Rabu, 29 April 2015

Manuver Gabungan Cina-AS

Irib - Berdasarkan laporan berbagai media, angkatan laut Cina dan Amerika Serikat di akhir kerjasama militer mereka menggelar latihan perang bersama. Dalam hal ini, situs penerangan Departemen Pertahanan Cina dalam sebuah laproannya menyebutkan, di latihan militer gabungan yang digelar Ahad (26/4), dilibatkan pula dua kapal perang Amerika dan Cina di Laut Cina Selatan.




Manuver gabungan ini ditujukan untuk operasi pencarian di laut, penyelamatan dan membantu korban kapal yang mengalami musibah. Dilaporkan pula bahwa pemulihan hubungan keamanan Cina dan Amerika juga termasuk dari tujuan manuver gabungan ini.


Manuver gabungan antar berbagai negara atau dua negara biasanya bisa terwujud ketika hubungan bilateral sampai pada level positif, di mana latihan militer gabungan menjadi sebuah urgensitas. Manuver gabungan Cina dan Amerika yang digelar di Laut Cina Selatan patut untuk direnungkan. Pekan lalu, digelar latihan militer gabungan besar-besaran antara Amerika Serikat dan Filipina di Laut Cina Selatan dengan melibatkan 12 ribu militer kedua negara.

Laut Cina Selatan merupakan lokasi sengketa antara Cina dan Filipina terkait kepemilikan Kepulauan Spratly. Selain itu, Amerika dengan tujuan memperkuat kemampuan militer Filipina untuk menghadapi militer Cina telah bersedia menggelar latihan militer gabungan tersebut.

Sepertinya tujuan AS dan Cina menggelar latihan militer gabungan ini selain untuk memulihkan hubungan keamanan kedua negara, juga sebagai bentuk tolok ukur kemampuan militer masing-masing. Artinya kedua negara akan memiliki prediksi tepat terkait kemampuan militer masing-masing.

Dengan demikian jika diterima bahwa kubu Demokrat yang berkuasa di Amerika sampai saat ini masih menganggap Beijing sebagai mitranya, maka analisa masalah ini tidak terlalu sulit. Selama beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi dan ekonomi di Cina termasuk di bidang pertahanan dengan sendirinya menunjukkan bahwa Beijing akan berubah menjadi rival serius Washington di bidang teknologi militer luar angkasa.

Selama bulan Agustus 2014, angkatan udara Cina telah menguji coba rudal di luar angkasa. Rudal ini mampu menghancurkan satelit militer yang aktif dan berada dekat dengan atmosfir bumi. Sementara itu, pakar strategi Rusia meyakini bahwa menghancurkan satelit musuh melalui rudal di luar angkasa hanya bagian kecil dari operasi militer Cina. Padahal Cina memiliki teknologi untuk menghancurkan satelit melalui jalur lain.

Pengamat ini mengatakan, Cina dengan mengirim satelit mikro ke arah musuh, mampu melumpuhkan satelit musuh.

Seorang pengamat senior bidang hubungan internasional di Akademi Sains Rusia mengatakan, AS menfokuskan aktivitas luar angkasanya untuk melancarkan operasi militer dan spionase.

Meski demikian AS berulang kali menyatakan kekhawatirannya atas masuknya rival di sektor senjata modern dan bidang luar angkasa. Hal ini tentu saja akan mengakhiri monopoli AS di perang luar angkasa.

Meskia danya prediksi dan analisa pengamat militer Rusia atas kemampuan militer Cina di bumi dan luar angkasa, Beijing sampai saat ini masih tertinggal sedikit dengan AS di sektor militer. Namun disebutkan bahwa Cina tidak membutuhkan waktu lama untuk mengejar ketertinggalannya tersebut.

Sementara itu, hubungan militer Cina-AS semakin dingin mengingat tekad Amerika menjual senjata modern kepada Taiwan, intervensi di Laut Cina Selatan dan Timur, serta latihan militer gabungan dengan Korea Selatan di perairan kawasan. Oleh karena itu, manuver gabungan Cina dan AS ini hanya dapat dicermati sebagai bagian kecil dari upaya untuk memulihkan hubungan militer serta menghangatkan hubungan bilateral Beijing-Washington.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar