Mematikan” itu terjadi karena Saudi takut terhadap kelanjutan serangannya ke Yaman setelah Pakistan dan Mesir menolak terlibat dalam serangan darat ke Yaman.


“Kaum Wahhabi dan dinasti al-Saud setelah menguasai Arab Saudi dan Mekkah al-Mukarramah bahkan tak segan-segan menghancurkan rumah Rasulullah saw. Karena itu, singkatnya; dinasti al-Saud dan Wahhabi adalah musuh Islam dan kaum muslimin. Sesuai perjanjian yang dijalinnya dengan Amerika Serikat (AS) pada tahun 1945, mereka telah menjadi pelayan bagi imperialisme, Zionisme dan reaksionerisme,” tulis Mahalli, seperti dikutip IRNA, Kamis (23/4).

Dia menambahkan, “Hanya dengan sekali isyarat saja dari CIA, keluarga al-Saud segera menyokong partai-partai, jamaah-jamaah dan kelompok-kelompok yang menamakan dirinya Islamis. Saudi berada di balik layar semua isu keagamaan yang menjurus pada pembunuhan dan teror.”

Terkait hubungan Saudi dengan dinas rahasia AS, CIA, Mahalli menyebutkan, “Saudi telah menggunakan milyar dolar AS di antara dana investasinya demi menunjang agenda-agenda anti komunis yang dicanangkan CIA, dan siapapun dan negara manapun yang memandang AS sebagai musuhnya secara alamiah juga menjadi musuh bagi dinasti al-Saud.”

Husni Mahalli mengaku yakin bahwa suatu saat dinasti al-Saud akan mendapat hukuman dari Allah Swt.
“Jika kita percaya dan beriman kepada Allah maka harus kita ketahui bahwa balasan azab terbesar pasti akan menimpa dinasti al-Saud.
Dinasti ini bahkan tak akan segan-segan menghancurkan Ka’bah seandainya mereka dapat melakukannya,” tulis Mahalli.

Di bagian akhir dia menyatakan prihatin atas diamnya dunia Islam di depan kejahatan rezim Saudi.
Dia menegaskan, “Tak ada satupun negara Islam dan pemimpin dunia Islam yang bangkit berteriak melawan dinasti al-Saud dan tindakan-tindakan tak manusia dan anti Islam mereka.”

Rabu, 22 April 2015

Sukses Bombardir Yaman, Raja Saudi Banjir Pujian

Sindo - Arab Saudi yang memimpin Koalisi Teluk dalam membombardir Yaman untuk memerangi milisi Houthi dianggap sukses setelah serangan ke Yaman diakhiri. Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz banjir pujian dari para pejabat tinggi Kerajaaan Arab Saudi.


Gubernur daerah, menteri dan tokoh-tokoh penting di Kerajaan Arab Saudi ramai-ramai mengucapkan selamat kepada Raja Salman yang dijuluki sebagai “Penjaga Dua Masjid Suci” itu. Menurut mereka, agresi militer dengan nama “Operation Decisive Storm” sukses dan Raja Salman dianggap berhasil membela perbatasan Saudi dari agresi asing.

”Operasi anti-Houthi sukses besar,” kata Gubernur Makkah, Pangeran Khaled Al-Faisal dalam pesan ucapan selamat kepada Raja Salman.

”Keputusan yang diambil oleh Raja untuk meluncurkan ‘Operation Decisive Storm’ telah mengejutkan dunia dan mencerminkan kemampuan dan keberanian Kerajaan (Saudi) untuk membela kebenaran,” katanya lagi, seperti dilansir Arab News, Kamis (23/4/2015).

Agresi militer Koalisi Teluk yang dipimpin Arab Saudi diakhiri pada Selasa lalu. Agresi itu diklaim atas permintaan presiden sah Yaman, Abed Rabbo Mansour Hadi.

Menteri Garda Nasional Saudi, Pangeran Miteb bin Abdullah juga mengucapkan selamat kepada Raja Salman dan para pemimpin Koalisi Teluk atas keberhasilannya dalam memerangi Houthi di Yaman.

Pangeran Miteb mengatakan, Garda Nasional akan terus berkoordinasi dengan Menteri Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri dalam segala situasi. ”Koordinasi ini tidak akan terbatas pada ‘Operation Decisive Storm’m” imbuh dia.

Tegang, AS Kerahkan Dua Kapal Perang ke Yaman

Sindo - Di tengah situasi Yaman yang semakin tegang, Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) mengerahkan dua kapal perang ke perairan Yaman. Washington membantah dua kapal perang AS itu untuk mencegat konvoi Angkatan Laut Iran yang dicurigai memasok senjata untuk milisi Houthi Yaman.


AS berdalih pengerahan dua kapal perang ke perairan Yaman itu untuk “operasi keamanan maritim”. Pentagon, dalam sebuah pernyataan hari Senin, mengatakan kapal induk USS Theodore Roosevelt dan kapal penjelajah USS Normandy telah transit dari Teluk Persia ke Laut Arab pada 19 April 2015.

”Theodore Roosevelt dan Normandiy telah bergabung dengan (tim maritim) AS lainnya yang melakukan operasi keamanan maritim di Laut Arab, Teluk Aden, Selat Bab-al-Mandab dan Laut Merah Selatan,” bunyi pernyataan Pentagon.

Seorang juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren, seperti dikutip Reuters, Selasa (21/4/2015) membantah laporan bahwa kapal-kapal AS berada di perairan Yaman untuk misi mencegat kapal Iran yang dicurigai memasok senjata ke pemberontak Houthi Yaman.

Sementara itu, seorang sumber Angkatan Laut AS yang dikutip AP, menyatakan, ada sekitar sembilan kapal AS di lepas pantai Yaman. Pernyataan itu menyusul laporan surat kabar The Hill, Iran sudah lebih dulu mengirimkan sembilan kapal perang ke arah Yaman.

Iran belum mengomentari tuduhan itu, meskipun mereka mengakui ada kapal-kapal perang Teheran yang beroperasi di dekat Yaman untuk memerangi perompak. Wilayah laut di seluruh Yaman sendiri telah diblokade Koalisi Teluk yang dipimpin Arab Saudi untuk mencegah kelompok Houthi memperoleh pasokan senjata dari luar.

Houthi: Kapal-kapal Perang AS Kepung Yaman

Sindo - Seorang pejabat senior kelompok Houthi, Mohammed al-Bukhaiti, mengungkap misi kapal-kapal perang Amerika Serikat (AS) yang dikerahkan ke Yaman. Menurutnya, kapal-kapal perang AS itu membantu Arab Saudi dan Koalisi Teluk untuk mengepung seluruh wilayah Yaman.


”Tujuan dari gerakan kapal Amerika adalah untuk memperkuat pengepungan yang dikenakan pada Yaman, dan menempatkan orang-orang Yaman di bawah hukuman kolektif,” kata Bukhaiti kepada Reuters, Selasa (21/4/2015).

”Langkah ini meningkatkan tingkat partisipasi mereka dalam perang ini,” imbuh dia. Jika benar tuduhan kelompok Houthi ini, berarti AS mengubah kebijakannya. Sebab, sejak awal Washington menolak terlibat dalam perang di Yaman, meski mereka mendukung Saudi dan Koalisi Teluk dalam melakukan agresi terhadap Houthi di Yaman.

Sebelumnya Pentagon mengkonfirmasi bahwa Angkatan Laut AS telah mengerahkan dua kapal perang ke perairan Yaman. Namun, Washington membantah dua kapal perang AS itu untuk mencegat konvoi Angkatan Laut Iran yang dicurigai memasok senjata untuk milisi Houthi Yaman.
 
AS berdalih pengerahan dua kapal perang ke perairan Yaman itu untuk “operasi keamanan maritim”. Pentagon, dalam sebuah pernyataan hari Senin, mengatakan kapal induk USS Theodore Roosevelt dan kapal penjelajah USS Normandy telah transit dari Teluk Persia ke Laut Arab pada 19 April 2015.

”Theodore Roosevelt dan Normandiy telah bergabung dengan (tim maritim) AS lainnya yang melakukan operasi keamanan maritim di Laut Arab, Teluk Aden, Selat Bab-al-Mandab dan Laut Merah Selatan,” bunyi pernyataan Pentagon.

Jokowi: PBB Perlu Direformasi

Sindo - Presiden Indonesia, Joko Widodo dalam pidato sambutan saat pertemuan para pemimpin di Konferensi Asia Afrika (KAA), Rabu (22/4/2015) di Jakarta, melemparkan kritikan tajam kepada PBB. Menurutnya, saat ini PBB sudah kehilangan taji.


"Di saat sekelompok negara kaya mengatakan bisa mengubah dunia dengan niatnya sendiri, maka ketidakseimbangan global telah menghancurkan kita semua. Sementara makin kuat terlihat bahwa PBB tidak bisa melakukan apa-apa," kata Jokowi dalam pidatonya.

"Aksi-aksi kekerasan tanpa mandat PBB telah memperlihatkan, bahwa mengabaikan keberadaan organisasi internasional itu," kata pria asal Solo tersebut.

Dalam pidatonya, Jokowi -sapaan akrab Joko Widodo- menyatakan, sudah saatnya ada reformasi di tubuh PBB. Reformasi ini, lanjut Jokowi, perlu dilakukan untuk bisa mengembalikan fungsi utama organisasi tersebut.

"Untuk itu kita sebagai negara Asia Afrika, mendesak dilakukannya reformasi PBB agar berfungsi sebagai organisasi dunia yang mendorong keadilan bagi semua bangsa," tambahnya.

Korut Diduga Punya 20 Hulu Ledak Nuklir, AS Terancam

Sindo- Pakar nuklir China memperingatkan peningkatan ancaman nuklir Korea Utara (Korut) terhadap Amerika Serikat (AS). Pakar itu menduga rezim Pyongyang mempunyai 20 hulu ledak nuklir, jauh dari perkiraan AS sebelumnya.


Dugaan dari pakar nuklir China itu disampaikan dalam pertemuan tertutup dengan ahli nuklir AS. Selain diduga sudah memiliki 20 hulu ledak nuklir, Korut yang dipimpin diktator muda Kim Jong-un, diyakini memiliki kemampuan untuk memproduksi uranium yang cukup untuk menggandakan arsenal senjata nuklir tahun depan.

Selain AS, negara-negara sekutu Washington juga terancam nuklir Korut. AS sendiri memiliki perjanjian pertahanan bersama dengan Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, di mana AS menjamin perlindungan terhadap dua sekutunya itu.

”Saya khawatir bahwa dengan 20 (hulu ledak nuklir), mereka (Korut) benar-benar memiliki senjata nuklir,” kata Siegfried Hecker, seorang profesor Stanford University dan mantan kepala Los Alamos National Laboratory, yang menghadiri pertemuan tertutup pada bulan Februari 2015 lalu, sebagaimana dilansir Wall Street Journal, Kamis (23/4/2015).

“Semakin mereka percaya bahwa, mereka memiliki senjata nuklir yang berfungsi penuh dan membuat jera,” lanjut Hecker. Menurutnya,  ahli nuklir China sekarang percaya bahwa, Korut memiliki kapasitas domestik yang lebih besar untuk memperkaya uranium daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Perkiraan China mencerminkan kekhawatiran di Beijing atas program senjata nuklir Korut, dan apa yang mereka lihat sebagai kelambanan AS, di saat Presiden Barack Obama berfokus pada perundingan nuklir dengan Iran.

William Gortney, Kepala Komando Utara AS, pada bulan ini juga menyatakan bahwa, para pejabat Pentagon percaya Korut sekarang memiliki hulu ledak nuklir pada rudal balistik antarbenua yang disebut rudal KN-08.

Para pejabat AS tidak percaya rudal itu telah diuji coba, namun para ahli memperkirakan bahwa rudal itu memiliki jangkauan sekitar 5.600 mil, yang artinya bisa menjangkau tepi barat daratan Amerika Serikat, termasuk California.

Minggu, 19 April 2015

Khamenei: AS Ciptakan "Mitos" Tentang Nuklir Iran

Voa Indonesia - Ayatollah Ali Khamenei juga mendesak dilakukannya kesiapan defensif bagi angkatan bersenjata Iran setelah seorang jenderal Amerika pekan lalu memperingatkan tentang aksi militer terhadap lokasi-lokasi nuklir Teheran.


Hari Sabtu (18/4), Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengesampingkan pernyataan Ketua Kepala Staf Gabungan Amerika Jenderal Martin Dempsey, yang Kamis lalu mengatakan bahwa opsi militer untuk memastikan Iran tidak memiliki senjata nuklir masih tetap ada.

Zarif menyebut pernyataan Jenderal Dempsey itu sebagai “kebiasaan lama yang sukar dihilangkan.”
Para diplomat dari kedua negara membahas suatu perjanjian kerangka kerja yang memuluskan jalan untuk melonggarkan sanksi-sanksi ekonomi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan program nuklir Teheran.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei : AS dan Sekutunya Menentang Kerjasama Iran-Afghanistan

Irib - Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar mengatakan, Amerika Serikat dan negara-negara tertentu regional menentang kerjasama antara Republik Islam Iran dan Afghanistan.

Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan hal itu dalam pertemuan dengan Mohammad Ashraf Ghani, Presiden Afghanistan, di Tehran, ibukota Iran, Ahad (19/4).


Dalam pertemuan tersebut, Rahbar menegaskan bahwa Iran menilai keamanan dan kemajuan Afghanistan sebagai keamanan dan kemajuannya sendiri.

Ia menuturkan, Amerika Serikat dan sejumlah negara regional tidak mengetahui kapasitas dan potensi Afghanistan, dan tidak menyetujui empati dan kerjasama antarkedua negara, namun Iran menganggap keamanan dan kemajuan negara tetangganya, Afghanistan, sebagai keamanan dan kemajuan sendiri.

Ayatullah Khamenei lebih lanjut menyinggung hubungan dan berbagai persamaan budaya dan sejarah antara Iran dan Afghanistan, dan menegaskan perluasan kerjasama antara Tehran dan Kabul.

Ia menilai peran para ulama dan sastrawan Afghanistan dalam mengembangkan dan menyebarkan ajaran Islam dan bahasa Persia sebagai luar biasa.

Negara ini (Afghanistan),  kata Rahbar, selain memiliki sumber daya manusia dan budaya yang kaya, juga mempunyai sumber-sumber alam yang melimpah, di mana semua  kapasitas ini harus berfungsi untuk meningkatkan level hubungan kedua negara.

Ayatullah Khamenei juga menyinggung berbagai kemajuan Iran di sektor sains dan teknologi, budaya dan diplomasi sebagai landasan bagi kerjasama Tehran dan Kabul.

Menurutnya, berbagai persoalan antara Iran dan Afghanistan seperti imigran, air, transportasi dan keamanan dapat diselesaikan, dan kedua belah pihak harus menunjukkan keseriusan dan menetapkan jadwal untuk menyelesaikan semua masalah ini.

Rahbar juga menyinggung ratusan ribu imigran Afghanistan yang menikmati fasilitas pendidikan di Iran di berbagai tingkat pendidikan di negara ini.

Ia menegaskan, warga Afghanistan sangat berbakat dan cerdas, dan bakat dalam memperoleh pengetahuan ini harus digunakan dengan benar, sebab orang-orang terpelajar Afghanistan dibutuhkan untuk membangun kembali negara mereka.

Ayatullah Khamenei menyebut Iran sebagai rumah saudara-saudara dari Afghanistan.

Ia lebih lanjut menyinggung hubungan dan persahabatan langgeng dengan pemerintah tetangga, dan berharap kesuksesan dan kemampuan internal pemerintah dan bangsa Afghanistan kian hari akan meningkat.

Sementara itu, Ashraf Ghani mengatakan, Afghanistan dan Iran menghadapi ancaman umum dan peluang yang sama.

Ia menambahkan, kemauan politik negaranya didasarkan pada perluasan lebih lanjut dari hubungan timbal balik.

Presiden Aghanistan juga memuji upaya Iran dalam memerangi perdagangan narkoba dan menyatakan kesiapan negaranya untuk mencabut akar fenomena ini melalui kerjasama dengan Iran.

Militer dan Pasukan Relawan Yaman Usir Al Qaeda dari Dua Distrik di Abyan

Irib - Sumber-sumber Yaman mengabarkan kesusksesan operasi militer dan pasukan relawan negara itu dalam memerangi teroris al-Qaeda di Provinsi Abyan, Yaman selatan.


Seperti dilansir Tasnim News, pasukan militer dan komite-komite rakyat Yaman telah berhasil mengembalikan keamanan di daerah al-Wadea dan Ahwar di Provinsi Abyan setelah mengusir para teroris al-Qaeda.

Sementara itu, jet-jet tempur Arab Saudi membombardir wilayah Lawdar dan Mudiyah di Provinsi Abyan.

Pesawat-pesawat tempur rezim Al Saud juga menarget gedung Departemen Kesehatan Yaman di Jahlan, wilayah Sirwah di Provinsi Ma`rib dan menghancurkan gedung tersebut.

Agresi militer Arab Saudi ke Yaman sejak 26 Maret telah merenggut nyawa sedikitnya 2.600 orang termasuk perempuan dan anak-anak, dan melukai ribuan lainnya.

Al-Jaafari: Konflik Irak Bukan Masalah Sunni-Syiah

Sindo - Pemerintah Irak menegaskan, konflik yang terjadi di negaranya bukanlah benturan antara kelompok Sunni dan Syiah. Mereka menjelaskan, pertempuran di Irak adalah antara kelompok terorisme dengan pemerintah yang mendapat bantuan dari dunia internasional.

"Mengenai fenomena terorisme ini bukan sebuah sikap dari sekterian yang berseberangan, tapi sebuah tindakan biadab anti kemanusiaan," ungkap Menteri Luar Negeri Irak, Ibrahim al-Jaafari pada Minggu (19/4/2015).



Al-Jaafari menyatakan, hal ini terlihat dari korban yang jatuh bukan hanya dari warga Syiah, tapi juga dari warga Sunni. Bahkan, mayoritas dari mereka yang tewas bukanlah dari kedua kelompok tersebut, contohnya seperti Yazidi.

"Provinsi-provinsi yang menjadi korban-korban ISIS adalah Provinsi yang dihuni warga Sunni juga, sehingga bukan konflik antara sunni dan syiah saja, tapi warga Irak yang berasal dari agama lain yang turut menjadi korban," imbuhnya.

Sebelumnya, dirinya menyatakan, salah satu cara untuk bisa mengalahkan ISIS adalah dengan membunuh paham yang dianut kelompok tersebut. Menurut al-Jaafari, paham yang dianut ISIS adalah, paham yang menilai semua kepercayaan yang tidak sesuai dengan mereka adalah sebuah kesalahan.

Empat Lagi Tentara Saudi Tewas di Perbatasan

LiputanIslam - Koran Saudi, al-Riyadh, Minggu (19/4) memberitakan empat lagi tentara negara ini tewas dalam kontak senjata dengan milisi Ansarullah (Houthi) di wilayah perbatasan Saudi – Yaman.

Tanpa menyebutkan secara lebih detail kapan dan di mana kontak senjata yang menewaskan empat tentara Saudi itu terjadi, al-Riyadh melaporkan bahwa peristiwa itu terjadi kawasan Dahran di bagian selatan Saudi, dan prosesi pemakaman empat jenazah mereka telah dilakukan pada hari Sabtu (18/4).


Sebelumnya, Juru Bicara Operasi Badai Mematikan, Ahmad al-Assiri, menyatakan telah terjadi pertempuran sengit antara pasukan penjaga perbatasan Saudi dan pasukan Houthi mengakibatkan satu tentara Saudi tewas di perbatasan kedua negara pada Sabtu malam (18/4)

Menurut al-Riyadh, sebelum empat tentara Saudi itu tewas sebanyak 10 tentara Saudi lain juga tewas dalam beberapa pertempuran di lokasi perbatasan sehingga jumlah total tentara Saudi yang tewas 14 orang sejak terjadi serangan Saudi dan sekutunya ke Yaman dengan sandi “Badai Mematikan” (Asifah al-Hazm/Decisive Storm) yang dimulai sejak 26 Maret lalu.

Sementara itu, Alalam  melaporkan bahwa jet-jet tempur Saudi telah menggunakan bom-bom gas beracun sehingga menyebabkan ratusan warga Yaman mengalami sesak dan kesulitan bernafas.

Tanpa memberitakan laporan jauh tentang penggunaan bom terlarang itu, Alalam menyatakan bahwa serangan udara Saudi dan sekutunya masih terus menyasak berbagai kawasan Yaman, termasuk bagian selatan Sanaa, ibu kota Yaman, istana kepresiden di kawasan Taiz, serta kamp militer dan markas keamanan di dekat kawasan ini, hingga menambah jumlah korban tewas yang disebut-sebut telah mencapai ribuan orang.

Jet tempur Saudi juga dilaporkan telah menyerang tempat tinggal mantan Presiden Yaman Selatan Ali Salim al-Baid di kota Aden, selatan Yaman, hingga menjatuhkan beberapa korban.

Selain itu, serangan udara Saudi cs juga menghantam lokasi-lokasi perdagangan dan peternakan di provinsi Sa’dah serta pasar pusat di distrik Sahar dan Majaz.

Jet-jet Saudi Serang Gudang Penyimpanan Rudal Scud Yaman

Untuk menghancurkan gudang-gudang penyimpanan rudal Scud milik Yaman, Arab Saudi membombardir Sanaa, ibukota negara itu.

Kantor berita Watan (19/4) mengutip surat kabar Al Wasat, Yaman melaporkan, jet-jet tempur Saudi dan sekutunya melancarkan serangan bertubi-tubi atas kota Sanaa dengan maksud untuk menghancurkan gudang-gudang rudal jarak jauh Scud.


Al Wasat menulis, “Wilayah Faj Attan di Sanaa menjadi sasaran utama gelombang serangan udara Saudi dibanding wilayah-wilayah lainnya.”

Menurut surat kabar Yaman itu, sejumlah rudal Scud sudah dipindahkan ke Provinsi Saada untuk menghancurkan beberapa target di Saudi.

Serangan udara Saudi ke gudang-gudang rudal Scud, Yaman di Sanaa mengakibatkan hancurnya sebuah pusat penyimpanan bahan bakar rudal. Asap yang muncul karena terbakarnya isi gudang menyebabkan sejumlah warga wilayah Faj Attan mengalami keracunan.

Jumat, 17 April 2015

Mantan Presiden Yaman Khianati Houthi

Okezone – Mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, dikabarkan mengkhianati Kelompok Houthi. Dia telah mengirim pesan untuk meminta jalan keluar yang aman untuknya dan keluarganya di Yaman, kepada koalisi Arab Saudi.

“Dalam pesan yang telah diterima salah seorang pejabat di koalisi Arab Saudi, Saleh melalui utusannya, meminta pihak koalisi Arab Saudi membuka jalan keluar yang aman dari Yaman,” ujar jurnalis Al Jazeera, Kamis (16/4/2015), Mohamed Vall, yang melaporkan langsung dari Kota Riyadh, Arab Saudi.


“Dalam pesannya, Saleh benar-benar mengatakan kepada koalisi Arab Saudi bahwa ia tidak memiliki hubungan apapun dengan Kelompok Houthi, dan bukan bagian dari perang di Yaman,” lanjutnya.

Vall menambahkan, tentu saja pesan itu bertentangan dengan pernyataan awal Saleh. Ketika itu, ia turut mengirim putranya, Ahmed Ali Saleh, untuk membantu Kelompok Houthi, pasukan yang setia terhadapnya.

Saleh yang dipaksa mundur pada 2012 setelah gelombang protes terhadap pemerintahannya, menyatakan mendukung Kelompok Houthi untuk memerangi pasukan loyalis Presiden Hadi dan menggulingkan pemerintahannya.

Seperti diberitakan, Dewan Keamanan (DK) PBB telah memutuskan resolusi PBB untuk Yaman. Resolusi itu akan memberlakukan embargo senjata kepada Kelompok Houthi.

Selain itu, Resolusi itu juga akan memberikan larangan berpergian dan pembekuan aset pada putra mantan Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh, Ahmad Saleh, dan Pemimpin Kelompok Houthi, Abdulmalik al Houthi. Kelompok Houthi mengutuk keras tindakan PBB.

AS Klaim Tahu Kelemahan Senjata Baru Iran

Sindo - Amerika Serikat (AS) menyatakan sudah bertahun-tahun mempelajari sistem pertahanan S-300, dan sudah mengenai titik lemah sistem pertahanan tersebut. S-300 adalah sistem pertahanan terbaru Iran yang mereka beli dari Rusia.

“Kami mengetahui potensi sistem itu akan dijual ke Iran dalam beberapa tahun terakhir dan itu sudah termasuk dalam rencana kami,” ucap pemimpin staff gabungan militer AS, Jenderal Martin Dempsey seperti dilansir AFP pada Jumat (17/4/2015).



Dempsey menyatakan, tidak akan menjadi hal yang sulit bagi AS untuk bisa menembus pertahanan terbaru Iran tersebut, ketika pihaknya mulai menyerang fasilitas nuklir Iran.  Dempsey memang menyatakan pihaknya tidak akan menghapus opsi militer walaupun negosiasi damai tahap pertama baru saja rampung.

"Opsi militer yang saya tawarkan ke presiden adalah untuk mendorong solusi diplomatik dan jika diplomasi gagal untuk memastikan bahwa Iran tidak mencapai kesepakatan program nuklir," tambahnya.

Pembelian sistem pertahanan terbaru Iran ini sendiri terjadi setelah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mencabut embargo rudal S-300 terhadap Teheran. Rusia menilai embargo senjata kepada Iran sudah tidak diperlukan lagi. Alasannya, perundingan nuklir Iran sudah mengalami kemajuan.

Rusia sejatinya sudah menandatangani kontrak senilai USD 800 juta untuk menjual sistem rudal S-300 kepada Iran pada tahun 2007. Tapi, pada tahun 2010, kontrak itu ditangguhkan Dmitry Medvedev (Presiden Rusia kala itu) karena muncul keberatan dari AS dan Israel terkait akivitas program nuklir Iran.

4.000 Tentara Pembelot Gabung Kubu Presiden Sah Yaman

Okezone - Sekira 4.000 tentara pembelot Yaman kini telah bergabung dengan pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Yaman, Abd Rabbo Mansour Hadi.

Ribuan tentara pembelot itu semula loyalis presiden terguling Yaman, Ali Abdullah Saleh, yang bersama pemberontak Houthi memusuhi pasukan pemerintah Yaman pendukung Presiden Hadi.
Bergabungnya ribuan tentara pembelot ke kubu Presiden Hadi itu disampaikan Kepala Brigade 135 di kota pesisir Hadhramaut, Letnan Yahya Abu Oja, kepada Al Arabiya News, Jumat (17/4/2015).


Letnan Oja berharap unit militer lain yang telah membelot mengikuti jejak pasukannya untuk bergabung dengan Pemerintah Presiden Hadi dan mengumumkan pembelotannya kepada presiden terguling Ali Abdullah Saleh.

Kepala Brigade 123 di sebelah timur Provinsi Al-Mahrah, Letnan Qassem Abdullah, juga mengumumkan kesetiaan kepada Hadi dan memberikan dukungannya untuk agresi militer Koalisi Teluk pimpinan Arab Saudi yang diberi nama “Operation Decisive Storm”.

“Selamatkan orang Yaman dan legitimasi konstitusional dari geng dan milisi penjahat,”demikian bunyi surat yang ditulis Letnan Abdullah yang diterima media Timur Tengah itu.

Sementara itu, bentrokan kembali pecah antara Kelompok Houthi dengan pasukan Presiden Hadi dari Brigade 35 di Taiz, sebelah barat daya kota pelabuhan Mocha, Laut Merah. Dalam bentrokan terbaru ini, korban jiwa dilaporkan berjatuhan dari kedua kubu.

Kubu presiden terguling Yaman, Ali Abdullah Saleh, yang sebelumnya bersekutu dengan Houthi, telah memberikan sinyal untuk mengkhianati Houthi. Saleh telah mengirim pesan kepada Koalisi Teluk untuk memberikan jalan keluar yang aman bagi dirinya dan keluarganya untuk meninggalkan Yaman.
Dalam pesannya itu, Saleh mengklaim tidak bersekutu dengan Houthi. Tapi, permintaan Saleh itu telah ditolak Koalisi Teluk.

Mesir Tak Akan Kirim Angkatan Darat ke Yaman

Okezone – Presiden Mesir, Abdel-Fattah Al-Sisi, menegaskan jika negaranya tidak akan mengirim angkatan daratnya untuk menyerang Yaman.

“Mesir hanya ikut dalam serangan udara dan laut,” ujar Presiden Sisi, seperti dilansir Middle East Monitor, Sabtu (18/4/2015).


“Kami akan terus pantau situasi di Yaman,” tambahnya.

Pernyataan Presiden Mesir ini juga menepis rumor yang beredar jika Negeri Piramida itu akan mengirim angkatan daratnya ke Yaman.

Rumor mengenai pengiriman personel Angkatan Darat Mesir ke Yaman bermula dari sebuah gambar yang menunjukan personel militer di dalam kabin pesawat, gambar itupun segera menyebar di media sosial bagi masyarakat di Mesir.

Mesir merupakan salah satu negara yang mendukung serangan Arab Saudi ke Yaman. Negeri tersebut telah mengirimkan kapal perang dan jet tempurnya untuk menghancurkan Kelompok Houthi.

Su-35 diakui AS Sebagai Jet Tempur Paling Kuat

Jakartagreater - Sukhoi Su-35S Flanker-E adalah jet tempur yang paling kuat saat ini yang beroperasi di Angkatan Udara Rusia. Pesawat tempur bermesin ganda ni, merupakan turunan Su-27 yang lahir pada era Uni Soviet.
Jet tempur SU-35S merupakan pesawat dengan kemampuan terbang tinggi, cepat serta kemampuan membawa muatan yang besar. Dikombinasikan dengan peralatan avionic yang canggih, membuat Su-35 sangat berbahaya untuk setiap pesawat tempur AS. Barangkali hanya F-22 Raptor yang mampu mengimbangi pesawat super maneuver ini.


“Ini adalah pesawat yang besar dan sangat berbahaya, terutama jika mereka dalam jumlah besar,” kata seorang pejabat senior militer AS yang punya pengalaman luas dengan pesawat generasi kelima. “Saya pikir bahkan radar AESA [active electronically scanned array-radar yang dipasang di F-15C Eagle) dan Boeing F/A-18 E/F Super Hornet akan sulit untuk melawan Su-35.

Seorang pilot Super Hornet Amerika alumni sekolah elit Top Gun memberi penilaian serius tentang pesawat ini. “Menurut saya peluang Su-35 melawan sebagian besar platform kami sangat tinggi, dengan mungkin pengecualian dari F-22 dan F-15C,” kata penerbang angkatan laut itu. “Saya menduga F/A-18 E/F dapat menahan mereka  dan F-35 pesawat siluman akan menjadi lawan sulit bagi Flanker-E.”

Tapi seorang pejabat Angkatan Udara yang berpengalaman di Lockheed Martin F-35 Joint Strike Fighter mengatakan bahwa Su-35 bisa menimbulkan tantangan serius bagi jet siluman Amerika yang baru. F-35 dibangun terutama sebagai jet tempur yang tidak memiliki kecepatan atau kemampuan terbang tinggi seperti yang dimiliki Su-35 atau F-22. “Kemampuan Su untuk terbang tinggi dan cepat merupakan masalah besar, termasuk untuk F-35,” kata pejabat Angkatan Udara.



Sebagai jet tempur superioritas udara, keuntungan utama adalah kombinasi kemampuan ketinggian dan kecepatan yang tinggi  yang memungkinkan jet tempur memiliki kekuatan maksimum untuk menyerang, terutama dengan menggunakan rudal udara ke udara jarak jauh.

Su-35 mampu meluncurkan senjata pada kecepatan supersonik tinggi sekitar Mach 1,5 pada ketinggian lebih dari 45.000 kaki. Sementara  F-35 akan banyak beroperasi di kisaran 30.000 kaki pada kecepatan sekitar Mach 0,9.

Su-35 Flanker dibangun dengan badan pesawat yang kuat, yang terbukti telah melebihi kinerja aerodinamis dari Boeing F-15 Eagle. Tetapi Su-35 justru lebih ringan, memiliki daya dorong vectoring tiga dimensi, avionik canggih dan kemampuan jamming yang kuat.

“Mesin yang kuat besar, kemampuan supercruise untuk waktu yang lama dan avionik yang sangat baik membuat platform ini benar-benar sulit tertandingi,” kata salah seorang pilot Raptor. “Peswat ini dianggap sebagai generasi 4++  karena di dalamnya memiliki kemampuan yang lebih. Jet ini  memiliki radar scan pasif dengan kemampuan boresight besar dan jamming Suite yang sangat baik.”

Penambahan kemampuan electronic attack (EA) atau serangan elektronik memperumit masalah bagi jet tempur Barat karena jammer canggih dari Flanker dapat membutakan radar darat  dan efektif mengacauakan radar onboard termasuk radar rudal udara ke udara AIM-120 AMRAAM buatan Amerika.


Ini Kapal Perang China yang Jadi Momok bagi AS

Sindo - Angkatan Laut China telah memiliki kapal perang baru yang dianggap menjadi momok bagi Amerika Serikat (AS). Kapal berbahaya yang dilengkapi rudal supersonik itu bernama Luyang III.

Sebuah laporan terbaru dari Office of Naval Intelligence (ONI) telah mengkonfirmasi klaim Pemerintah China.”Bahwa kapal Luyang III merupakan tipe terbaru yang dilengkapi dengan rudal YJ-18ASCM (anti-kapal pesiar) yang bisa diluncurkan secara vertikal,” bunyi laporan ONI, Rabu (15/4/2015).



Kapal perang China dengan rudal supersonik itu menurut ONI menjadi gambaran tentang perkembangan kehebatan dari Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China.

Sejauh ini, kapal Luyang III—yang juga dikenal sebagai kapal perusak 052D— hanya ada satu di dunia ini. Namun, China telah menyatakan rencananya untuk memiliki lebih dari 10 kapal sejenis itu untuk dioperasikan pada 2017.

”Rudal ini, adalah ancaman utama bagi Angkatan Laut AS,” kata Lyle J. Goldstein, seorang profesor di China Maritime Studies Institute at the United States Naval War College, kepada New York Times. ”Peningkatan besar dalam hal kecepatan membuat rudal jarak jauh lebih sulit untuk dicegat.”

Dalam laporannya, ONI juga menyatakan, rudal seperti itu juga akan digunakan pada kapal selam China, Song-classes, Yuan-classes, dan Shang-classes. ”Semua orang yang serius tentang pemahaman kemampuan militer China harus membiasakan diri dengan rudal ini,” imbuh Andrew Erickson, profesor di US Naval War College di Rhode Island.

Israel Hadapi Rudal S-300 Rusia dengan Jet F-35

Sindo - Israel mengandalkan pesawat jet tempur F-35 yang sengaja dirancang untuk melawan ancaman senjata canggih, termasuk rudal pertahanan S-300 buatan Rusia. Rudal canggih itu akan dimiliki Iran setelah Rusia mencabut embargo rudal ke Teheran.


Pesawat jet tempur F-35 dipastikan segera dimiliki Israel. Hal itu telah dijanjikan produsen Lockheed Martin yang mengunjungi Israel, Rabu kemarin. Pesawat jet multi-peran ini akan tiba di Israel pada akhir tahun depan.

Hal itu disampaikan Steve Over, Direktur F-35 International Business Development, yang berbicara kepada wartawan sehari setelah Rusia mencabut embargo penjualan rudal S-300 kepada Iran.

Menurut Over, pesawat jet F-35, memiliki kapasitas untuk menangani ancaman serangan rudal baik dari darat maupun dari udara. Selain itu, pesawat jet canggih ini befungsi seperti “siluman”, di mana pesawat bisa manuver canggih dengan dilengkapi sensor multi-spektral yang akan memberikan pilotnya dengan kesadaran situasional.

”Pilot akan tahu tentang lingkungannya. (Pesawat) ini memberikan kemampuan intelijen, termasuk pengintaian yang tidak pernah dimiliki oleh bangsa lain,” kata Over.

Sementara itu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada Kamis (16/4/2015) berbicara untuk pertama kalinya terkait alasannya mencabut embargo larangan penjualan rudal ke Iran. Menurutnya tidak ada alasan lagi bagi Rusia untuk melarang menjual rudal S-300 ke Iran.

”Dan sekarang dengan kemajuan (perundingan)  nuklir Iran, kita tidak melihat alasan untuk terus menjaga larangan (pada pengiriman S-300 ke Iran) sepihak,” kata Putin, seperti dilansir Reuters.